B. Belajar Mengkonsepkan Praktek (Practical Learning)
The excellence is not an action, but habitual – Aristotle.
Kita telah belajar bagaimana mempraktekan konsep (conceptual learning) dalam dua buah cerita “Berlari dan berlarilah lebih cepat atau Mati dan Selamat dari kolam Buaya.” Kali ini kita akan belajar bagaimana mengkonsepkan praktek (practical learning) melalui cerita Tukang Jual Air berikut ini:
Si Tukang (penjual) Air Vs Jagoan Panah
Konon pada sebuah pemukiman kumuh di Surabaya, hiduplah seorang tua. Ia tidak memiliki pekerjaan yang baik seperti kebanyakan warga. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, pak tua ini menjual air keliling. Ia memasok air kepada warung – warung kecil dan juga tetangganya yang tidak mampu berlangganan air dari Perusahaan Air Minum (PDAM).
Berbekalkan sebua gerobak dorong tua dan beberapa jerigin besar, pak tua, penjual air ini berkeliling dari satu RT ke RT yang lain. Tanpa mempedulikan terik matahari dan pengap asap kendraan, ia melayani setiap pelangan dengan setia dan tulus. Para pelangan sangat berterima kasih karena tanpa dia, mereka tidak akan pernah mendapatkan air bersih. Pak tua penjual air ini pun menjelma sebagai contoh - walau hanya menjual air keliling, ia dapat mengirimkan putra – putrinya ke Universita dan membantu orang lain yang berkekurangan.
Walau berstatus mahasiswa, putra si Tukang Air ini sangat rajin membantu melayani pelangan ayahnya. Ia sering mengantar air mengantikan ayahnya saat tak ada kegiatan kampus. Namun ternyata ada penganggu – Ia sering dilecehkan. Ada pemuda lain yang menganggap menjual air sebagai pekerjaan hina dan tidak memberikan pengalaman apalagi ketangkasan. Ia beranggapan demikian karena bisa mengikuti banyak kegiatan ketangkasan seperti memanah dan balapan.
Kehebatan memanah pemuda tersebut mendapat pujian banyak pihak karena ia selalu membidik dengan tepat apapun dan seberapa jauh sasarannya.
Mahasiswa anak penjual air tersebut sekali – kali tidak menceritakan pelecehan yang ia terima-lagi pula ia tak pernah minder, marah dan benci. Sebaliknya ia berusaha mencari kesempatan untuk memberi pelajar yang berharga bagi pemuda yang sombong itu.
Suatu sore, sambil mendorong gerobak berisi air, tanpa sengaja, putra si tukang air itu melewati tempat latihan memanah dari si anak muda yang sombong tersebut.
Oh …! Ini si penjual air yang mengaku sebagai mahasiswa itu. Untuk apa Anda datang ke sini – apakah anda ingin pamer bahwa kamu juga anak kampus yang tak berarti? Pergi sana atau aku dapat menghancurkan gerobak mu ini. Aku tidak mau melihat mu disini.Hardik si pemain panah dan teman – teman mainnya.
Maaf kawan, saya hanya lewat sini tanpa sengaja. Tetapi jika tidak berkeberatan, saya pun ingin bersyukur karena Tuhan telah memberi ketangkasan yang hebat atas ketekunan mu berlatih dan berlatih. Jika anda tak lelah berlatih, kelak anda bisa menjadi atlet panah professional dengan prestasi International. Sebaiknya anda jangan sombong! Jujur saja bahwa saya tak bisa bermain panah, namun, saya juga bisa menunjukan sebuah ketangkasan lain yang kamu tidak bisa. Kata anak penjual air.
Ah, theory, mana ketangkasan yang akan kamu tunjukan, tantang si jago panah.
Kawan, disini ada beberapa botol, bisakah Anda menuangkan air dari jerigen kedalam setiap botol tanpa tumpah? Ajak mahasiswa penjual air.
Dengan sombong sang jago panah menuangkan air kedalam botol. Karena tak berhasil, si penjual air berseru; oh, ternyata Anda tidak bisa sama seperti saya tidak bisa memanah dengan baik, tapi coba lihat apa yang saya lakukan – tidak ada setetes air yang tumpah, bukan? Hal ini perlu kamu ketahui bahwa saya sudah mendampingi ayahku menjual air sejak TK dan karena itu saya sangat tangkas dalam menuangkan air dari jerigen kedalam botol. Demikianpula Anda sangat mahir memanah karena telah berlatih dengan tekun, bukan? Nasehat mahasiswa penjual air.
Cerita diatas mmbenarkan bahwa baik itu ketangkasan mengisi air dalam botol maupun ketangkasan memanah didapat dari serangkaian praktek yang berlangsung terus-menerus (pembiasaan) dalam waktu yang lama.
Stenberg, seorang psikolog dari Yale University, menemukan bahwa kumpulan dari praktek yang kita jalankan setiap hari memberikan sebuah tacit knowledge atau pengetahua naluriah. Tacit knowledge ini sangat membantu seseorang mengusai pekerjaan yang sedang dijalani.
Sebagai gambaran Prof Steinberg memberi contoh bahwa seorang sopir akan sangat ahli dalam mengemudi dan penguasaan jalan bukan karena kecerdasannya saat kursus montir, tapi karena ia telah berpraktek, praktek dan praktek. Praktek itu tentunya tak dijalankan sebagai suatu rutinitas belaka tetapi praktek tersebut disisipi dengan ide baru, kreatifitas dan innovasi yang mendukung. Praktek yang demikian dapat berbuah keberhasilan. Keberhasilan diterima sebagai buah berpraktek, praktek dan praktek diperkuat oleh Ted Williams dengan mengatakan:
“Orang selalu berkata bahwa bakat dan kejelian saya yang menjadi alasan kesuksesan saya. Mereka tidak pernah berkata tentang praktek, praktek dan praktek yang saya jalankan.
’Practice is Good Teacher!’ Tidak keliru orang mengatakan demikian karena Praktek tidak hanya menolong untuk mengingat kembali semua hal (teori+latihan) yang telah dipelajari, tetapi juga dapat membuat kecerdasan dan keahlian bertambah. Mengapa? Karena praktek akan menghasilkan pengetahuan yang bisa digunakan untuk me-recall apa telah dipelajari, mempertajam naluri dan memperkuat ketahanan serta memperbaiki bobot keputusan.
Praktek dan Tantangan
Praktek yang tekun menghasilkan keahlian dan keahlian akan menhasilkan keberhasilan dan profesionalisme. Namun tak ada keberhasilan dan profesionalisme yang datang tanpa melewati hambatan dan tantangan. Setiap tantangan dapat menghancurkan atau menguatkan bergantung bagaimana anda bereaksi untuk menyikapi dan menghadapi tantangan itu. Tuhan itu Maha baik, Ia memberi tantangan sekaligus jalan keluar. Oleh karena itu, janganlah lari, karena setiap Tantangan yang direaksi dengan proporsional akan melahirkan ketekunan, ketekunan memberi tahan uji, tahan uji mendatangkan peneguhan Tuhan dan peneguhan Tuhan menciptakan harapan yang tidak mengecewakan-Rome 5:1-5
Ada bermacam-macam tantangan yang menghambat pekerjaan anda seperti diuraikan berikut ini. Siapkan diri untuk bangkit dan hadapi Tantangan tersebut dengan:
Jika tantangan itu adalah Penguasaan Ilmu, Pengetahuan, Technology, Ketrampilan atau Nilai, maka anda harus perlu belajar dan belajar lagi; teristimewa belajar dari mereka yang sudah lebih dahulu tahu. Jeannette Vos menyarankan untuk menambah keahlian teknis dan keahlian profesional yang ingin kita kuasai, sebaiknya kita perlu belajar dari orang lain yang sudah bisa. Ada ayat suci berbunyi: People learn from one another just as iron sharpens iron -Proverb 27:17. Belajar dapat memperbesar kapasitas diri.
Jika tantangan itu adalah Ejekan, cemoohan, fitnah dan caci maki lainnya, maka luangkanlah sedikit waktu anda untuk merenung, merekoleksi diri dan bertanya pada diri mengapa tejadi semua itu. Lalu ambillah pelajaran dan hikmahnya untuk berbenah diri. Namun yang lebih bermakna adalah bangunlah sebuah hati yang penuh syukur, tetaplah berbuat baik dan lakukan perintah Tuhan: Cintailah musuh-musuhmu dan doakanlah mereka yang menganiaya mu-Mateus 5:44
Jika tantangan itu adalah Kegagalah, maka pelajari, temukan dan perbaiki cara-cara penyebab kegagalan itu, lalu mencoba lagi. Artinya, jadikanlah semua kegagalan sebagai kesempatan untuk meningkatkan kemampuan diri.
Tantangan yang anda terima dan jalani dengan keteguhan hati akan memberdayakan anda untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih sabar, lebih kuat, lebih kokoh, lebih tangguh dan lebih hebat. Penemu hebat Thomas Alfa Edison juga mengalami tantangan praktek sampai 9.999 kegagalan, namun reaksinya saat ditanya tentang kegagalan 10.000 adalah: “saya baru saja menemukan 10.000 cara baru yang belum bisa bekerja secara optimal.”
Sesungguhnya, tanpa tantangan seseorang tidak akan pernah bertumbuh menjadi lebih baik, lebih kuat untuk menemukan jalan keluar yang lebih baik. Setiap orang yang berani menerima tantangan adalah orang yang sedang menaikan bobot kepribadiannya (kualitas diri) ke level yang lebih tinggi. Oleh karena itu, Aristotle berpendapat: Kehebatan adalah buah dari ketekunan dalam tidakan-tindakan yang telah menjelma menjadi sebuah kebiasan yang baik (Excellence is not an action only but habitual).
Tantangan yang Anda hadapi bukanlah sebuah kesia-siaan. Terimalah dan kerjakan setiap tantangan dengan sungguh dan tekun karena Tuhan telah menetapkannya sebagai jalan menuju keberhasilan seperti kutipan suci berikut:
Trials result in ability to endurance; Endurance carries you all the way without failing. – James 1: 2 – 3 and 1Corinthians 10: 13
Guna mengatasi segala persoalan dan merebut sasaran kita, kita hanya membutuhkan ketekunan; tekun dalam mengunakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai yang kita memiliki. Tekun untuk melakukan apa yang Tuhan kehendaki-bandingkan Ibrani 10:36. Demikian, Orison Swett menyimpulkan: Kesuksesan hanya diukur oleh perlawananmu terhadap tantangan yang kamu hadapi; oleh keberanianmu tetap berjuang melawan hambatan yang menghadang. Semua yang telah anda raih bukanlah ukuran bagi Kesuksesan anda.
Dengan apa kita dapat meningkatkan kemampuan dalam mempraktekan konsep? Seperti halnya seorang sopir, kita dapat meningkatkan kemampuan praktek dengan memperbanyak praktek atau mempraktekan konsep yang telah kita buat. Emile Chartier berkata “Tidak ada yang lebih membahayakan bagi manusia jika yang ia miliki hanya ide semata (ide tanpa praktek).”
Praktek dan berpraktek bukanlah sesuatu hal yang membosankan. Setiap praktek yang dikerjakan dengan sepenuh hati tidak akan berakhir dengan hampa. Tuhan maha pengasih dan penyayang selalu melimpahkan berkat dan anugrahNya kepada setiap umat yang tidak berpangku tangan seperti disabdakan berikut:
“For God will reward every person according to what he has done. Some people keep on doing good and seek glory, honor and immortal life. To them God will give eternal life.” – Rome 2: 6 – 7
Sesungguhnya mempraktekan atau mengerjakan apa yang kita konsepkan merupakan wujud tanggung jawab terhadap Tuhan. Tuhan terus berkarya dan melalui praktek (berkerja), Tuhan telah menyertakan kita dalam keberlangsungan karyaNya di Bumi. Dan karena itu, kita akan mendapatkan anugrah berupa kesejahteraan dan kebahagian seperti disabdakan berikut:
Your work will provide for your needs; you will be happy and prosperous – Proverb 128: 2
Cari Blog Ini
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
LI AN MOEN ANA ATUK BIJAEL
LI AN MOEN ANA ATUK BIJAEL 1. When you are traveling around Timor, especially at the district of north middle Timor, you will be fa...
-
SOAL UJIAN NASIONAL BAHASA INGGRIS TAHUN 2013 NASKAH READING CHUBB The Board of Directors of PT Asuransi Chubb Indonesia...
-
UJIAN NASIONAL BAHASA INGGRIS SMA 2014 Listening Section In this section of the test, you will have the chance to show how well you...
-
UJIAN NASIONAL BAHASA INGGRIS SMA 2014 Listening Section In this section of the test, you will have the chance to show how well you und...
-
Saya Eunike Samuella, lahir di Surabaya pada 7 November 2002 Kini saya sudah duduk di kelas I SD Katolik Aloysius. Sekolah saya beralamat di...
-
PEKERJAANKU ADALAH IBADAHKU DAN TEMPAT KERJAKU ADALAH KEDIAMAN DAN KUBURANKU By Leonardus Nana Sebagian dari Anda mungkin tidak t...
-
HOPE When I was born, God had equipped me with two HANDS By the Hands, I could express the Capability that God gave me. I could expr...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar