https://drive.google.com/file/d/1IpA70ea5bj0nLzFEYC7j1C685Gcg4xfC/view?usp=sharing

Cari Blog Ini

Kamis, 01 Oktober 2009

Intrapersonal relationship (Belajar Membangun Hubungan Dalam Diri )

Belajar Membangun Hubungan Dalam Diri (Intrapersonal relationship)
Sesungguhnya tidak ada hubungan yang paling penting dan paling intim dalam hidup, selain membangun hubungan dengan diri. Tujuannya untuk mengkomunikasikan semua harapan dan tujuan yang akan dicapai. Tanpa berkomunikasi dengan diri, maka Hati/Jiwa/Roh kita tak akan mungkin menghasilkan pikiran cemerlang dan emosi yang tenang untuk menetapkan sebuah saasran, merancang cara/strategi dan dan melakukan tepat seperti cara /strategi guna meraih sasarannya.
Membangun hubungan dengan diri berarti berbuat sesuatu bagi diri, dan perbuatan pada diri itu haruslah berlandaskan kasih dan peneguhan bukan merendahkan, menghakimi, menakuti, membohongi atau mencederai. Sebab kemalangan terbesar manusia sesungguhnya adalah rasa merendahkan diri. Tidak akan ada rasa hormat yang akan anda terima jikalau anda sendiri tidak memilikinya bagi diri sendiri seperti tertulis:
There is no excuse for a person to run himself down. No one respects a person who has no respect for himself -Sirach 10:29
Anda mungkin ingin mendedikasikan hidup untuk berbuat sesuatu bagi orang lain atau anda ingin memberi, dan melayani. Namun pastikan anda sudah terlebih dahulu ‘berbuat, memberi, melayani diri atau memperbesar kapasitas diri sendiri. Karena jika tidak, anda hanya akan memiliki sedikit sesuatu, sedikit kemampuan, atau sedikit kapasitas untuk diberikan atau diperbuat bagi orang lain. Contoh: Anda baru bisa memberi atau mengajari sesuatu (materi, ilmu, pengetahuan, ketrampilan atau nilai) jika anda sudah terlebih dahulu memiliki atau mempelajarinya bagi diri anda.
Membangun hubungan baik dengan diri akan meneguhkan Hati untuk menghasilkan semangat memberi dan semangat belajar yang tinggi, karena itu sebuah hasil yang baik akan hadir seperti tertulis dalam ayat suci:
“Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper.” – proverb 19:8
Orang yang mampu membangun hubungan dengan dirinya akan berhasil merebut peluang. Oleh Dr. John Max Well, orang yang berhasil merebut peluang maju memiliki kualitas sebagai berikut:
Intuitive : Mampu melihat kedalam diri dan dapat menghasilkan ketajaman intuisi.
Communicative: Mampu memperluas jaringan kerja sama karena memiliki skill komunikasi yang baik.
Passion : Memiliki self motivated yang baik untuk dapat memacu diri. Memiliki daya dorong keluar yang kuat dari dalam dirinya
Talented : Mampu menemukan, mengembangkan dan cakap menggunakan potensi/bakatnya dengan optimal
Creative : Mampu mengolah hal-hal biasa menjadi luar biasa, mengubah sesuatu yang lama menjadi baru. Atau mampu menemukan sesuatu yang baru.
Initiative : Memiliki kapasitas untuk melihat sesuatu yang perlu dilakukan bagi kemajuan. Kaya Prakarsa
Sense of Responsibility : Memiliki kesadaran bertanggung jawab lebih besar untuk memperbaiki diri.angun hubungan dengan dirinya akan berhasil merebut peluang.
Namun, darimana membangun dan mengelola sebuah hubungan berkualitas dalam diri yang dapat menciptakan sebuah keharmonisan?
Mari kita memulai hubungan dengan diri dengan melaksanakan langkah-langkah berikut:
1. Mulailah dari diri sendiri dengan sikap dan tindakan:
Menghormati dan Menerima diri: Bangunlah hubungan yang dapat menerima diri sepenuhnya berlandaskan kasih dan peneguhan bukan merendahkan, menghakimi, menakuti, membohongi atau mencederai. Hubungan demikian akan terbangun dalam hari-hari anda jikalau anda mengwali hari Anda dengan kasih, mengisinya dengan kasih dan mengakhirinya dengan syukur. Menerima diri berarti menempatkan diri pada posisi terhormat namun tetap rendah hati. Menerima diri berarti menghargai diri sesuai nilai kebenaran hakiki yang terbangun dalam diri, seperti tertulis dalam ayat suci:
Son, keep yourself respect, but remain modest. Value yourself at your true worth-Sirach 10:28
Ciptakan sebuah kenyamanan diri sehingga ia (diri) mampu menerima diri seutuhnya (apa adanya). Tujuannya untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengubah ke arah lebih baik. Demikian J Campell menyimpulkan “Paradoks kehidupan yang sering saya rasakan adalah menerima keadaan diri apa adanya dan barulah saya mengubahnya.” Sedangkan Lowell berkesimpulan “Prestasi besar tidak bisa dihasilkan oleh orang yang tidak bisa menerima diri secara utuh.”
Sebab kemalangan terbesar manusia sesungguhnya adalah rasa merendahkan diri. Sebab tidak akan ada rasa hormat yang akan anda terima jikalau anda sendiri tidak memilikinya bagi diri sendiri seperti tertulis:
There is no excuse for a person to run himself down. No one respects a person who has no respect for himself -Sirach 10:29
Pastikan semua yang anda lakukan dapat senantiasa memenuhi hati Anda dengan suka-cita dan membuat hati Anda selalu bersyukur dalam segala hal dan situasi. Ini adalah perintah Tuhan bagi mereka yang ingin hadirat Tuhan ada dalam diri mereka.
Be joyful always, pray at all times. Be thankful in all circumstances. This is what God wants from you in your life in union with Jesus Christ. - 2Thessalonians 5:16-18
Hati yang bersyukur tak hanya berkelimpahan dalam kasih, tetapi juga mampu melepaskan pengampunan dan berbagi dalam suka maupun duka. Hati bersyukur mampu mengubah penderitaan menjadi kebahagian dan bertekad menghadapi tantangan yang lebih besar. Kitalah yang harus lebih dahulu menciptakan keharmonisan dengan berbuat pada diri yang dilandaskan pada cinta dan kasih dan itu adalah perintah yang Tuhan seperti tercatat:
“Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper.” – proverb 19:8.
Demikian juga Mahatma Gandhi berpesan “ketika putus asa, saya selalu ingat bahwa dalam sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuh yang sepintas seperti pemenang, akhirnya kalah. Pikirkan SELALU ucapan saya ini.”
2. Jadilah pemimpin diri dengan sikap dan tindakan:
Peran dan Tugas. Sebagai pemimpin diri, kita berperan menyadarkan diri untuk mengikuti kehendak diri yang baik. Juga bertugas untuk menciptakan perubahan penting dan konstruktif. Pemimpin diri tidak membiarkan diri dikontrol tapi mampu mengendalikan diri saat ada pencobaan. Orang yang tak bisa mengendalikan diri dengan baik umumnya tak memampu untuk bisa menggunakan akal sehat, ilmu pengetahuan, pengalaman dan kesadaran yang dimiliki guna bangkit lagi dengan cara yang lebih baik. Seorang pemimpin diri biasanya memiliki kualitas berikut:
Sabar. Orang yang tergesa-gesa sering menyebabkan kekacauan dalam tugas. Hasil yang didapat tidak optimal baik dalam kuantitas maupun kualitas. Kesabaran adalah perintah Tuhan yang harus kita patuhi karena memampukan seseorang untuk hidup teratur dan tekun dalam tugas serta mampu mengendalikan situasi seperti di firmankan:
“It is better to be patient than powerful; it is better to win control over yourself than over the whole country.” – Proverb 16:32. jug abaca Ibrani 10:36
Terinspirasi oleh Proverb 16:32 jug Ibrani 10:36, Benjamin Franklyn, mantan Presiden USA mengatakan: “untuk menjadi orang jenius dibidang kita, kita dituntut satu bakat yang ia sebut bakat SABAR. Sehebat apapun kemampuan/bakat alamiah anda, tak akan memberi keuntungan jika anda tidak SABAR memperjuangkan, mengasah dan memberdayakannya.”
Sabar akan membuat hati, pikiran, emosi dan tindakan akan menjadi selaras. Selaras untuk merencanakan dan sabar untuk melakukannya maka kita akan mendapatkan hasil lebih optimal seperti tertulis:
Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5
Sedangkan Einstein berbagi pengalaman bahwa: “Tidak ada karya hebat yang lahir dari seseorang yang sedang dilanda kegundahan.”
Kegundahan Hati hanya akan meningkatkan kebimbangan dan kebimbangan hanya akan mengkerdilkan daya pikir, dan mengikis rasa percaya diri sehingga anda tak akan mampu untuk mengambil keputusan guna melakukan sesuatu yang lebih besar. Kegundahan membuat anda tak akan memperoleh apa-apa dari apa yang anda impikan, harapkan dan rencanakan seperti tertulis:
………whoever doubts is like a wave in the Sea that is driven and blown about by the wind. A person like that unable to make up his mind and undecided in all he does; he must not think that he will receive anything from the Lord. James 1:6b,7-8
Sadar Diri. Dengan mengenal diri, kita mampu mengenal diri orang lain, mempengaruhi, berbagi pengalaman dan menginspirasi mereka. Orang yang sadar diri adalah orang yang memiliki harapan dan tujuan hidup. Ia menetapkan target-target yang harus dicapai (mau jadi apa atau mau memiliki apa) pada waktu yang ditetapkan. Orang sadar diri akan melengkapi diri dengan pengetahuan, cara dan strategi untuk mencapai tujuanya. Ia akan selalu belajar untuk menghadapi tantangan lebih besar dan ia mampu dengan cepat mengeluarkan diri dalam putus asa, trauma dan kepahitan tak akan meracuni batinnya saat gagal.
Sebaliknya orang yang lupa diri tidak memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengembangkan kemampuan diri. Ia tidak peka terhadap suara hati serta menghakimi diri tidak berarti seperti rujukan suci berikut:
“I do not understand what I do; for I do not do what I would like to do but instead I do what I hate” – Rome 7:15.
Senada sabda diatas, Ronggowarsito mengingatkan bahwa “seuntung-untung orang yang lupa diri tak mungkin lebih untung daripada orang yang sadar diri”. Sedangkan dari Doktrin Samurai kita belajar bahwa “jika hubungan kita dengan diri sendiri kacau, teknik/senjata yang benarpun tidak akan bekerja dengan benar.”
Sabda dalam kitab Roma 7:15, doktrin Samurai dan pendapat Ronggowarsito mengispirasi kita bahwa manusia gagal dalam hidup bukan karena kurang kapasitas/kemampuan. Tetapi karena ia kalah mengontrol diri sehingga cendrung melakukan apa yang menjerumuskan yang seharusnya ia benci. Orang sadar diri melihat masalah dan menghindarinya sedangkan orang lupa diri hanya akan menjerumuskan diri seperti rujukan suci:
“Sensible people will see trouble coming and avoid it, but unthinking person will walk right into it and regret it later”- Proverb 22:3
Memiliki harapan. Orang yang memiliki harapan mengutamakan perbuatan baik (pekerajaan Tuhan) dan tidak cemas terhadap hari esok. Ia fokus pada hari ini sebagai landasan keberhasilan hari esok, namun tak lupa belajar dari hari kemarin. Orang berpengharapan melandaskan semua hidupnya (kata & perbuatan) pada kebenaran, karenanya ia akan menerima dari Tuhan seperti difirmankan berikut:
“Be concerned above everything else with the kingdom of God and with what he requires of you and he will provide you with all these other things. So do not worry about tomorrow, it will have enough worries of its own. There is no need to add to the troubles each day brings”.– Mathew 6:33-34
Meraih kemenangan diri terlebih dahulu. Orang sukses biasanya menerima orang lain dan lingkungan sebagai factor pendukung bagi keberhasilannya. Namun dukungan itu mustahil datang kepada orang yang belum memenangkan diri (tidak siap). Herry S Truman, mantan Preseiden USA mengatakan “semua orang berprestasi di Dunia ini memilikki kesamaan yaitu mereka meraiah kemenangan diri terlebih dahulu baru kemudian meraih prestasi.” Artinya, tak mungkin memaksa keadaan atau orang lain agar mendukung usaha, keberhasilan dan kebahagian kita. Kitalah yang harus bekerja keras terlebih dahulu seperti tertuang dalam firman berikut :
“Work hard, don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times” – Rome: 12:11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LI AN MOEN ANA ATUK BIJAEL

  LI AN MOEN ANA ATUK BIJAEL 1.      When you are traveling around Timor, especially at the district of north middle Timor, you will be fa...