https://drive.google.com/file/d/1IpA70ea5bj0nLzFEYC7j1C685Gcg4xfC/view?usp=sharing

Cari Blog Ini

Kamis, 01 Oktober 2009

BRUSH UP YOURSELF (MENGASAH DIRI JADI PRIBADI SUKSES MULIA)

BRUSH UP YOURSELF
(MENGASAH DIRI JADI PRIBADI SUKSES MULIA)
Leonardus Nana
DAFTAR ISI
1.Kebiasaan
2.Pikiran
Pikiran Sadar& Bawah Sadar, Otak Kiri&Kanan (IQ, EQ dan SQ)
3.Karakter
4.Talenta
5.Kompetensi
6.Pengetahuan
Pengetahuan Sumber Pilihan
7.Citra Diri
Peranan Citra Diri
Senjata Diri
8.Kebiasaan Asah Gergaji
9.Belajar Mengasah Gergaji (meningkatkan Keahlian Eksekusi)
Apa itu Belajar
Mengapa perlu Belajar
Darimana Belajar
10.Pelajaran Mengasah Gergaji
Belajar mengkonsepkan praktek (Conceptual)
Inspirational story “Berlari – dan Berlarilah Lebih Cepat Atau Mati”
Sasaran yang SMART
Inspirational story “Selamat dari Kolam Buaya”
Belajar Mengkonsepkan Praktek (Practical Learning)
Inspirational story “Si Tukang (penjual) Air Vs Jagoan Panah”
Belajar meningkatkan Kecakapan Skill/Teknik (Technical Learning)
Belajar Berhubungan Dalam Diri (Intrapersonal relationship Learning)
Belajar Berhubungan dengan Orang Lain (Inter-personal relationship)
Inspirational story “Belajar Dari Katak”



BRUSH UP YOURSELF
(MENGASAH DIRI JADI PRIBADI SUKSES MULIA)
“But you my friends, keep on building yourselves up on your most sacred faith- Jude 1:20

1. Kebiasaan
The excellence is not an action only, but habitual – Aristotle
Kita sering mendengar orang berkata “ala bisa karena biasa.” Anda bisa apa karena terbiasa apa?
Setiap orang pasti memiliki keinginan menunjukan diri sebagai pribadi yang berbeda dari orang lain. Berbeda dalam pola pikir, tutur-kata, sikap dan juga berbeda dalam tingkah laku. Dan tidak kalah penting adalah ia ingin menunjukkan bahwa ia memiliki kebiasaan-kebiasaan yang tidak dimiliki orang lain. Apakah anda sering menemui seseorang dengan kebiasan-kebiasaan seperti yang dilukiskan berikut ini?
1.BIASA (selalu) menyapa dan menanyakan kabar setiap orang yang ia temui baik itu rekan kerja, teman, bawahan maupun pimpinan, termasuk orang asing sekalipun
2.BIASA (selalu) bertutur-kata dalam bahasa yang santun, bahasa yang penuh motivatif dan inspiratif
3.BIASA (selalu) membuka diri terhadap siapa saja (mendengarkan orang lain dan terus belajar dari setiap orang termasuk dari para gelandangan).
4.BIASA (selalu) menanamkan nilai-nilai positif (memberi pengaruh) lewat kata dan perbuatan terhadap teman kerja, pimpinan dan juga customernya.
5.BIASA (selalu) menginspirasi orang lain untuk memahami bahwa adalah sebuah keuntungan jika ia dapat melakukan sesuatu dengan baik dan benar.
6.BIASA (selalu) memotivasi orang lain untuk tetap memiliki mimpi, harapan, visi dan misi dalam hidup
7.BIASA (selalu) menolong orang lain untuk menyukuri apa saja yang dialami
8.BIASA (selalu) memberi teladan dengan menunjukkan sebuah integritas yang tinggi (satu kata dalam perbuatan), bersosialisasi (team building) dan terus berinovasi.
Kebiasaan-kebiasaan diatas tampak sederhana dan bahkan sepele, namun sebenarnya mengandung nilai yang sangat besar. Nilai yang dapat menunjukan suatu kepribadian yang kuat dan berkualitas; berkualitas dalam Integritas, Interrelation (intrarelation & interrelation) dan Innovation. Selain itu kebiasaan-kebiasaan diatas dapat menghasilkan nilai-nilai yang dapat melahirkan Citra Diri yang kuat yang dapat membentuk sebuah Karakter yang baik; Karakter yang agung dan mulia.
Suatu kebiasan tidak lahir begitu saja, melainkan terbentuk dari serangkaian upaya dalam bentuk belajar, bergaul dan pengalaman.

Apakah anda juga memiliki kebiasaan-kebiasaan sejenis diatas atau yang lainnya? Anda pasti ingin kebiasaan-kebiasaan anda tersebut memberi pengaruh, baik kepada diri anda sendiri maupun kepada orang lain dan lingkungan, bukan?
Disadari atau tidak, setiap kebiasaan yang lahir memiliki pengaruh besar terhadap pembangunan dan pengembangan diri (Brush Up Yourself). Ini bukanlah sebuah tugas mudah, namun manusia dapat mengawali tugas membangun dan mengembangkan diri dengan membentuk kebiasaan-kebiasaan seperti:
1.Selalu (Biasa) meluangkan sedikit waktu guna merenung dan mengisi otaknya untuk berpikir; berpikir besar, positif dan konstruktif. Bandingkan dengan: Fill your mind with those things that are good and that deserve praise: things that are true, noble, right, pure, lovely and honorable. Philippians 4:8
2.Selalu (Biasa) berusaha mengartikulasikan hasil olah pikirnya dalam sebuah rumusan bahasa yang inspiratif dan penuh motivasi, dan menuangkannya dalam sebuah konsep. Bandingkan dengan: A person’s thoughts are like water in deep well, but someone with insight can draw them out – Proverb 20:5
3.Selalu (Biasa) merumuskan konsep yang ada dalam pikirannya dengan menetapkannya menjadi sebuah target yang SMART.
4.Selalu (Biasa) merumuskan cara bagaimana mencapai target yang ditetapkan. Bandingkan dengan: Planning and thought lie behind everything that is done” – Sirach 37:16.
5.Selalu (Biasa) membentuk diri terlebih dahulu dengan mempelajari sasaran yang ia tetapkan, dan mempelajari cara yang ia rumuskan. Bandingkan dengan: : ………. learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper.” – proverb 19:8, Always remember what you have learned. Your education is your life. Guard it well-Proverb 4:13
6.Selalu (Biasa) mengutamakan perencanaan dalam setiap sasaran (pekerjaan) yang ia akan kerjakan. Karena ia yakin bahwa perencanaan bukan hanya sebuah tuntunan tetapi juga kepastian akan hasil yang akan ia capai. Bandingkan dengan: Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5
7.Selalu (Biasa) membangun pemahaman dan keyakinan diri bahwa dengan tekun bekerja, ia akan mencapai apa (kebahagian dan kesejahteraan) yang ia tetapkan. Bandingkan dengan: Your work will provide for your needs; you will be happy and prosperous – Proverb 128: 2
8.Selalu (Biasa) melaksanakan cara yang telah ia rumuskan itu dengan segenap akal, budi, kekuatan dan roh yang ia miliki guna mencapai target yang telah ia tetapkan. Bandingkan dengan: The more easily you get your wealth, the sooner you will lose it. The harder it is to earn, the more you will have-proverb 13:11 dan Work hard don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times” – Rome: 12:11

Kebiasaan-kebiasaan diatas mungkin sederhana dan bahkan tak penting karena Anda memiliki kebiasaan yang lebih besar. Oleh karena tunjukkan kebiasaan yang anda miliki kepada orang lain, walau yang sangat sederhana dan terkecil sekalipun.
Saya tidak terbiasa terlambat masuk kerja. Masuk kerja tepat waktu sudah menjadi sebuah ’Kebiasaan.’ Agar tidak gagal datang sebelum jam kerja dimulai, saya telah merumuskan sebuah formula sebagai berikut:
1.Membiasakan diri berpikir bahwa masuk kerja tepat waktu adalah sebuah tanggung jawab besar dan juga menyenangkan.
2.Menetapkan bahwa saya harus selalu masuk kerja tepat waktu
3.Memikirkan cara bagaimana tidak terlambat: antara lain tidak tidur larut malam, mengaktifkan alarm pada jam tertentu dipagi hari serta berangkat kerja lebih pagi
4.Melaksanakan cara tepat seperti pada point 3 diatas.
5.Setelah berada di tempat kerja, saya membiasakan diri (selalu) membersihkan tempat kerja, menyiapkan pekerjaan dan peralatannya serta merapikan tempat kerja dan alat-alat kerja yang berada disekitarnya
Formula masuk kerja tepat waktu sama sekali tidak menjadi beban karena saya sudah terbiasa melakukannya. Jadi bangun pagi, berangkat kerja lebih pagi sudah merupakan sebuah KEBIASAAN bagi saya.
Formula saya diatas sesungguhnya merupakan suatu hal yang sangat kecil bagi orang lain, tetapi bagi saya ia merupakan sebuah latihan yang baik. Bagaimana mungkin saya dapat menyelesaikan tugas dengan baik dan tepat waktu jika saya tidak lulus masuk kerja tepat waktu.
Sebab sesungguhnya orang sering terlambat masuk kerja bukan karena ia tidur larut malam atau bangun terlambat dan/atau macet di jalanan. Namun ia terlambat karena sudah terbangun dalam pikirannya bahwa ia masih memiliki waktu cukup untuk sampai di kantor. Ia beranggapan ia bukan-bukan satu-satunya orang yang biasa terlambat, atau bahkan ia merasa bahwa tidak ada pengaruh bagi kinerjanya jika terlambat satu atau dua menit.
Demikianpula ada orang yang terlambat menyelesaikan tugas sesungguhnya bukan karena ia tidak bisa kerja atau tak mampu memecahkan masalah yang timbul. Namun lebih disebabkan oleh pola kebiasaan menunda-nunda hingga menit terakhir. Atau karena ia tidak menetapkan proritas terhadap target penyelesaiaan. Bahkan ia merasa bahwa menyelesaikan sebagian dari tugasnya adalah sebuah keberhasilan sedangkan sisanya bisa menyusul.
Ada kebiasaan-kebiasaan lain seperti: seorang pendatang dengan mudah dan cepat bertutur-kata dalam bahasa setempat, tentu saja bukan karena ia tekun mempelajari bahasa itu, tapi karena ia membiasakan diri berinteraksi dengan para penuturnya. Seorang hobist tanaman/hewan akan merasa stress jika ia tak sempat bercengkerama dengan tanaman/hewan piaraan walau hanya sehari saja. Demikianpula orang yang terbiasa memperhatikan keunggulan orang lain, memiliki banyak sahabat dan lebih berhasil dari pada orang yang cendrung menonjolkan kelebihan diri. Orang ini akan terbiasa menolong baik dalam motivasi, bimbingan dan bahkan materi. Dan bagi dia tak akan ada agenda untuk mengabaikan seseorang yang membutuhkannya. Kebiaasaan juga dimiliki oleh hewan. Seekor kucing/anjing piaraan akan setia menunggu didepan gerbang setiap sore hari karena tahu kebiasaan jam pulang kerja tuannya. Kucing/anjing piaraan tersebut tidak bisa tenang dan bisa stress jika tak tuannya tak datang pada jam biasanya. Tentu masih ada banyak kebisaan lain, baik yang positif maupun negatif.

Selain kebiasaan pribadi, ada kebiasaan yang tumbuh dalam masyarakat: Orang selalu berkumpul pada waktu luang untuk melakukan hobby, bertukar pikiran dan atau menyelesaikan suatu pekerjaan (gotong royong). Tujuannya untuk mempererat persaudaraan, menemukan solusi terhadap sebuah masalah, membuat perencanaan dan meningkatkan semangat kerja sama.
Apa itu kebiasaan? Oxford Dictionary for Advanced Learners menjelaskan “Habit is a settled practice, especially, something that can not easily be given up. Habit is a usual behavior.
Kebiasaan adalah sebuah perbuatan/tindakan/praktek yang telah memasyarakat dan tidak mudah (sulit) untuk diabaikan atau ditinggalkan begitu saja.
Merujuk pada batasan oxford diatas, kebiasaan adalah sebuah pola hidup yang terjadi dengan melibatkan seluruh aspek kehidupan seseorang. Kebiasaan merupakan cara pandang, expresi dan tindakan yang mencerminkan diri seseorang dan berpengaruh baik terhadap diri maupun orang lain.
Kebiasaan terbentuk dari hal-hal kecil dan dilakukan dalam kreatifitas dan innovatisi secara terus-menerus, akan mampu mendorong lahirnya kekuatan mental/spirit atau moral (karakter) seseorang. Mental/spirit atau moral (karakter) yang terbangun dari kebiasaan yang efektif dalam kreatifitas dan innovatisi dapat melahirkan sebuah kehebatan, demikian Aristotle berkata “The excellence is not an action only, but habitual.”
Bagaimana seseorang dapat membangun dan memiliki sebuah kebiasaan yang baik dan efektif. Termasuk kebiasaan yang bisa mendorong lahirnya sebuah kemampuan/keahlian tertentu?
Kebiasaan yang dipenuhi dengan kreatifitas dan innovasi dan berjalan secara baik dan efektif memiliki pengaruh bagi seseorang untuk membangun dan mengembangkan diri menjadi Pribadi yang Besar. Kebiasaan tersebut dapat terbangun dari hal-hal seperti diuraikan dalam pelajaran-pelajaran berikut.

2. Pikiran
Manusia berbeda dari ciptaan yang lain karena memiliki pikiran; berpikir tentang siapa diri dan siapa yang menjadikan dirinya. Juga berpikir tentang apa yang harus ia katakan dan juga apa yang akan ia lakukan.
Berpikir memberi pengakuan dan peneguhan tentang keberadaan diri. Berpikir dapat menjadi identitas diri, oleh karena itu manusia telah menempatkan Pikiran sebagai dasar dari apa yang ia katakan dan menjadi rujukan dari apa yang ia lakukan, seperti dinyatakan dalam ayat suci
”Planning and thought lie behind everything that is done” – Sirach 37:16.

Ayat suci ini mengajari bahwa dengan berpikir, kita dapat merencanakan sesuatu dan dengan merencanakan kita sudah menyelesaikan sebagian dari apa yang akan kita kerjakan-Pikiran merupakan awal dari segala pekerjaan. Selanjutnya: apa yang kita kerjakan akan dapat berhasil dengan baik jikalau kita mendasarinya dengan perhitungan/pertimbangan yang matang. Perbuatan mengambarkan kepribadian, karena itu hendaklah Pertimbangan mesti mendahului setiap perbuatan Anda.
Jenis dan Cara Kerja Pikiran
A person’s thoughts are like water in deep well, but someone with insight can draw them out – Proverb 20:5

Dalamnya samudra dapat diukur, tetapi siapakah sanggup mengetahui pikiran manusia? Pikiran seseorang ibarat air yang berada didalam sebuah sumur yang dalam, tapi hanya orang-orang yang berpengertian bisa menimbanya keluar.
Sesuatu yang indah dan bermanfaat tidak mudah ditemukan karena berada pada tempat yang khusus disediakan baginya. Sesuatu yang indah dan bermanfaat juga tidak mudah untuk dipergunakan kecuali melalui sebuah usaha serius atau perjuangan. Ayat suci Proverb (Amsal) 20:5 ini telah menjadi pedoman dasar bagi penelitian para ahli untuk menemukan apa dan bagaimana pikiran dapat bekerja.
Para ahli menemukan dua bagian pokok dari pikiran (otak) manusia yakni bagian pertama tentang pikiran sadar, pikiran bawah sadar, dan bagian kedua tentang otak kiri dan otak kanan yang merupakan wadah bagi kerja kecerdasan (IQ, EQ & SQ).
Pikiran Sadar dan Pikiran Bawah Sadar
Pikiran manusia terbagi dalam Conscious Mind and Subconscious Mind, keduanya mempunyai tugas:
1. Conscious Mind (Pikiran Sadar) menerima dan menyaring informasi-informasi dari luar, lalu melalui sebuah proses berpikir logis, conscious mind memberi alasana-alasan apakah sebuah informasi dapat diterima atau ditolak
2.Subconscious Mind (Pikiran Bawah Sadar) menyimpan semua informasi yang masuk secara utuh tanpa proses seleksi. Kemudian subconscious mind melakukan pengolahan terhadap informasi-informasi yang disimpan melalui programming process berikut:
aVisual - Membayangkan hasil apa yang diinginkan
bImagine - Melihat dan memfokuskan pada hasil dengan seolah-olah telah dicapai
cMeneguhkan dan memperkuat keyakinan bahwa hal yang diimpikan bisa dicapai
dMemberdayakan tindakan berdasarkan keyakinan nyata
Secara sederhana kita dapat mengambarkan kerja otak sebagai berikut: Manusia memiliki indera dan otak. Indera menginput data berupa gambar, bunyi, rasa, cita-rasa dan bebauan dan dipasok kepada otak. Otak menerima dan meramu data-data tersebut menjadi bahasa otak. Bahasa otak tersebut digunakan untuk mengambarkan sesuatu disekitarnya melalui penalaran atau imaginasi yang berbeda. Pengambaran itu biasanya merujuk pada apa yang dilihat (visual), apa yang didengar (auditory) dan atau apa yang dirasakan (kinetic).
Jadi mulanya, manusia mengisi otak untuk berpikir; otak yang sudah terisi difungsikan untuk Analysing, Synthesizing & imaging dan Valuing terhadap apa yang dilihat (visual), apa yang didengar (auditory) dan atau apa yang dirasakan (kinetic). Melalui ketiga fungsi otak tersebut, manusia mampu berpikir secara logis dan sistematis (cermat konsep), bertutur kata yang penuh inspirasi dan motivasi dan bertindak secara tepat dan konsruktif (sesuai konsep), hingga terbangun kebiasaan yang baik dan terpuji. Sebagai imbalannya, manusia dapat memiliki sebuah Karakter Yang Mulia.
Dengan kata lain, isi otak diwujudkan dalam kata, kata dinyatakan dalam tindakan, tindakan menjelma jadi kebiasaan dan kebiasaan akan meneguhkan sebuah karakter. Oleh karena itu, pastikan Anda hanya mengisi otak/pikiran Anda dengan berbagai hal yang layak mendatangkan kebaikan dan juga melahirkan pujian: yakni hal-hal yang benar, mulia, agung, murni, terhormat dan menyenangkan seperti dinyatakan dalam ayat suci:
Fill your mind with those things that are good and that deserve praise: things that are true, noble, right, pure, lovely and honorable. Philippians 4:8
Namun, perlu disadari bahwa pemikiran setiap orang tidak sama. Melalui pikiran yang berbeda itu, orang dapat menilai segala sesuatu sesuai kandungan pikirannya. Oleh karena itu sering kita temui suatu kebiasaan, paham dan nilai, yang dianut seseorang, sekelompok orang atau ras tertentu kadang tak dapat diterima oleh yang lain. Demikian juga tutur kata, tindakan, kebiasaan dan karakter yang dihasilkan oleh seseorang, sekelompok orang atau ras terkadang tak sama. Maka patutlah kita pahami bahwa ternyata pikiran memiliki kekuatan yang dapat menyebabkan tidak hanya persamaan tetapi juga perbedaan dalam pesan, tindakan, kebiasaan dan karakter.
Mengapa PIKIRAN dapat menyebabkan pesan, tindakan, kebiasaan dan karakter seseorang, sekelompok orang atau ras tertentu berbeda dari yang lain? Otak bawah sadar membaca (scan) keadaan sekitar dan memilih informasi penting untuk diperhatikan. Walau demikian, orang tidak hanya memperhatikan sesuatu seperti apa adanya, tetapi juga cendrung memperhatikan sesuatu berdasarkan harapan dan keinginan mereka. Setiap individu memiliki pilihan cara yang berbeda dalam memikirkan dan mengkomunikasikan apa yang dialaminya – Ada yang mengungkapkan sesuatu berdasarkan gambaran yang dilihat, yang lain berbicara tentang bunyi yang didengar dan yang lain lagi memperbincangkan sesuatu berdasarkan rasa yang dialami. Hal ini sesuai dengan pendapat Sandra Blakeslee, an award winning science writer for the New York Times bahwa “umumnya persepsi orang tentang sesuatu tidak didasarkan pada aliran informasi dari luar diri menuju otak, tetapi didasarkan pada apa yang otak alami sebelumnya, dan apa yang otak inginkan terjadi berikutnya.”

Otak Kiri dan Otak Kanan
A person’s thoughts are like water in deep well, but someone with insight can draw them out – Proverb 20:5.
Proverb 20:5 tidak hanya membantu untuk menemukan otak sadar dan otak bawah sadar, tetapi juga membantu untuk menemukan kandungan otak kiri dan otak kanan (IQ, EQ dan SQ) dan juga cara kerjanya seperti penjelasan berikut.
Berpedoman pada Proverb 20:5 kita dapat belajar bahwa pikiran (otak) adalah anugrah besar yang Tuhan berikan untuk difungsikan sebesar-besar kesejahteraan diri, orang lain dan juga kelestarian alam sekitar.
Banyak orang berusaha mengoptimalkan kerja otak guna meningkatkan kemampuan kognitifnya dengan belajar baik itu di sekolah, kursus, pelatihan maupun dengan mengikuti seminar dan lain sebagainya. Disamping itu mereka juga tidak lupa memenuhi kebutuhan Mental dan Rohani (Jiwa/spiritual) dengan bersoasilisasi, melakukan hoby, berekreasi, beribadah, dan juga tak kalah penting adalah berderma.
Ada sebagian orang menganggap daya kognitif (kemampuan bahasa, berhitung dan logika) lebih penting daripada kebutuhan mental dan spiritualnya (hoby, sosialisasi, bersedekah dan/atau ibadah). Namun, kejeniusan otak bukan satu-satunya jaminan. Sebab keberhasilan membutuhkan hubungan yang seimbang dan harmonis antara Intelektual, Mental dan Spirit. Oleh karena itu tidak mustahil ada orang yang mulanya dianggap memiliki kemampuan akademik biasa-biasa saja, bahkan dicap ‘bodoh’ saat sekolah, ternyata sangat sukses dalam kehidupan (karir, keluarga dan sosial) dikemudian hari.
Para ahli tentang otak juga menemukan bahwa ada sebagian orang dikenal sebagai penemu hebat, tetapi gagal dalam memproduksi temuannya. Atau ada juga yang diakui sebagai manager hebat, tapi lemah dalam kepemimpinan.
Mengapa bisa terjadi demikian? Mari kita ikuti uraian-uraian berikut:
Selain ada pikiran (otak) sadar dan pikiran (otak) bawah sadar, para peneliti juga menemukan dua bagian otak lain; otak kiri dan otak kanan.
Setiap bagian otak (otak kiri dan otak kanan) memiliki kekhususan yang berbeda dalam fungsi, jenis informasi yang diproses dan juga berbeda dalam jenis permasalahan yang ditangani.
Otak Kiri lebih banyak bekerja pada bidang yang berhubungan dengan Kecerdasan Bawaan seperti Logika dan Analisis (Intellectual Quotient). Sedangkan Otak Kanan lebih banyak menangani hal-hal yang bersinggungan dengan Emosi dan Imaginasi. Otak kanan juga bertugas menangani hal-hal yang berkenaan dengan intuisi, emosi dan Kreatifitas. Otak kanan merupakan wadah bagi kecerdasaan yang bertumbuh dari emosi, usaha dan pengaruh dari luar (Emotional Quotient).
Berpedoman pada penemuan diatas, para ahli menyarankan agar setiap orang sebisa mungkin menciptakan sebuah keseimbangan kerja antara otak kiri dan otak kanan. Sebab otak yang seimbang akan menghasilkan Kecerdasan Intelektual (IQ), Kecerdasan Emosi (EQ) Dan Kecerdasan Rohani (SQ) yang seimbang dan saling menopang.

Intellectual Quotient (IQ)
Alfred Binet (1857-1910) menemukan kecerdasan bawaan manusia yang disebut Intellectual Quotient (IQ); sebuah kecerdasan yang mengukur kemampuan verbal (bahasa), hitung (matematika), dan nalar/logika (reasoning).
Dengan kemampuan bahasa, matematika, dan logika yang baik, seseorang mampu menciptakan sebuah management yang rapi, system operational procedur yang baku, unggul dan terorganisir serta pembagian kerja yang rapi dan terperinci (detailed job descriptions). Sebagai kecerdasan bawaan, IQ dapat memberi anda motivasi internal yang baik bagi sebuah kesuksesan. Namun kesuksesan itu harus terus anda optimalkan. Caranya? Belajarlah mengisi otak kiri dengan Informasi, Ilmu, Pengetahuan, dan Ketrampilan yang dapat meningkatkan Kecerdasan Intelektual.
Harvard University pada 1990an menemukan, keberhasilan seseorang ditentukan oleh 15% bawaan (IQ) sedangkan 85% oleh usaha. Berdasaarkan temuan diatas, anda seharusnya tak hanya mengandalkan kerja IQ saja karena bisa membuat anda tumbuh sebagai pribadi yang berpikir dan bekerja terlalu mekanis, formal dan protektif. Anda bisa meremehkan pekerjaan yang menolong anda untuk memahami dan menyenangkan diri seperti merekoleksi diri, meredefenisi nilai diri, melakukan hoby, bersosialisasi dengan keluarga, dan orang lain. Juga Anda bisa tumbuh menjadi pribadi yang kaku, mengabaikan kreatifitas, tidak peka terhadap perasaan dan suara hati. Anda kehilangan Kearifan.

Emotional Quotient (EQ)
Setiap orang tentu menghendaki menjadi Manager (peran IQ) sekaligus Leader (peran EQ) dalam hidupnya. Maka pada saat yang bersamaan, Anda jangan lupa mengisi Otak Kanan dengan Informasi, Ilmu, Pengetahuan, Ketrampilan dan Nilai yang dapat menumbuh-kembangkan Keseimbangan Emosi, Kemampuan Imaginasi dan Kemampuan Sosialisasi serta hal-hal lain yang memberi kemampuan dalam membaca dan mengembangkan Suara Hati, Kearifan, Intuisi, Kreatifitas, Seni dan Hoby.
Pada 1990an, Daniel Goleman melakukan penelitian, analisis dan study lapangan dibidang Psychology menemukan sebuah kemampuan yang dapat mengelola perasaan yang dikenal dengan Emotional Quotient/EQ (kecerdasan emosi). Emotional Quotient adalah kecerdasan yang mengelola hubungan dengan diri, orang lain dan lingkungan. Tujuannya untuk menciptakan keseimbangan dan keharmonisan didalam diri dan juga diluar diri.
Goleman dalam penelitian tersebut menyimpulkan Intellectual Quotient (IQ) hanya bisa menyumbang 20% dari keberhasilan sedangkan 80% merupakan sumbangan dari sekumpulan kecerdasan lain yang terumus dalam sebuah Kecerdasan Emosi (EQ). Artinya pengelolaan Emotional Quotient yang baik dapat menopang dan memperlancar kerja Intellectual Quotient (IQ) (nalar). Pendapat Goleman tentang peran EQ sebagai penopang IQ diperkuat oleh Steve Hein. Steve Hein menjelaskan bahwa IQ akan berfungsi optimal jika setiap orang memiliki kualitas Emosi yang baik yang ia singkat ”BARE” berikut ini:
B.– Balance (Keseimbangan diri)
A.– Awareness (Kesadaran diri)
R.– Responsibility (Tanggung jawab diri)
E.– Emphathy (Empati)
Keseimbangan Diri, Kesadaran Diri, Rasa Tanggung Jawab dan Empati merupakan pilar pokok yang dapat menopang keberhasilan kerja IQ. Artinya, EQ akan menentukan seberapa baik kualitas diri anda dalam menerapkan keahlian (IQ) yang anda miliki, oleh karena itu IQ yang tinggi tidak dapat menolong anda menjadi pribadi yang berkualitas jikalau:
Hidup anda dipenuhi kecemasan dan kekuatiran,
Hidup tanpa Kesadaran (Aware) untuk menggali dan menumbuhkan potensi diri
Hidup tanpa Tanggung Jawab (Responsibility) baik terhadap diri, pekerjaan maupun orang lain
Hidup tanpa melibatkan diri untuk turut merasakan dan mengambil peran aktif (Empaty) dalam kehidupan diri dan orang lain..
Sedangkan Richard Charlson mengungkapkan bahwa orang-orang sukses umumnya memiliki kualitas emosi seperti yang terumus dalam 3R berikut ini:
R.– Responsive: Bertindak tepat sesuai masalah yang dihadapi, memiliki kemampuan mempertahankan perspective dan memiliki solusi alternative atau tindakan terbaik saat menghadapi situasi yang unik – karena ia mampu melihat sebuah gambaran keseluruhan dengan baik.
R.– Receptive: Terbuka terhadap saran dan gagasan, baik berupa data, kreatifitas maupun gagasan baru. Orang Receptive bersedia mendudukan diri dalam posisi ”Beginner – Pemula,” sebuah posisi yang selalu mendorong untuk mau dan terus belajar apa saja dan dari siapa saja walau ia sebenarnya tergolong pakar. Ia suka bekerja sama.
R.– Reasonable: Orang reasonable memiliki kemampuan melihat segala sesuatu secara bebas tanpa kecendrungan membenarkan diri; Karena ia tahu kecendrungan membenarkan diri sering menjadi penghambat terhadap pandangan baru yang lebih perspective dan maju. Ia memiliki kualitas menempatkan diri dalam posisi orang lain, melihat gambaran lebih besar serta mampu mempertahankan perspective. Oleh karena itu orang reasonable biasanya menempatkan diri sebagai pendengar yang baik, memiliki kepedulian dan suka menolong.
Orang berkualitas tiga R tidak mempersoalkan hal-hal kecil dalam hidup (pekerjaan, keluarga dan pergaulan) walau bertentangan dengan logika atau nalar mereka. Sebaliknya setiap persoalan yang dihadapi dijadikan sumber belajar dan evaluasi lebih lanjut.
Namun baik kualitas BARE maupun 3R harus terus diasah dan dilatih hingga menjadi B-CARE (Balance-Keseimbangan, Control-Pengendalian Diri, Awareness-Kesadaran Diri, Responsibility-Tanggung Jawab dan Empathy-Empati) secara baik, sebab jika tidak orang tersebut pada akhirnya akan cendrung mengalami:
Tak mampu menghadapi/menerima sesuatu yang baru (mudah kalut oleh perubahan buruk-bad handling change).
Tidak mampu membangun diri dan tidak percaya pada diri dan orang lain, karena itu ia tak mampu bekerja sama (membetuk team)
Tak tahu membangun hubungan dengan diri dan mudah patah semangat dalam menjalin hubungan dengan orang lain. (sering putus hubungan dengan diri dan tak bisa menghadapi orang lain senhingga gampang kalap)
Gampang mengabaikan tugas dan melempar tanggung jawab terhadap orang lain
Mudah kehilangan motivasi, inspirasi dan strategy/cara dalam bereaksi (mudah burn-out and missing action.”)
Gegabah dalam bertindakan (bisa kebablasan untuk mencari perhatian) (over action) dan juga sering tak bisa berbuat apa-apa karena karena over caution (terlalu berhati-hati)
Pengelolaan Emosi yang baik dapat menciptakan keseimbangan dalam menciptakan keharmonisan dalam membangun hubungan dengan diri, orang lain dan lingkungan. Keseimbangan dan pengelolaan Emosi ini sangat penting karena hidup ini ibarat permainan Ketangkasan Lima Bola; ada yang disebut bola keluarga, bola persahabatan, bola kesehatan, bola rohani dan bola pekerjaan. Diperlukan keseimbangan dan keharmonisan gerak saat melemparkan bola-bola itu ke udara agar tidak terjatuh.
Kebanyakan orang lebih mencemaskan bola pekerjaan tapi ternyata ia hanyalah sebuah bola karet yang bisa memantul lagi saat terjatuh. Sedangkan empat bola sisa terbuat dari gelas/kristal. Mereka akan tergores, terluka, retak, bahkan hancur berkeping-keping jika terjatuh dan tak akan kembali ke rupa mereka yang semula.

Spiritual Quotient (SQ)
Ada pepatah berbunyi ”Cerdik (akal) tanpa ketulusan (hati nurani) adalah licik dan hati nurani (ketulusan) tanpa akal (cerdik) adalah kebodohan.”
Pepatah ini memberi gambaran: Kecerdasan membuat seseorang mendapat dan menguasai ilmu, pengetahuan dan teknologi. Namun apakah kecerdasan itu dapat menciptakan sesuatu yang dapat membangun atau sebaliknya menghancurkan, sangat bergantung pada ada tidaknya Hati Nurani.
Artinya, kecerdasan harus didukung oleh Emosi yang seimbang dan matang; dan Emosi harus dijiwai oleh Hati Nurani /Roh/Spirit/Iman yang teguh. Kecerdasan dan Emosi yang tidak dibalut oleh Spiritual/Hati Nurani/Iman yang teguh rawan mendorong hati melahirkan segala Pikiran Jahat. Pikiran untuk menyesatkan, membunuh, berzinah dan bercabul. Juga melahirkan pikiran jahat untuk merampok, menipu, bersumpah palsu, menghujat dan memfitnah. Mateus 15:19 dan Markus 7:21
Berhati-hatilah dalam berpikir karena Pikiran menentukan siapa diri anda seperti tertuang dalam ayat suci: ‘what he thinks is what he is’ – Proverb 23:7b. Pikiran yang tidak dialaskan pada pertimbangan dan kebenaran dapat membuat Emosi dan Hati menjadi labil hingga mendorong anda bertumbuh menjadi Penipu, Penjahat, Pencuri, Pezinah dan Pembunuh. Oleh karena itu, anda harus memiliki kerelaan diri untuk berserah agar Tuhan memberi anda Hati Baru dan Pikiran Baru seperti tertulis dalam ayat suci:
“I will give you a new heart and new mind. I will take away your stubborn heart of stone and give you an obedient heart – Ezekiel 36:26.
Pikiran Baru dan Hati Baru menolong anda memiliki sebuah Pikiran yang Tulus dan Hati yang Taat; Taat pada Tuhan dan Tulus pada sesama. Dan percayalah bahwa barang siapa memiliki pikiran baru dan hati baru akan berjuang untuk mengisi diri dengan hal-hal baik dan mulia seperti tertuang dalam ayat suci:
Fill your mind with those things that are good and that deserve praise: things that are true, noble, right, pure, lovely and honorable. Philippians 4:8
Setiap orang yang memiliki Pikiran Baru dan Hati Baru mampu menyangkal dirinya yang lama dan mau memperbaharui diri menjadi pribadi yang baru. Sebab sesungguhnya Pikiran Lama dan Hati Lama tak layak untuk menyimpan hal-hal yang melahirkan kebaikan, kebenaran, kehormatan, kemurnian, kasih dan pujian seperti tertulis dalam ayat suci:
Sesungguhnya tak seorangpun mau mengisikan Anggur Baru kedalam Kantong Kulit lama, karena jika demikian, Anggur baru itu akan mengoyakkan kantong kulit lama itu, dan anggur itu akan terbuang dan kantong kulit itupun akan hancur. Akan tetapi Anggur Baru hanya boleh diisi dalam Kantong kulit Baru. Lukas 5:37-38
No one wants to pour new wine into used wineskins, because the new wine will burst the skins, the wine will pour out and the wineskins will be ruined. Instead new wine must be poured into fresh wineskins. Luke 5:37-38
Setiap pribadi yang memiliki Pikiran Baru dan Hati Baru akan bertumbuh menjadi pribadi yang besar, sukses dan rendah hati. Karena itu, Tuhan pasti menjadikan dia sebagai Mesbah/Tahta bagi RohNya (1Corinthians 3:16). Dan diatas Mesbah inilah Tuhan akan menempatkan RohNya yang Kudus, Agung dan Mulia; yaitu Roh yang memberdayakan setiap pribadi untuk tidak hanya untuk membangun masa depan yang penuh pengharapan, tetapi juga untuk memberitakan Kabar Baik (Ilahi) seperti tertuang dalam ayat suci:
Afterward, I will pour out My Spirit on everyone: your sons and daughters will proclaim my message; your old men will have dreams and your young men will see visions- Joel 2:28
Tujuan Tuhan mengisi setiap pribadi dengan RohNya adalah agar dari dalam Mesbah Roh itu terpancar Titik-titik Kebenaran yang menopang keahlian (Kecerdasa Intelektual), membentuk kualitas diri (Kecerdasan Emosi) dan menanamkan harapan dan keyakinan (Kecerdasan Spiritual/Iman) bahwa hati baru dan pikiran baru dapat melahirkan kualitas hidup seperti yang tertuang dalam ayat suci:
“But Spirit produces love, joy, peace, patience, kindness, goodness, faithfulness, humility and self control. There is no law against such things as these – Galatians 5:22-23
Oleh karena itu, hendaklah kita memohon dengan rendah hati dan penuh harapan agar doa Nabi Musa berikut ini dapat dikabulkan bagi kita juga: “Semoga seluruh umat memiliki kualitas Nabi karena Tuhan berkenan mengisi seluruh umatNya dengan RohNya.” -bandingkan Bilangan 11:29;
Namun perlu disadari bahwa Tuhan tentu akan memberikan karunia Hati Baru dan Pikiran Baru tidak kepada semua orang. Tetapi hanya kepada orang-orang yang siap menerimanya; yakni orang-orang yang siap untuk Lahir Baru; lahir baru dalam Roh dan Kebenaran. Sebab sesungguhnya tidak seorangpun akan bertumbuh menjadi pribadi besar dan mampu melakukan karya-karya besar dan agung jikalu ia tidak dilahirkan kembali (lahir baru)-bandingkan Johanes 3:3 – 8.
Berpedoman pada 1Corinthians 3:16 (Anda dan saya adalah Mesbah Roh Tuhan), para ahli terus menggali kecerdasan manusia dan menemukan sekumpulan kecerdasan lain yang merupakan pusat dari semua kecerdasan yang ada. Donah Zohar dan Ian Marshall menyebut kecerdasan ini ’God Spot – Ruang Tuhan’ yakni sebuah ruang yang berisi Titik-Titik Kebenaran. God Spot dikenal sebagai Spiritual Quotient (SQ) atau oleh Peter Sepherd disebut Heart Intelligence (Kecerdasan Hati).
Lebih lanjut Donah Zohar dan Ian Marshal menjelaskan bahwa orang yang mampu mencerdaskan Spiritual Quotient-nya memiliki kualitas hidup yang prima. Kualitas Hidup Prima ini tercipta dari keseimbangan dan keharmonisan dalam hidup; Seimbang dalam mendaya-gunakan nalar/logika, dan Harmonis dalam mengelola emosi serta Teguh dalam membangun spirit/iman. Demikian Anne Ahira, Internet Marketer Kelas Dunia dari Indonesia mengatakan “Berpikir itu Pelita Hati, sukses, keunggulan dan kelebihan itu milik semua orang yang mau berusaha.”
Anne Ahira tentu benar karena dengan pikiran berkualitas pelita (prima); maka setiap orang dapat melihat masa depan dan terus berusaha untuk meraihnya. Karena setiap orang terus berjuang untuk memperbesar kapasitasnya, menciptakan keseimbangan dalam mendaya-gunakan nalar/logika dan membangun keharmonisan dalam mengelola emosi serta tak henti-hentinya memperteguh Spirit/Iman.

Peranan SQ
Intellectual Quotient (IQ) tanpa dukungan Emosi dapat membuat seseorang bertumbuh jadi pribadi sombong dan jahat karena bisa salah mengunakan kemampuan atau kepintarannya. Demikian juga Emotional Quotient yang tak dibalut oleh Iman/Spirit membuat seseorang dapat menerima potensi, kompetensi atau kapasitas diri sebagai beban hidup; hidup yang diliputi oleh Kecemasan dan Kekuatiran belaka.
Oleh karena itu, setiap orang harus berusaha mengasah Spiritual Quotient (SQ) secara optimal. Karena Spiritual Quotient (SQ) atau yang juga disebuat kecerdasan Hati Nurani, Jiwa, Rohani atau Iman merupakan dasar atau pusat atau sumber dari semua kecerdasan yang ada pada setiap manusia. Sebab Spiritual Quotient (SQ) yang terasah dengan baik dapat berperan untuk:
1.memampukan seseorang mengasah otaknya dengan ilmu dan pengetahuan yang baik dan membentuknya menjadi pribadi yang mampu mempergunakan KEAHLIANNYA (IQ) untuk hal-hal yang positif dan konstruktif.
2.menjadikan EMOSI lebih tenang, lebih seimbang dan lebih harmonis sehingga dapat menghasilkan KUALITAS DIRI (EQ) yang prima untuk menerima, menempatkan dan mengelola sesegala sesuatu, baik yang bersifat positif maupun negative secara proporsional seperti tertuang dalam ayat suci:
……..having the same thoughts, sharing the same love, and being one in soul and mind. Don not do anything from selfish ambition or from a cheap desire to boast. Philippians 2:2-3a
3.Selanjutnya bahwa Spiritual Quotient (SQ) berperan menyinergikan Keahlian (Intellectual Quotient) dan Kualitas Diri (Emotional Quotient) menjadi sebuah Inner Power yang besar atau yang disebut Kompetensi guna menggapai semua sasaran yang ditetapkan. Hal itu sesuai dengan makna dari kata Jiwa yang berasal dari kata “PSUCHE” dalam Bahasa Yunani yang berarti:
Napas kehidupan, pusat kepribadian yang dengannya orang merasa, menyatakan, mengira, menginginkan: kebutuhan, keinginan, kedudukan, dan tujuan serta hasrat
Spiritual Quotient yang terasah baik dapat memancarkan sebuah kualitas hidup yang penuh cahaya. Dan cahaya itu sungguh dapat menjadi penerang bagi jalan kehidupan. Lebih dari itu bahwa cahaya yang terpancar dari setiap perbuatan anda juga dapat mengantarkan orang lain berserah diri pada pencipta (praise your Father in Heaven) seperti tertera dalam ayat suci:
In the same way, your light must shine before the people so that they will see the good things you do and praise your Father in Heaven.-Mathew 5:16
Artinya kecerdasan Rohani (Spiritual Quotient) adalah cahaya bagi setiap perbuatan dan kebiasaan baik. Melalui cahaya itu, orang akan melihat hal-hal baik yang anda lakukan.” Hal baik yang dimaksudkan dalam ayat suci diatas tidak lain adalah Kasih (love), Suka-Cita (joy), Damai Sejahtera (peace), Kesabaran (patience), Kemurahan Hati (kindness), Kebaikan (goodness), Ketulusan (faithfulness), Lemah-lembut (humility) dan Pengendalian Diri (self control).
Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa Spiritual Quotient (SQ) atau yang juga disebuat Kecerdasan Hati Nurani, Kecerdasan Jiwa, Kecerdasan Rohani atau Kecerdasan Iman sebenarnya adalah dasar dari segala sesutu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat seperti tertuang dalam ayat suci:
To have Faith is to be sure of the things we hope for, to be certain of the things we cannot see. Hebrew 11:1

Multiple Intelligence
Apakah anda dapat menemui dalam masyarakat, ada orang yang dikenal sebagai Manager hebat, sekaligus Leader panutan atau Ada orang yang dikenal sebagai Conceptor ulung sekaligus Producer handal? Apakah ada orang yang dikenal sebagai Ahli dalam bidang Science dan Technologi sekaligus Ahli dalam Ilmu-ilmu Social dan Humaniora? Mungkin benar bahwa ada banyak orang yang sudah tercatat sebagai ahli dalam multi discipline ilmu, namun dalam masyarakat kita sering menemui anomaly seperti:
1.Ada orang yang hebat mengatur atau mengajari bagaimana mengerjakan sesuatu, namun gagal menanamkan pengaruhnya atau menginspirasi orang lain untuk melakukan sesuatu. (Manager mendapatkan bawahan/anak buah versus Leader mendapatkan pengikut)
2.Ada orang yang hebat mengkonsepkan sesuatu tapi gagal mewujudkan dalam praktek (Conceptor versus Practitioner).
3.Ada orang yang melakukan penemuan besar tapi gagal melihat nilai kemanfaatannya sehingga gagal memproduksinya (Inventor versus Marketer/ Producer)
4.Ada orang yang jenius dalam science dan matematika namun lemah dalam ilmu social dan humaniora.
Anomaly diatas menunjukkan ada banyak Inner Power (Kecerdasan) dalam setiap pribadi, tapi sesungguhnya pertumbuhan dan perkembangan antar satu Inner Power berbeda dari yang lain. Artinya tidak semua Inner Power dapat bertumbuh dan berkembang secara setara sebab ada yang dominant.
Bagaimana dengan anda? Apakah anda merasa rendah diri karena tidak memiliki kecerdasan kognitif yang baik, atau minder karena tidak memiliki suatu ketrampilan yang lagi ngetrend? Apakah anda bisa memerintah dan mengatur orang untuk melakukan sesuatu namun tidak mampu mempengaruhi/menginspirasi mereka? Atau apakah anda sulit bergaul, sulit mempercayai orang atau sulit menyampaikan suatu pesan (informasi, instruksi dan saran) kepada orang lain?
Katakan Tidak pada semua perasaan tersebut karena sesungguhnya Tuhan telah menciptakan anda dengan sejuta kemampuan yang sangat kompleks. Ada Kecerdasan Bahasa, Berhitung, Logika, Spatial (kemampuan mengkonsep) Kinetics (Olah tubuh untuk Seni dan sport), Art dan keindahan, Social, Rohani, Natural (adaptasi dengan Alam), dll. Semua kemampuan diatas tertata rapi dalam sekumpulan kecerdasan yang oleh Prof Howard Gardner disebut dengan Multiple Intelligences.
Dari manakah anda memperoleh Multiple Intelligence diatas? Tuhan adalah sumber dari segala Ilmu dan Pengertian dan barang siapa menerimanya akan menjadi cerdas dan barangsiapa berusaha menjadi cerdas akan mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik seperti tertuang dalam ayat suci:
She sends knowledge and understanding like the rain, and increase the honor of those who receive her-Sirach 1:19.
Tuhan mengirimkan ilmu pengetahuan dan pengertian sama seperti Dia menurunkan hujan bagi kehidupan dan pertumbuhan semua maklukNya. Barangsiapa yang menerima dan mengusahakan ilmu pengetahuan dan pengertian tersebut dalam hidup dapat memiliki Multiple Intelligences untuk mengaktualkan diri melalui:
1.Keahlian (Intellectual Quotient): Kecerdasan yang memampukan kita untuk melakukan sesuatu
2.Motivasi, kesadaran, Panca indera, indera ke-6, pikiran bawah sadar: Potensi atau semangat yang mendorong kita untuk melakukan sesuatu. Namun hasil dari usaha potensi ini akan memberi manfaat atau menghancurkan bergantung bagaimana kita menggunakannya. Juga bahwa potensi/semangat diatas tak akan bermanfaat apa-apa jika tak diberdayakan secara optimal
3.Mental (Emotional Quotient): Kecerdasan yang menentukan kualitas kita dalam melakukan sesuatu
4.Iman/Roh (Spiritual Quotient): Kecerdasan yang memberi keyakinan, harapan dan optimisme bahwa hasil terbaik akan kita raih jika kita mau berusaha dengan keahlian kita, jika kita mau berusaha dengan motivasi yang benar dan dengan sikap mental yang positif, seimbang dan harmonis dalam kasih.
Setiap kecerdasan dari Multiple Intelligence yang terasah dengan baik, memberi manusia optimesme dan harapan, serta menjauhkan segala kekuatiran, kecemasan dan kecerobohan yang menjerumuskan. Juga memampukan manusia untuk melaksanakan tugas dengan penuh keyakinan dan sepenuh hati seperti dicatatkan dalam ayat-ayat suci berikut:
1.“Be concerned above everything else with the kingdom of God and with what he requires of you and he will provide you with all these other things. So do not worry about tomorrow, it will have enough worries of its own. There is no need to add to the troubles each day brings”.– Mathew 6:33-34
2.“Work hard don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times” – Rome: 12:11
Yakinkah anda akan mendapatkan sesuatu dengan kualitas istimewa jikalau anda telah bekerja seperti tertulis dalam ayat-ayat suci diatas? Ibu Terasa berkata bahwa setiap orang yang giat bekerja dan meyakini bahwa Tuhan sedang menggunakannya untuk menyalurkan AnugrahNya, maka Tuhan akan menetapkan hasil yang terbaik sebagai Kasih Karunia bagi dia. Hal itu sesuai dengan bunyi ayat suci:
“For God will reward every person according to what he has done. Some people keep on doing good and seek glory, honor and immortal life. To them God will give eternal life.” – Rome 2: 6 – 7

KASIH sebagai PILAR Multiple Intelligence.
KASIH merupakan pilar pokok dari Multiple Intelligence. Dengan kasih anda dapat memahami bahwa Pengetahuan, Penegertian, Inspirasi dan Hikmat bersifat sementara dan tidak sempurna. Kasih itu sempurna dan tak berkesudahan. Sebab sesungguhnya sesuatu yang sempurna tiba maka yang tak sempurna akan lenyap
Oleh karena itu kejarlah Kasih karena setiap pribadi yang memiliki Kasih berbeda kualitasnya dari pribadi yang lain. Ia akan senantiasa tampil sebagai pribadi yang sabar, murah hati, tak cemburu, tak memegahkan diri dan tidak sombong. Dia yang memiliki Kasih itu sopan dan tak mencari keuntungan diri. Dia tidak pemarah dan tidak juga pendendam. Dia tak bersukacita atas kelaliman tapi atas kebenaran.
Oleh karena itu adalah paradox bahwa Seseorang bisa saja memberikan segala yang dimiliki bahkan nyawanya sekalipun tak membawa manfaat sedikitpun jika ia tidak mendasarkan semua perbuatannya pada Kasih-1Korintus 13: 3 – 10. Jika demikian, hendaklah anda senantiasa mengusahakan dan berbagi Kasih tanpa pamrih dalam perbuatan dan menjadikan Kasih bagian dari hidup anda. Karena dengan Kasih anda dapat dipercaya sebagai pembawa Kabar Baik bagi umat manusia seperti tertulis dalam ayat suci:
It is love, then, you should strive for. Set your heart on Spiritual Gift, especially the gift of proclaiming God’s message-1Corinthians 14:1.
Akhirnya pastikan bahwa anda dapat membangun diri untuk terus bertumbuh karena dengan kecerdasan yang anda miliki, anda sesunggunya bisa:
1.melakukan sesuatu sama seperti yang orang lain bisa lakukan karena anda juga memiliki keahlian (IQ) yang sama
2.melakukan sesuatu yang sulit dilakukan orang lain karena anda memiliki kulitas diri (EQ) yang lebih baik
3.melakukan sesuatu yang mustahil dilakukan orang lain karena anda Iman. Iman adalah sebuah karunia yang membuat anda lebih mampu untuk berserah (membuka) diri guna menghadirkan Roh Tuhan dalam diri (Spiritual); Roh yang memberi anda keyakinan, harapan dan optimisme bahwa hasil terbaik akan anda raih jika kita mau berusaha dengan keahlian anda, dalam motivasi yang benar dan dengan sikap mental yang positif, seimbang dan harmonis dalam kasih.
Dengan demikian, anda akan bertumbuh menjadi pribadi yang begitu kaya dalam hidup. Anda sungguh kaya dalam tutur kata, ilmu & pengetahuan, harkat dan martabat. Anda akan sungguh kaya dalam hasrat untuk melayani, kaya dalam Iman, Harapan dan Kasih. Bandingkan 2Korintus 8:7.
3. Karakter
Setiap orang dilahirkan dengan modal moral atau kekuatan/kualitas mental yang mencerminkan keseluruhan kepribadian orang tersebut. Dan kualitas mental tersebut berperan sebagai pedoman masa depan. Moral atau kualitas mental juga dapat membuat seseorang, sekelompok orang atau suatu ras berbeda dari yang lain, itulah yang disebut Karakter.
Karakter terbentuk dari bagaimana kita berpikir tentang diri. Pikiran akan mempengaruhi dan menentukan apa yang kita katakan, apa yang kita katakana mempengaruhi dan menentukan apa yang kita lakukan. Dan apa yang kita lakukan adalah wujud dari bagaimana kita menanggapi/meresponse dan menila sesuatu. Sungguh apa yang anda pikirkan, itulah apa diri anda. Pikiran menentukan siapa diri anda seperti tertuang dalam ayat suci:
‘what he thinks is what he is’ – Proverb 23:7b.
Apa yang dipikirkan itulah yang dikatakan, apa yang dikatakan itulah yang dilakukan, dan apa yang dilakukan itulah kebiasaan anda. Kebiasaan anda adalah Karakter anda. Sebab apa yang keluar dari hatimu bisa berupa sebuah pancaran kasih (karaketer terpuji) yang dapat memberi suka-cita atau sebaliknya merupakan sebuah racun yang membinasakan. Hal itu dengan tegas dinyatakan dalam ayat suci:
Be careful how you think; your life is shaped by your thoughts – Proverb 4:25
Bangunlah karakter anda dengan membiasakan diri berpikiran besar dan positif. Pikiran positif menghasilkan kata/bahasa yang santun, bermakna dan berhikmat. Bahasa yang santun dan berhikmat menuntun sebuah tindakan konstruktif dan tindakan konstruktif membentuk kebiasaan yang baik. Kebiasaan yang baik inilah yang membentuk sebuah karakter yang mulia. Seseorang yang memiliki karakter mulia akan jujur menerima potensi diri dan mengembangkannya menjadi kompetensi. Kompetensi yang terbangun dengan baik dapat merekonstruksi kembali pandangan diri (citra diri) terhadap hal-hal yang membangun maupun yang menghambat baik dari dalam diri maupun luar diri menjadi potensi yang mendorong kemajuan.
Orang berkarakter umumnya tidak hanya cerdas dan berkompetensi (ahli), tetapi lebih dari itu, ia memiliki perhatian dan kepedulian besar (kualitas diri) terhadap diri dan juga terhadap apa yang ada diluar dirinya. Orang berkarakter tidak hanya memiliki kemampuan untuk mendapatkan suatu pencapaian tetapi juga dapat melindungi diri dari pengaruh- pengaruh negative baik dari dalam diri maupun dari luar. Mengapa? Orang berkarakter tak takut menghadapi masalah karena ia tahu jalan keluarnya. Orang berkarakter biasanya bijaksana dan berhikmat, sebaliknya orang dungu tak memiliki tuntunan hidup seperti isi ayat suci:
“Sensible people will see trouble coming and avoid it, but unthinking person will walk right into it and regret it later”- Proverb 22:3
Sedangkan orang dungu mendapatkan masalah sebagai sebuah belenggu bagi kehidupannya. Ia tak memiliki hikmat dan pengertian; ia cendrung membanggakan skill atau pengetahuannya tentang sesuatu namun tak mampu mewujudkannya melalui sebuah tindakan nyata seperti tertulis:
“Clever person is wise because he knows what to do, but stupid person is foolish because he only thinks he knows”-Proverb 14:8

Namun yang menjadi keutamaan dari seorang yang berkarakter adalah bahwa keberadaannya menjadi sangat penting bagi orang lain. Segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya dapat menjadi cerminan positif dan orang lain sangat termotivasi dan terinspirasi karenanya.
Orang berkarakter tidak hadir untuk menguasai, mengatur atau memerintah orang lain; melainkan dapat mempengaruhi karena segala sikap, tingkah laku dan perbuatannya penuh inspiratif. Oleh karena itu tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kepribadian orang berkarakter merupakan cahaya.yang menerangi langkah orang yang masih berada dalam kegelapan dan juga merupakan garam yang dapat mengarami setiap hati yang tawar akibat kegagalan, ketidak berdayaan, kepahitan, dan lain-lain. Bandingkan Mateus 5:13-16 dan Markus 9:50

4. Talenta
Ketika dilahirkan, seorang bayi sudah memiliki keinginan dan tuntutan; keinginan untuk mendapatkan susu dan sekaligus tuntutan untuk dibantu agar ia mudah mendapatkan susu tersebut. Setelah dilahirkan seorang bayi akan memanjat perut ibu untuk mencari puting susu ibunya, jika ada hambatan, ia akan menangis sebagai pertanda perintah atau permintaan untuk dilayani. Tanpa diberitahu, seorang bayi sudah tahu letak susu ibu dan tanpa diajari ia tahu cara meminta bantuan. Dia akan menangis jika sulit menemukan susu ibu. Menangis adalah potensi awal yang dikenal dan digunakan manusia untuk memenuhi kebutuhan awalnya: minum susu.
Manusia diciptakan dengan sebuah kekuatan besar yang terkandung didalam dirinya. Kekuatan itu akan bertumbuh dan membentuk setiap pribadi menjadi apa yang dikehendaki dirinya. Kekuatan itu disebut Talenta. Talenta bermanfaat membentuk kemampuan, dan kualitas yang dapat membedakan seseorang dari orang lain bergantung bagaimana memperlakukannya. Oleh karena itu, talenta harus dikenali dan dikembangkan terlebih dahulu, jika tidak ia tak memberi manfaat apa-apa.
Mengubur/Mempertahankan Talenta
Ada orang yang ingin menjalani hidup apa adanya; hidup bergantung pada keadaan dimana ia berada. Ia merasa nyaman dengan hasil yang diberikan. Ia merasa nyaman dengan zonanya sekarang. Orang ini berkeinginan kuat untuk mempertahankan sesuatu yang biasa ditanganninya. Atau ia engan meninggalkan tempat atau keadaan dimana ia biasa berada. Ia menolak untuk mengganti peralatan baru atau belajar ketrampilan tertentu yang dibutuhkan pekerjaan. Atau ia akan menolak pindah ke posisi lain atau tidak mau menerima tantangan dengan memilih pekerjaan baru.
Orang semacam ini selalu memiliki kekuatiran terhadap setiap perubahan, baik perubahan dalam diri, orang lain dan lingkungan. Ia kuatir tak mampu menangani setiap perubahan yang terjadi. Karena itu ia engan mengembangkan diri apalagi berbagi sesuatu yang dimilikinya. Ia sudah merasa nyaman dengan kemampuan dan keberadaan (Zona) dirinya. Artinya ia takut menunjukan potensi diri dan membaginya dengan orang lain karena takut: gagal, ditiru, disaingi atau bahkan ducurangi. Hal ketakutan menyembunyikan potensi/talenta diri dapat dibaca dalam ayat suci:
Nevertheless, the servant who had received one thousand talents went off, dug a hole in the ground, and hid his master’s talents (money). I was afraid, so I went off and hid your money in the ground. Matthew 25:18 & 25

Menginvestasikan Talenta
Berbeda dari orang yang meneyembunyikan telentanya, ada orang lain yang tidak merasa cukup dan puas. Ia tak akan membentengi atau ia tak takut kehilangan talenta yang ada padanya. Karena ia percaya pada sabda Tuhan bahwa “ Sebuah Biji Gandum akan tetap satu biji saja jikalau ia tidak jatuh kedalam tanah dan mati; sebab jika ia mati, ia akan menghasilkan Banyak Biji.
I am telling you the truth: A grain of wheat remains no more than a single grain unless it is dropped into the ground and dies. If it does die, then it produces many grains. John 12:24
Benih anda yang jatuh kedalam tanah dan mati berarti Anda tidak hanya kehilangan satu benih saja; benih yang jatuh itu juga meninggalkan suatu ruang kosong. Sebab jika benih itu tidak jatuh dan mati, tentu tak akan ada sebuah pertumbuhan baru, sebuah ruang baru dan juga sebuah panenan baru. Artinya bahwa tanpa kematian, tak akan ada hidup baru dan tanpa kehilangan, tak akan ada ruang baru untuk diisi dengan hal-hal baru yang lebih besar, lebih baik dan lebih bernilai.”
Orang yang menginvestasikan talenta memiliki keberanian menghadapi tantangan, memiliki hasrat belajar yang tinggi, dan berusaha menyatakan (kekurangan dan kelebihan) diri. Ia suka berbagi (ilmu, pengetahuan, pengalaman dan bahkan materi) untuk saling mendukung dan memberdayakan.
Anda termasuk kelompok kenyamanan atau kelompok yang haus akan pertumbuhan dan perubahan? Setiap orang memiliki tanggung jawab terhadap pertumbuhan dan perkembangan dirinya. Keluarkan talentamu, walau yang terkecil sekalipun dari zona nyaman. Investasikan talenta itu melalui belajar, latihan/praktek dan membangun hubungan hingga menjadikan talenta itu sebuah kompetensi. Orang yang tak kuatir kehilangan talenta tetapi berjuang untuk mengembangkannya akan mendapatkan keberutungan seperti tertuang dalam ayat suci:
The servant who had received five thousand talents went at once, invested his money, and earned another five thousand talents. In the same way, the servant who had received two thousand talents earned another two thousand talents. Matthew 25: 16-17
Talenta yang telah bertumbuh dan menjelma menjadi kompetensi inilah yang akan mendatangkan sebuah pencapain diri yang luar biasa. Sekecil apapun talenta yang bertumbuh dapat mengubah anda, orang lain dan lingungan dan bahkan dapat mengubah dunia.

5. Kompetensi
Setiap orang yang menginvestasikan talentanya akan menjadikan talenta itu sebuah kompetensi. Dan setiap orang yang memiliki kompetensi, memiliki kemampuan (ability), kekuatan (power), kekuasaan (authority), ketrampilan (skill) dan pengetahuan (knowledge).
Kompetensi adalah talenta pilihan (unggul) yang dapat berkembang menjadi pengetahuan, ketrampilan, sifat atau nilai. Dengan kompetensi, seseorang memiliki kemampuan untuk mengalami sebuah perubahan pada pola pikir, pola sikap dan tingkah laku. Perubahan-perubahan dimaksud dapat membentuk sebuah keahlian/kemampuan yang dapat meningkatkan kapasitas dan kapasitas itu dapat meningkatkan kualitas hidup.
Pertumbuhan dan perkembangan kompetensi secara baik dapat memberdayakan seseorang untuk melakukan sesuatu dengan baik dan benar, menyediakan nilai terhadap diri, dan orang lain. Juga dapat menciptakan kebaikan atau memberi nilai tambah bagi diri, masyarakat dan lingkungannya. Setiap usaha berbasis kompetensi menciptakan suatu perubahan menuju arah yang lebih baik. Namun setiap usaha baru akan bermanfaat jika dapat diterima bukan sebagai sebuah rutinitas melainkan sebagai sebuah proses pembiasaan.

Pengetahuan
Pengembangan talenta menjadi kompetensi dapat berwujud sebuah pengetahuan, dan pengetahuan merupakan dasar bagi semua tindakan yang berpotensi memberi keberhasilan. Pengetahuan (talenta dan kompetensi) dapat diusahakan melalui proses belejar berkelanjutan berdasakan konsep dasar dalam hidup; yakni konsep untuk membentuk diri menjadi apa dan untuk mendapatkan hasil apa sesuai keyakinan dasar yang ditetapkan. Demikan Rasul Judas menulis “But you my friends, keep on building yourselves up on your most sacred faith- Jude 1:20.
Setiap orang tidak ingin hidup biasa-biasa saja, ia memiliki niat dan semangat besar untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan kompetitif. Namun, ia perlu melengkapi diri dengan pengetahuan dan sabar mengembangkannya, sebab sesungguhnya niat dan semangat saja tidaklah cukup untuk mendorong pencapaia suatu keberhasilan, hal itu telah ditulis dalam ayat suci:
Enthusiasm without knowledge is not good; impatient will get you into trouble-Proverb 19:2.
Pengetahuan diperoleh melalui belajar dan belajar sesungguhnya menuntut kemampuan membuka diri untuk menerima semua hal (informasi, ide, gagasan, pengetahuan) yang ada diluar diri kita. Selanjutnya kita harus mengelola dan mendaya-fungsikannya informasi, ide, gagasan, pengetahuan bagi pertumbuhan dan perkembangan kemampuan kita seperti tertulis
Be like newborn babies, always thirsty for the pure spiritual milk, so that by drinking it, you may grow up and be saved. 1Peter 2:2
Namun, satu hal yang perlu diperhatikan bahwa belajar bukan sekedar membuka diri untuk menerima dan mengikuti setiap masukan (informasi, ide, gagasan, pengetahuan) saja, tetapi juga kita harus siap melakukannya dalam hidup seperti tertera dalam ayat suci:
Put into practice what you learned, what you learned and received from me; both from my words and from my actions. Philippians 4:9
Pengetahuan yang memadai merupakan anugrah memberdayakan seseorang untuk berhasil tidak hanya dalam hal-hal biasa, tetapi juga untuk melakukan hal-hal ajaib (luar biasa) sehingga nama Tuhan dipermuliakan didalamnya, demikian ada ayat suci yang berbunyi:
God gave knowledge to human beings so that we would praise him for the miracles he performs – Sirach 38:6
Orang beriman bisa melakukan sesuatu yang menakjubkan/ajaib. Anda tidak percaya? Tuhan sendiri telah menjamin hal itu seperti yang dicatat dalam ayat suci:
Those who believe In me will be capable of doing even greater things than the ones I myself did. John 14:12

Pengetahuan Sumber Pilihan
Pengetahuan yang sempurna adalah ilmu yang tidak hanya memberdayakan, tetapi juga dapat memberi lebih banyak pilihan; pilihan cara, pilihan taktik atau strategi, pilihan teknik dan juga pilihan solusi dalam mewujudkan keinginan. Banyak pilihan akan membantu kita untuk tidak terpaku dalam cara yang biasa-biasa saja. Selain itu dengan bertambah pengetahuan, seseorang akan mengetahui lebih banyak dan juga memiliki ketajaman dalam membedakan suatu informasi atau tindakan yang memberi manfaat atau menyesatkan.
Pilihan tepat dari sebuah pengetahuan akan mampu memberdayakan seseorang untuk menemukan, mengenal dan memperbaharui diri (citra diri) secara utuh dan sempurna.
Pengetahuan ibarat titik-titik embun di tengah Gurun tandus, selain dapat memuaskan dahaga setiap makhluk penerimanya, juga dapat memberi mereka kemampuan untuk bertahan, melanjutkan dan memperbaharui hidup. Barangsiapa menerima dan mengamalkan pengetahuan, ia akan mendapatkan sebuah hidup yang penuh kebahagian, kehormatan dan kemulian; sebuah dambaan hidup yang agung dan mulia tentunya seperti terukir dalam ayat suci:
She sends knowledge and understanding like the rain, and increase the honor of those who receive her-Sirach 1:19

6. Citra Diri
Belajar, pengajaran dan pengalaman menghasilkan ilmu, ilmu meningkatkan pengetahuan dan pengetahuan memberdayakan dan mempembaharui diri. Dengan kata lain, pengetahuan memberdayakan seseorang untuk menemukan, mengenali dan memperbaharui diri (citra diri) secara utuh dan sempurna.
Atkin berpendapat: ilmu yang kita peroleh, selain membuat kita berisi pengetahuan yang memadai, juga menolong kita memperbaharui defenisi tentang diri atau membantu kita memperbaiki citra diri.
Citra diri adalah sebuah unsur alamiah yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri setiap orang. Citra diri adalah keunggulan diri yang digali dari dalam guna menemukan kunci diri atau yang biasa disebut NASIB.
Orang yang mengenal citra diri akan selalu melihat kedalam diri dan menemukan kekuatan besar untuk bangkit. Tetapi mereka yang melihat keluar tak akan mengenal diri dengan baik. Mereka yang melihat keluar hanya akan menghayal saja, demikian nasehat Carl Jung.
Citra diri menolong diri untuk mencitrakan diri sebagai pribadi yang utuh, unik dan berbeda seturut pembaharuan akal budi kita dan bukan seturut kehendak orang lain atau lingkungan sekitar. Setiap orang yang ingin bertumbuh lebih baik memerlukan pola pikir baru dan tatanan baru yang memperbaharui. Orang yang terus berkembang tidak membiarkan hidup dipengaruhi oleh arus duniawi tetapi menjadikan hidupnya sebuah agen perubahan dan pembaharuan (agent of change). Citra diri juga dapat menuntun seseorang ke arah mana hidup ini harus dituju. Hal pembaharuan diri bukanlah sekedar sebuah keinginan untuk berubah tetapi adalah sebuah perintah suci yang harus dipatuhi seperti tertulis:
‘Don’t conform yourselves to the standard of this world but let God transforms you inwardly by a complete change of your mind.’– Rome 12: 2
Peranan Citra Diri
Citra diri sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan setiap orang! Citra diri menolong anda dan saya untuk tidak menjadi seperti apa yang orang lain atau lingkungan kehendaki, tetapi menjadi diri sendiri seperti apa yang dikehendaki diri.
Keberhasilan adalah sebuah cita-cita yang hendak diraih oleh setiap pribadi, namun keberhasilan itu akan semakin sulit dijangkau jika anda tak memiliki Citra Diri atau yang biasa disebut kesimpulan tentang diri. Setiap orang boleh berusaha meningkatkan kemampuan atau menciptakan metoda, alat atau rumusan tujuan (keberhasilan) sedemikian rupa guna mendapatkan kemudahan bagi sebuah pencapaian. Namun ternyata Citra Diri jauh lebih berperan bagi suatu pencapaian tujuan (keberhasilan) dari pada rumusan tujuan yang dibuat, atau kemampuan yang dimiliki. Demikianlah Gordon Dryden pernah mengatakan bahwa: Materi Pendidikan terbaik penting bagi keberhasilan, tetapi ternyata peranan citra diri jauh lebih penting bagi keberhasilan pendidikan itu sendiri. Hal ini benar adanya karena Citra diri memampukan seseorang untuk mengkonsepkan tentang siapa dirinya sebelum menjadi apa dirinya kelak. Konsep seseorang tentang siapa dirinya sebelum menjadi apa dirinya dapat dipahami dalam doktrin-doktrin berikut:
Doktrin Samurai : Jadilah PEMENANG sebelum menjadi PETARUNG
Doktrin Militer : Jadilah PENAKLUK sebelum menjadi PRAJURIT
Doktrin Olahraga : Jadilah JUARA sebelum menjadi ATLET
Artinya opini diri (sebagai pemenang, penakluk dan juara) dapat secara otomatis meneguhkan pengakuan terhadap diri (sebagai petarung, prajurit dan atau atlet) anda.

Senjata Diri
Berbeda dari Hewan, kekuatan fisik tidak mampu melindungi manusia dari serangan makluk hidup lain dan dari perubahan alam. Manusia lemah dalam fisik, karena itu ia tak mengandalkan fisik saja untuk membangun diri. Ada Akal Budi yang berperan mengambil Ilmu Pengetahuan, Ketrampilan dan Tehnologi sebagai senjata penopang fisik. Manusia menerima Ilmu Pengetahuan, Ketrampilan dan Tehnologi sebagai senjata diri yang sangat penting karena bermanfaat untuk mengaktualkan konsep diri secara tepat.
Oleh karena itu kenali, pelajari, kuasai dan pergunakan senjata diri secara baik dan benar. Ada dua senjata yang berbeda; spirit dan fisik. Pilihlah satu dari senjata-senjata ini untuk mempermudah tugas anda. “Pergunakanlah senjata SPIRIT terlebih dahulu sebelum senjata FISIK/kekuatan (pedang). Karena untuk jangka panjang, spirit akan mengalahkan fisik/pedang.”-nasehat Napoleon Bonaparte
Orang yang berhasil mengunakan senjata diri dapat memberi kekuatan kepada citra diri untuk memberdayakan dirinya menjadi pribadi bernilai dan bermanfaat bagi diri dan orang lain, serta membuat kehidupan masyarakat lebih baik (to provide value to people and to make community better). Namun perlu dicatat bahwa jika anda tak sanggup membangun hubungan baik dengan diri sendiri, maka teknik/senjata yang benarpun tidak akan bekerja dengan benar.

7. MENGASAH GERGAJI (DIRI)
Dalam dunia kerja, kita mengenal Kebiasaan Karyawan Efektif (KKE), salah satu dari kebiasaan-kebiasaan itu adalah ‘ASAH GERGAJI.’
Asah gergaji? Orang tentu akan bertanya “apa itu asah gergaji dan apakah seorang karyawan memerlukan gergaji. Tentu tidak! Namun gergaji disini merupakan metamorfosis dari apa yang dikenal dengan KEAHLIAN, KECAKAPAN dan/atau PENGETAHUAN.
Mengasah Gergaji adalah proses mendapatkan pengetahuan, ketrampilan, sifat atau nilai tertentu yang berfungsi untuk memfasilitasi kerja manusia.
Mengasah Gergaji dapat dilakukan melalui belajar, pengalaman atau pengajaran serta membangun hubungan yang dapat menciptakan sebuah pembaharuan pada pola pikir, sikap dan tingkah laku.
Untuk apa mengasah gergaji? Untuk mendapatkan kemampuan eksekusi, yakni sebuah keahlian menjalankan sebuah tindakan yang tepat, pada saat yang tepat. Mengasah Gergaji yang berhasil memberdayakan Anda memformulasikan pandangan terhadap apa yang hendak dikerjakan dan apa yang hendak dicapai darinya. Juga dapat merekonstruksi kembali pandangan diri terhadap hal-hal negatif (menghambat) menjadi potensi yang mendorong kemajuan.

8. Belajar Mengasah Gergaji
Tuhan menganugerahi manusia dengan akal budi; sebuah anugrah yang dapat membedakannya dari ciptaan yang lain. Akal budi mengandung semangat ingin tahu (Spirit of Curiosity), sebuah semangat yang membuat manusia terus berkembang dari makluk yang primitive menjadi manusia modern. Berkembang dari makluk yang lemah dalam fisik menjadi pribadi superior. Superiority manusia terbentuk dari ketekunan untuk mengisi diri dengan ilmu/pengetahuan, ketrampilan, sikap atau nilai guna mengembangkan diri lebih baik, seperti tertera dalam ayat suci:
Intelligent people are always eager and ready to learn – Proverb 18:15

Apa itu belajar Mengasah Gergaji (Mengasah diri)?
Manusia memiliki hasrat untuk mengisi diri dengan pengetahuan, ketrampilan, sikap atau nilai. Proses pengisian diri ini dilakukan melaui belajar. Manusia dapat belajar melalui pembelajaran, pengalaman atau pengajaran serta membangun hubungan. Proses belajar sangat penting dan tidak dapat ditolak karena dapat menciptakan sebuah pembaharuan pola pikir, sikap dan tingkah-laku yang meneguhkan, terukur dan spesifik. Proses belajar dapat memberdayakan setiap individu memformulasikan sebuah tatanan mental baru dan/atau memperbaharui tatanan mental sebelumnya.
Orang berpengharapan tak pernah meninggalkan apa yang ia pelajari. Dia mencintai didikan dan selalu siap menerimanya sebagai bagian dari hidupnya. Mengapa? Karena Pendidikan adalah sebuah proses yang dapat memberi nilai dan mendorong perubahan tingkah laku jangka panjang; proses yang dapat membentuk setiap pribadi menjadi manusia seutuhnya; demikian ada ayat suci berbunyi:
Always remember what you have learned. Your education is your life. Guard it well-Proverb 4:13
Mengapa perlu belajar Mengasah diri?
Setiap orang mempunyai perasaan selalu berkekurangan (tidak sempurna) dalam segala hal dan ingin memenuhinya melalui belajar. Belajar berarti kita sedang berusaha mengisi diri dengan hal-hal (pengetahuan) positif yang memberdayakan. Sebab ketika kita berdaya, kita mampu melakukan sesuatu yang terbaik bagi hidup dan kehidupan seperti ditegaskan ayat suci ini:
Be like newborn babies, always thirsty for the pure spiritual milk, so that by drinking it, you may grow up and be saved. 1Peter 2:2
Orang yang belajar akan bertumbuh dan orang yang bertumbuh memiliki kemampuan melakukan sesuatu. Dan orang yang bisa melakukan sesuatu memiliki hasrat untuk berbagi (memberi) dengan orang lain. Namun, tentu ia harus terlebih dahulu berbagi dengan diri sendiri. Adalah omong kosong seseorang dapat berbagi (mengasihi) dengan orang lain sebelum ia sendiri mengetahui bagaimana menyenangkan dirinya. Hal ini dengan tegas dinyatakan dalam ayat suci berikut:
“Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper.” – proverb 19:8
Seseorang yang engan berbagi sesungguhnya tak memiliki apa-apa karena tidak mampu mendapatkan sesuatu dalam belajarnya. Ia hanya bertumbuh menjadi pribadi yang merasa pintar dan berhikmat dalam kebodohannya. Ia tak tahu apa yang harus ia lakukan, tapi hanya berangan-angan tentang sesuatu yang sebetulnya tak ia ketahui, seperti dinyatakan dalam ayat suci:
“Clever person is wise because he knows what to do, but stupid person is foolish because he only thinks he knows”-Proverb 14:8

Dalam belajar, kita sesungguhnya tak hanya mengisi diri guna mendapatkan keahlian teknis saja tetapi juga kualitas Rohani (Hikmat dan Saleh). Karena ilmu pengetahuan dapat memberi keahliah (skill) yang akan membuat langkah kita maju dan terus maju demi pencapaian yang lebih baik. Sedangkan Rohani akan memberi karakter moral yang akan membuat langkah kita focus (terarah & teratur) dan tak tersesat, dan juga dapat meningkatkan harkat dan martabat kita. Oleh karena itu carilah ilmu dan hikmat dalam hidup karena orang berilmu memiliki kecerdasan, pengertian (empati) dan hikmat untuk mengatasi persoalan-persoalan hidup. Orang berilmu, berpengertian dan berhikmat tak akan pernah menyesali kehidupannya karena ia akan terus maju dan tak akan pernah terjerumus dalam godaan hidup itu sendiri seperti ditulis dalam ayat suci:
Sensible people will see trouble coming and avoid it, but unthinking person will walk right into it and regret it later- Proverb 22:3

Orang berilmu belum tentu memiliki pengertian dan hikmat, tetapi orang berhikmat pasti memiliki ilmu dan pengertian. Hikmat yang didapat lewat belajar merupakan Harta Karung yang Tuhan siapkan sebagai tuntunan. Sebuah tuntunan bagi setiap pribadi untuk mengunakan ilmu dan pengetian guna keluar dari kegelapan dan kekuatiran dan berjalan dalam terang seperti tertuang dalam ayat-ayat suci:
1.Wisdom takes care of those who look for her; she raises them to greatness-Sirach 4:11
2.At first wisdom will lead you along difficult path. She will make you so afraid that you will think you can not go on – Sirach 4:17
3.Nothing will stand in your way if you walk wisely, and you will not stumble when you run-Proverb 4:12
4.Anyone who obtains wisdom will be greatly honored – Sirach 4:13
5.Wisdom can make your life pleasant and lead you safely through it – Proverb 3:17
6.Wisdom offers you long life, as well as wealth and honor – Proverb 3:16
7.So do not worry about tomorrow, it will have enough worries of its own. There is no need to add to the troubles each day brings”.– Mathew 6: 34
Dari mana belajar Mengasah diri?
Segala sesuatu yang ada disekitar kita adalah sumber yang baik bagi proses belajar berkelanjutan. Pengalaman dan pergaulan juga dapat menjadi sumber belajar yang baik. Belajarlah pada pribadi, tempat atau situasi yang berperan sebagai sumber pencerahan. Sebuah sumber yang dapat memberi pemahaman, peneguhan (kekuatan) dan pengertian. Orang yang belajar dari sumber yang tepat sesungguhnya akan menemukan peneguhan (kekuatan) dan pengertian, ia akan mendapatkan tuntunan dan damai sejahtera serta ia akan memiliki hidup yang sempurna, seperti tertuang dalam ayat suci:
“Learn where understanding, strength and insight are to be found. Then you will know where to find a long and full life, light to guide you and peace.”-Baruch 3:14
Oleh karena itu, berusahalah mengambil pelajaran dari setiap situasi, kejadian dan juga tempat anda berada. Juga pastikan anda dapat berhubungan, berinteraksi dan berkomunikasi intens dengan Rekan, Advisers/Coachers, Consultants, Team Members, Suppliers, Customers dan juga Competitors. Mereka adalah pilar-pilar belajar yang harus diperhatikan seperti telah difirmankan:
People learn from one another just as iron sharpens iron-Proverb 27:17
Belajar sesungguhnya menuntut kemampuan membuka diri untuk menerima semua hal (informasi, ide, gagasan, pengetahuan dan nilai) yang ada diluar diri kita, mengelola dan mendaya-fungsikannya bagi pertumbuhan dan perkembangan kemampuan kita seperti tertulis
Be like newborn babies, always thirsty for the pure spiritual milk, so that by drinking it, you may grow up and be saved. 1Peter 2:2
Sesungguhnya belajar bukan sekedar membuka diri untuk menerima dan mengikuti setiap masukan (informasi, ide, gagasan, pengetahuan dan nilai) saja, tetapi harus melakukannya seperti tertera dalam ayat suci:
Put into practice what you learned, what you learned and received from me; both from my words and from my actions. Philippians 4:9
Namun satu hal yang harus menjadi pelajaran bagi mu adalah janganlah belajar dari pribadi, tempat atau situasi yang dapat menjerumuskan agar anda tidak jatuh dalam pencobaan seperti tertulis:
If you touch tar, it will stick to you and if you keep company with arrogant people, you will come to be just like them-Sirach 13:1

9. Bagaimana Mengasah Gergaji (Diri)
Setiap orang tidak ingin menjadi pribadi yang biasa-biasa saja, tetapi senantiasa berusaha membentuk dan memberdayakan dirinya guna melakukan sesuatu dengan lebih baik. Tujuannya untuk menunjukkan diri berbeda dan lebih baik dari orang lain dalam pemikiran, konsep, tindakan, kebiasaan dan teladan yang diwujudkan melalui suatu keahlian tertentu. Setiap keahlian yang telah dimiliki akan terus ditingkatkan guna melaksanakan atau mengeksekusi sesuatu (pekerjaan) secara tepat, yakni tepat sasaran dan tepat waktu guna mendapatkan hasil yang tepat pula. Keahlian eksekusi inilah yang dianalogikan dengan istilah kemampuan “Mengasah Gergaji.”
Musashi, seorang Samurai berpendapat kemampuan eksekusi adalah “keahlian yang dimiliki seseorang untuk menjalankan sebuah tindakan yang tepat, pada saat yang tepat.” Untuk apa? Untuk meraih sebuah sasaran yang tepat (do a proper action in a proper time).
Bagaimana dan dari mana kita bisa mengasah gergaji atau meningkatkan keahlian eksekusi itu?
Mulanya kita harus mengisi diri dengan ilmu, pengetahuan, ketrampilan dan nilai melalui belajar, praktek dan pengelaman. Kita juga dapt mengisi diri dengan membangun hubungan baik dengan diri maupun orang lain.
Ada beberapa pelajaran yang menolong setiap pribadi mengasah gergajinya. Mari kita belajar mengasah Gergaji dengan berpedoman pada rujukan pelajaran dibawah ini:

10. Pelajaran Mengasah Gergaji (Diri)
Seperti yang diuraikan diatas bahwa setiap orang bercita-cita menjadi pribadi yang luar biasa. Karena itu ia senantiasa berusaha membentuk dan memberdayakan dirinya guna melakukan sesuatu dengan lebih baik. Tujuannya untuk menunjukkan diri berbeda dan lebih baik dari orang lain dalam pemikiran, konsep, tindakan, kebiasaaan dan pengalaman yang diwujudkan melalui suatu keahlian tertentu. Setiap keahlian yang telah dimiliki akan terus diasah atau ditingkatkan guna mencapai cita-citanya. Hal itu dapat dilakukan tepat seperti diuraikan dalam pelajaran-pelajaran bernilai berikut:
A.Conceptual Learning
B.Practical Learning
C.Technical Learning
D.Intra-personal relationship Learning
E.Interpersonal relationship Learning

A. Belajar Mengkonsepkan Praktek (Conceptual)
Sejak awal-mula, manusia sudah mengetahui bahwa ia diciptakan seturut gambaran dan citra Pencipta (Yahwe). Sebagai wakil pencipta, manusia diberi peran untuk mengelola dan membudi-dayakan Alam Raya dan segala isinya. Tugas dan tanggung jawab ini tak asal diberikan karena, Tuhan sudah menganugerahinya dengan Akal Budi. Akal Budi adalah sebuah anugrah yang memberi manusia kemampuan untuk menerima, menyimpan dan mengelola informasi tentang siapa penciptanya, siapa dirinya, dan apa tugasnya, serta bagaimana menjalankan tugas yang diberikan pencipta. Dan yang terpenting dari semua itu, ia mengetahui ia dapat menjadi APA dan APA yang akan diperoleh dari tugas yang ia jalankan tersebut.
Akal budi membuat manusia tidak dapat melakukan segala sesuatu (tugasnya) secara asal. Manusia akan terlebih dahulu berpikir, berpikir dan berpikir berkali-kali, baru melakukan sekali. Tetapi tidak sebaliknya melakukan sesuatu berulang-ulang baru memikirkan cara/strateginya saat menemui hambatan. Artinya, manusia akan terlebih dahulu merumuskan apa yang akan dikerjakan, lalu ia memikirkan cara mengerjakan sasaran yang sudah dirumuskan dan selanjutnya ia dapat melakukan tepat sesuai cara yang telah dipikirkan.
Ini menunjukkan bahwa, Manusia akan terlebih dahulu melakukan sebuah analysing, synthesezing & imaging dan valuing. Manusia sudah terlebih dahulu membuat gambaran dan juga pertimbangan tentang apa yang akan dikerjakan dalam sebuah perencaan dan yang terumus dalam sebuah konsep yang matang. seperti tertulis dalam ayat suci berikut:
“Planning and thought lie behind everything that is done” – Sirach 37:16.
Merujuk pada sabda ilahi diatas, Conceptual Learning bukanlah sebuah hal baru. Tetapi sudah menjadi sebuah formula rohani yang dapat mendorong terciptanya sebuah keberhasilan. Artinya, apapun pekerjaan yang akan dikerjakan harus diawali dari sebuah pemikiran dan apapun perbuatan (bagaimana melakukannya) harus didasari pertimbangan. Pernyataan ini memberi pencerahan bahwa konsep adalah awal dari sebuah keberhasilan dan akan menolong Anda berprestasi dalam dunia yang penuh persaingan ini. Sebab tanpa konsep yang jelas dan tepat, Anda ibarat berada dalam sebuah rimba belantara; tidak tahu dari arah mana Anda telah datang/masuk dan ke arah mana Anda akan keluar/tuju.

Bagaimana Anda bisa menerapkan Conceptual Learning bagi prestasi Anda, mari simak cerita Berlari – dan Berlarilah Lebih Cepat Atau Mati berikut:
Berlari – dan Berlarilah Lebih Cepat Atau Mati
Konon di sebuah hutan belantara Timor, ketika fajar menyingsing, berkatalah seekor Singa jantan muda kepada dirinya. ‘Hari ini saya harus makan jika tidak saya pasti akan mati.’ Tetapi bagaimana saya bisa makan, ya? Ia bertanya pada diri sendiri - oh saya tahu lanjutnya, hari ini saya harus menangkap seekor Kijang kesukaan saya. Namun, ada pikiran yang menghantui, karena ia tahu tidak mudah menangkap seekor Kijang.

Kijang itu makluk paling cepat berlari, tapi saya tahu cara menangkapnya, Singa muda itu mencoba membesarkan hatinya. Caranya, saya harus berlari, berlari dan berlari dengan cepat – minimal lebih cepat dari lari kijang yang paling lambat. Karena hanya dengan demikian saya bisa mendapatkan sasaran saya, seekor Kijang untuk makanan hari ini.

Sebaliknya, Kijang pun tahu bahwa ada ancaman kematian yang mengintai. Untuk luput darinya, ia memiliki konsep yang hampir sama dengan singa muda tadi. Bahwa hari ini ia tidak ingin mati diterkam oleh Singa. Untuk itu selain selalu waspada terhadap serangan, ia harus siap berlari, berlari dan berlari dengan cepat – minimal lebih cepat dari singa yang berlari paling cepat. Jika tidak maka Kijang itu akan menjadi santapan Singa hari itu.

Begitu keluar dari hutan, Singa itu mulai menetapkan sasarannya yakni menangkap seekor Kijang. Lalu ia mulai memikir cara menangkap mangsanya, yakni dengan cara mendekati, mengejar dan menerkam. Ketika dari kejauhan tampak sekawanan Kijang yang sedang merumput; Singa itu mulai merayap mendekati dan tepatlah seperti yang telah ditetapkannya. Singa itu mulai mengejar dengan berlari dan berlari saat para Kijang mulai berusaha menyelamatkan diri.

Jika Singa itu bisa berlari lebih cepat dari pada lari kijang yang paling lambat, maka ia akan berhasil menangkap seekor dan terluput dari ancaman kematian. Sebaliknya kijang pun tidak mau mati, ia harus berlari dan berlari minimal lebih cepat dari pada lari singa yang paling cepat. Dengan demikian, ia tak dapat ditangkap dan terluput dari kematian.

Fabel diatas mengajari bahwa sebagai pelaku business, apakah Anda itu market leader (singa) atau market follower (kijang), Anda harus memiliki konsep yang jelas tentang sasaran apa yang diinginkan, apa rencana/strategi yang akan diterapkan dan keyakinan untuk melaksanakan strategi tersebut. Bahwa apapun yang anda hasilkan harus kreatif dalam rancangan, unggul dalam kualitas, cepat dalam penyampaian/delivery dan peduli dalam pelayanan pra&purna jual. Sebab jika tidak, apakah anda itu market leader (singa) atau market follower (kijang) pasti akan ditinggalkan (mati). Akan tetapi jika pekerjaan anda telah didasarkan pada sebuah motivasi yang baik dalam sebuah kesungguhan hati yang dalam, maka sekecil apapun pekerjaan yang dipercayakan kepada anda akan meningkatkan kualitas diri bagi pekerjaan yang lebih besar.
Kesungguhan mutlak diperlukan dalam mengeksekusi sebuah sasaran. Kesungguhan hanya tercipta jika anda mencintai pekerjaan itu. Dan cinta pada pekerjaan akan melahirkan Hati yang Berkepenuhan dalam Suka-Cita. Selanjutnya bahwa Hati yang penuh suka-cita memiliki cukup Rasa Syukur untuk menyongsong keberhasilan yang anda idam-idamkan. Dengan Kesungguhan dan Suka-Cita, anda tidak akan bertanya untuk siapa anda bekerja melainkan bekerja adalah sebuah bentuk keterlibatan mulia dalam karya keselamatan seperti tertulis dalam ayat suci:
Whatever you do, work at it with all your hearts as though you were working for the Lord and not for men. Colossians 3: 23
Selanjutnya Rasa Syukur akan membantu anda menempatkan asas KEGUNAAN/MANFAAT sebagai prioritas dari setiap hasil yang anda peroleh. Artinya anda akan memanfaatkan sebaik-baiknya apapun hasil yang diperoleh bagi diri, orang lain dan juga lingkungan.

Sasaran yang SMART
Setiap orang memiliki cita-cita/keinginan untuk hidup lebih baik. Hidup lebih baik menuntut keinginan lebih tinggi dan keinginan lebih tinggi menuntut kemampuan lebih besar. Tetapkanlah keinginan dan usahakanlah kemampuan untuk memperbesar kapasitas. Karena hanya dengan kapasitas besar, sebuah sasaran/keinginan/cita-cita mudah dicapai. Adalah lebih baik gagal mencapai sebuah keinginan besar dari pada berhasil mewujudkan suatu keinginan sederhana saja. Bagaimana mewujudkannya? Mulailah dari sesuatu yang sederhana/kecil; mulailah dengan sebuah langkah kecil dan biarkanlah keberhasilan kecil dari langkah kecil itu memberi keberanian untuk mengambil langkah seterusnya dan seterusnya. Jangan berhenti melangkah hanya oleh hambatan yang belum tentu mematikan langkah anda sebelum sampai ke tujuan. Yakinlah bahwa sekecil apapun langkah yang dibuat pasti mencapai sebuah tujuan dan tujuan yang telah dicapai oleh lankah kecil itu akan terus bertumbuh dan bertambah hingga tujuan utama tercapai. Oleh karena itu, orang-orang sukses menyarankan: Gantungkanlah cita-cita atau harapan atau sasaranmu diatas bintang-bintang, dan berjuanglah untuk menggapainya selangkah demi selangkah.
Philosophy “Gantungkanlah cita-cita atau harapan atau sasaranmu diatas bintang-bintang” ini sangat indah, namun memiliki dua makna yang harus disikapi secara proporsional.
1.Gantungkanlah cita-cita atau harapan atau sasaranmu diatas bintang-bintang, dapat memacu diri untuk menumbuhkan semangat pembentukan diri, mengisi diri dengan ilmu, pengetahuan dan ketrampilan guna memperbesar kapasitas diri bagi pengapaian cita-cita diatas.
2.Gantungkanlah cita-cita atau harapan atau sasaranmu diatas bintang-bintang, mungkin sebuah cita-cita yang terlalu besar, dan terlalu tinggi karena itu mustahil untuk mengapainya. Oleh karena itu, gantungkanlah cita-cita atau harapan atau sasaranmu diatas bintang-bintang hanya akan melemahkan dan bahkan mematikan semangat juang.
Jika demikian, apakah anda tidak boleh membuat cita-cita/harapan tinggi atau hanya boleh menetapkan sasaran yang kecil dan sederhana saja. Atau bahkan anda harus mundur dan hidup tanpa cita-cita, harapan atau target hidup – hidup apa adanya? Tidak!!!
Anda harus tetap mengantungkan cita-cita atau harapan atau sasaranmu diatas bintang-bintang. Sebab sesungguhnya cita-cita/keinginan itu ditetapkan sedangkan kemampuan itu diusahakan. Oleh karena itu, mulanya kenalilah potensi diri yang Tuhan taburkan dalam dirimu. Pakailah potensi itu untuk membentuk dan memperbesar kapasitas dirimu terlebih dahulu, maka anda akan mampu membuat setiap target menjadi mudah dicapai karena target itu menjadi lebih khusus, lebih logis, lebih relefan, lebih terukur, lebih mudah, dan lebih cepat menyelesaikannya seperti telah ditulis dalam ayat suci:
……..do not think yourself more highly than you should. Instead, be modest in your thinking and judge yourself according to the amount of faith that God has given you. Rome 12:3
Satu hal yang harus dicatat adalah: setiap sasaran yang terkonsep dengan baik bisa saja menjelma menjadi sebuah batu sandungan yang tidak menghasilkan kesejahteraan, sebaliknya penderitaan belaka. Oleh Karena itu, guna menghindari kerumitan yang mungkin terjadi dan menjadikan sebuah target menjadi lebih khusus, lebih logis, lebih relefan, lebih terukur, lebih mudah, dan lebih cepat diselesaikan, maka, Anda harus smart (cerdas) dalam menetapkan sasaran anda yang telah terkonsep itu secara SMART pula antara lain:
S.Specific artinya sasaran yang ditetapkan harus jelas, utuh dan berupa sebuah kesimpulan tunggal. Ibarat sasaran menendang bola adalah gawang, bukan yang lain.
M.Measurable artinya kita harus memiliki ukuran yang jelas untuk mengetahui sudah seberapa jauh kita telah mencapai sasaran yang specific tersebut
A.Attainable artinya memiliki kelayakan rasional untuk bisa dicapai. Bahwa secara rasional sasaran itu dapat kita capai secara bertahap dari terkecil hingga terbesar. Bukan langsung melompat kepada sasarang yang terbesar tanpa melewati tahapan – tahapan awal yang kecil
R.Relevant memberi pemahaman bahwa sasaran itu memiliki tingkatan relevansi yang tinggi dengan keadaan diri kita sehingga mengajari kita untuk tak berpuas diri. Tetapi dapat mendorong/memotifasi untuk terus berprestasi
T.Time Scale artinya sasaran dapat dicapai berdasar jenjang waktu yang jelas dan terukur.
Setiap sasaran yang ditetapkan secara SMART akan memberikan hasil yang tidak mengecewakan.

Mengapa? Karena sasaran/target yang dikerjakan menjadi lebih khusus, lebih logis, lebih relefan, lebih terukur, lebih mudah, dan lebih cepat diselesaikan. Namun sebuah pencapaian yang lebih besar akan anda raih jikalau sebelum mengeksekusi sasaran itu, anda terlebih dahulu mengembangkan kapasitas diri secara SMART pula seperti berikut:
1.Specific : Temukan dan kembangkan potensi diri, dan bekali diri dengan pengetahuan dan skill khusus yang diperlukan untuk mengeksekusi sasaran yang ditetapkan.
2.Measurable : Perbesar kapasitas diri dengan pengetahuan dan skill hingga menjadi terampil guna mengeksekusi sasaran yang ditetapkan
3.Attainable : Capailah hasil mulai dari yang lebih kecil karena hasil kecil itu dapat memupuk harapan dan keyakinan bahwa tidak ada hasil lebih besar yang mustahil untuk dicapai.
4.Relevant : Mulailah dengan langkah-langkah kecil karena hasil dari langkah kecil itu akan memberi keberanian untuk melangkah lebih besar guna mencapai hasil lebih besar
5.Time Scale : Belajar memperbesar kapasitas diri setiap saat dan tetapkan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menguasai sebuah keahlian yang dibutuhkan.
Ke-5 langkah diatas menegaskan agar setiap kita harus: 1. menerima apapun bentuk dan seberapapun besar talenta yang Tuhan berikan. 2. melaksanakan dan mengembangkan talenta yang kita terima (miliki) dengan sepenuh hati. 3. maka kita akan mendapatkan tidak hanya sebuah kapasitas yang bertambah besar (hasil/tanggung jawab lebih besar) tetapi juga sebuah hasil berupa suka-cita, kehormatan, kemulian, kelimpahan, dan kehidupan. Pencerahan ini dapat dibaca dalam cerita suci ini:
The servant who had received five thousand talents went at once, invested his money, and earned another five thousand talents. In the same way, the servant who had received two thousand talents earned another two thousand talents. Matthew 25: 16-17

The servant who received five thousand talents came in and handed over the other five thousand coins; sir he said, look! There are another five thousand talents that I have earned. Well done, you good and faithful servant! Said his master. You have been faithful in managing small amounts, so I will put you in charge of larger amounts. Come on in and share my happiness. Mathew 25: 20-21
Ayat suci Mathew 25:16-17 dan Mathew 25:20-21 memberi pencerahan bahwa setiap orang yang menerima dan tekun melaksanakan talentanya, tidak hanya mendapatkan tambahan kapasitas (dukungan moral maupun material) untuk keberhasilan, tetapi juga ia akan diberi hak untuk turut berbagi dalam kesuksesan dari pemilik talenta tersebut. Kontrakdiksi terhadap Mathew 25:16-17 dan 25: 20-21 diatas, Matthew 25:18 & 25 yang berbunyi:
Nevertheless, the servant who had received one thousand talents went off, dug a hole in the ground, and hid his master’s talents (money). I was afraid, so I went off and hid your money in the ground.
Dan seterusnya dalam Mathew 25:18-30 menyadarkan kita bahwa sesungguhnya tak ada orang yang mau mendukung secara moral maupun material (motivasi, semangat, , strategi, teknologi, usaha dan modal) kepada mereka yang tidak bertanggung jawab untuk mengerjakan talentannya. Artinya tidak ada hasil yang dicapai tanpa usaha dan tak ada orang akan membantu jika Anda tidak terlebih dahulu mengusahakan keinginan anda tersebut.

Merujuk pada cara menetapkan dan mencapai target seperti diuraikan diatas, Thomas Watson, pendiri IBM memberikan formula Concepttual Learning berikut ini:
1.SASARAN : Rumuskan di kepalamu sasaran apa yang Anda ingin capai dalam hidup (Anda ingin menjadi Apa atau Anda ingin miliki apa)
2.CARA : Aktifkan pikiranmu untuk merumus dan menetapkan cara atau strategi yang tepat yang membantu Anda mencapai sasaran tersebut
3.TINDAKAN : Pilihlah cara/strategi yang tepat dari cara/strategi yang telah anda pikirkan. Lakukan cara tersebut dengan tekun dan sepenuh hati untuk meraih sasaran yang Anda tetapkan.
Formula Thomas Watson diatas mengajari kita untuk tidak melakukan sesuatu tanpa sebuah konsep yang smart. Konsep/perencanaan dapat menolong seseorang menetapkan seberapa besar dan sulit sasaranya, mengetahui seberapa besar kemampuan untuk mencapai sasaran, menetapkan tahapan pencapaian, memahami relevansi pencapaian terhadap kemajuan yang lebih tinggi dan mengetahui seberapa lama pencapaian dapat terpenuhi.

Konsep sebagai Rancangan Tuhan
Konsep berfungsi selain sebagai sebuah kompas/panduan untuk menetapkan skala proritas, juga membantu mengontrol akal budi untuk tidak melenceng/menyimpang dari tujuan yang telah ditetapkan.
Konsep bukanlah sekedar hasil pengembangan pemikiran manusia belaka, tetapi sesungguhnya, konsep merupakan sebuah rancangan Tuhan. Sejak awal penciptaan, Tuhan telah lebih dahulu memiliki rancangan bagi manusia yakni bukan rancangan kecelakaan dan penderitaan, tetapi rancangan suka cita dan damai-sejahtera; sebuah rancangan yang menjadi harapan setiap insan seperti tertuang dalam sabda:
I alone know the plans I have for you, plans to bring you prosperity and not disaster. The plans to bring about the future you hope for.- Jeremiah 29: 11

Merujuk pada Firman diatas, sepatutnya kita harus memahami bahwa sebuah sasaran tidak akan gagal jika telah didasarkan pada sebuah pemikiran & perencaan yang matang. Perencanaan yang baik (pemikiran & perencaan yang matang) dapat memberi hasil yang lebih baik. Sebuah perencanaan dapat menyingkirkan ketergesaan dan inkonsistensi, karena itu anda dapat menghasilkan lebih dari cukup, sebaliknya anda akan terus berkekurangan jika tak memiliki konsep kerja seperti tertulis:
Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5

Manusia berpengharapan sekali-kali tidak mengandalkan kemampuannya sendiri untuk melakukan rancanganya. Dia akan datang, dan berserah agar Tuhan memberkati rancangannya. Dan berkat Tuhan dapat memberinya kapasitas dan otoritas lebih besar untuk menyelesaikannya secara optimal seperti ditulis:
Ask God to bless your plans and you will be successfully in carrying them out – Proverb 16: 3
Konsep sebagai Alternatif
Manusia tidak selamanya memiliki kapasitas cukup untuk menyelesaikan semua sasaranya. Tetapi melalui konsep yang baik, dia dapat menemukan alternatif atau solusi lain jika sasaran terlalu besar baginya. Hal itu dengan jelas tertuang dalam ayat suci berikut:
If a king goes out with ten thousands men to fight another king who comes against him with twenty thousands men, he will sit down first and decide if he is strong enough to face that other king. If he is not he will send messengers to meet the other king to ask for terms of peace while he is still a long way off-Luke 14:31-32
Ayat suci diatas mengajari bahwa Raja yang kalah kekuatan, tidak kalah dalam strategi. Dia tahu bagaimana menghadapi raja yang lebih kuat daripadanya tapi tidak akan kalah dalam peperangan. Dengan soft skillnya atau dengan kekuatan negosiasi, ia dapat menghindari penderitaan yang akan mengancam rakyat (kerajaan)nya. Dia memilih negosiasi sebagai strateginya yang tepat.

Konsep sebagai Landasan Praktek
Orang-orang sukses memiliki tradisi unik dan kita patut menirunya; Mereka biasanya melandasi praktek dengan ide, teori, filsafat atau konsep yang matang. Sebab sesungguhnya sebuah ide tanpa praktek akan mandul, tetapi praktek tanpa ide akan statis. Demikian Nagome mengatakan
“Praktek membutuhkan pemikiran. Jika pemikiran tidak diterapkan dalam praktek, praktek tidak akan lebih baik.”
Dalam penelusuran yang dilakukan Quin Spitzer dan Ron Evan, penulis buku “Heads you win, how the best company think” (1997) terhadap sejumlah pengusaha sukses di dunia ini, termasuk Morita dari Sony dan Sam Walton dari Wal Mart, ditemukan fakta bahwa:
mereka hebat bukan hanya karena mereka banyak tahu (teori) dan bukan pula karena hanya banyak melakukan (practice). Mereka hebat karena mereka adalah orang praktek sekaligus orang konsep (people of action and people of thought)
Marilyn King, mantan atlet USA, mengatakan bahwa Astronot, Atlet dan Eksekutif dapat meraih sasaran mereka dengan pencapaian yang gemilang karena mereka benar-benar menerapkan formula Ide dan Praktek dalam satu-kesatuan tindakan berikut:
1.GAIRAH : Sesuatu yang sangat berarti bagi mereka. Sesuatu yang benar-benar yang ingin mereka capai.
2.VISI : Sesutu yang memberi mereka ruang untuk memandang tujuan mereka dan menbayangkannya secara ajaib. Oleh karena itu, tujuan itu tampak begitu indah dan kuat dan mendorong mereka untuk membayangkan menapaki langkah-langkah kecil dalam perjalanan menujuan TUJUAN itu.
3.AKSI : Suatu tindakan yang mereka lakukan setiap hari sesuai rencana. Tindakan yang akan mengantar mereka selangkah lebih dekat menuju mimpi mereka
Mereka berhasil karena mereka sesungguhnya telah menerapkan pemikiran mereka dalam suatu tindakan yang dilandasi sebuah perencanaan/konsep. Mereka kerjakan konsep dan tindakan tersebut dengan prinsip kehati-hatian dan kesabaran. Mereka sama sekali tidak gegabah seperti tertuang dalam ayat suci berikut:
Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5

Kesuksesan yang kini mereka nikmati tidak datang secara instant dan mendadak, tapi melalui suatu usaha yang berjalan dalam waktu yang lama. Dalam suatu perjuangan yang besar, keras dan tentu saja penuh dengan pengorbanan. Kesuksesan yang diraih melalui kesabaran dan kehati-hatian akan semakin bertambah dan tidak mudah tergerus oleh persainagan yang ketat dan tidak sehat sekalipun. Namun apapun yang diraih dengan mudah, akan lenyap semudah anda memperolehnya seperti tertulis dalam ayat suci:
The more easily you get your wealth, the sooner you will lose it. The harder it is to earn, the more you will have-proverb 13:11.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap orang sukses akan selalu meraih keberhasilan lebih besar karena ia tidak hanya menetapkan target, membuat konsep/rencana, dan mengalisis strateginya saja, tetapi juga ia dapat mengeksekusi targetnya dengan kesabaran dan ketekunan melalui langkah berikut:
1.Selalu (Biasa) meluangkan sedikit waktu guna mengisi otaknya dengan berbagai hal yang layak mendatangkan kebaikan dan juga melahirkan pujian: yakni hal-hal yang benar, mulia, agung, murni, terhormat dan menyenangkan. Bandingkan dengan: Fill your mind with those things that are good and that deserve praise: things that are true, noble, right, pure, lovely and honorable. Philippians 4:8
2.Selalu (Biasa) berusaha mengartikulasikan hasil olah pikirnya dalam sebuah rumusan bahasa dan menuangkannya dalam sebuah konsep. Bandingkan dengan: A person’s thoughts are like water in deep well, but someone with insight can draw them out – Proverb 20:5
3.Selalu (Biasa) merumuskan konsep yang ada dalam pikirannya dengan menetapkan menjadi sebuah target yang SMART.
4.Selalu (Biasa) merumuskan cara bagaimana mencapai target yang ditetapkan. Bandingkan dengan: Planning and thought lie behind everything that is done” – Sirach 37:16.
5.Selalu (Biasa) membentuk diri terlebih dahulu dengan mempelajari sasaran yang ia sudah tetapkan, mempelajari cara yang ia sudah rumuskan. Bandingkan dengan: : …….. learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper.” – proverb 19:8, Always remember what you have learned. Your education is your life. Guard it well-Proverb 4:13
6.Selalu (biasa) mengutamakan perencanaan dalam setiap sasaran (pekerjaan) yang ia kerjakan. Karena ia yakin bahwa perencanaan bukan hanya sebuah tuntunan tetapi juga kepastian akan hasil yang akan ia capai. Bandingkan dengan: Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5
7.Selalu (Biasa) membangun pemahaman dan keyakinan diri bahwa dengan tegun bekerja, ia akan mencapai apa (kebahagian dan kesejahteraan) yang ia tetapkan. Bandingkan dengan: Your work will provide for your needs; you will be happy and prosperous – Proverb 128: 2
8.Selalu (biasa) melaksanakan cara yang telah dirumuskan itu dengan segenap akal, budi, kekuatan dan roh yang ia miliki guna mencapai target yang telah ia tetapkan. Bandingkan dengan: The more easily you get your wealth, the sooner you will lose it. The harder it is to earn, the more you will have-proverb 13:11 dan Work hard don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times” – Rome: 12:11nana.


Kesabaran adalah kunci sukses sebuah Konsep
Setiap sasaran yang sudah terkonsep secara matang akan sulit direalisasikan jika anda tak memiliki kesabaran; kesabaran untuk melakukan selangkah demi selangkah sesuai dengan konsep yang telah tersusun. Sebab kesabaran akan mengenyahkan kemalasan dan kecerobohan, dan kesabaran itu membimbing pada penyerahan diri pada pencipta. Oleh karena itu, miliki Hati yang Sabar dalam menghadapi setiap rintangan yang muncul dalam pekerjaan, maka harapan akan diteguhkan melalui setiap doa anda. Dengan demikian, Dia yang telah merancang harapan itu akan senantiasa menuntun anda hingga pencapaian harapan itu. Hal ini dapat kita baca dalam ayat suci:
Work hard, don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times – Rome: 12:11

Tujuan Tanpa Visi Misi
Pengalaman mencatat ada orang yang hidupnya jauh dari jalan Tuhan, tapi ia berkelimang harta dan tahta. Orang yang dimaksud tak mustahil telah mencapai harta dan tahtanya tanpa menetapkan sasaran yang benar, tanpa rencana yang tepat dan juga tanpa melalui pelaksaan rencana secara akurat. Tujuan yang ia capai tak didasarkan motivasi yang tulus dan memberdayakan. Sungguh tujuannya jauh dari asas keadilan dan kasih. Tentu saja tujuannya itu tidak sama dengan tujuan yang biasa ditetapkan berdasarkan visi dan misi yang tepat.
Cerita selamat dari kolam buaya berikut dapat menolong Anda mengetahui bagaimana seseorang dapat mencapai tujuan yang tidak didasarkan pada visi-misi yang ditetapkan.
Selamat dari Kolam Buaya
Konon suksesi harus segera dilaksanakan di sebuah Kerajaan yang menjunjung tinggi paham patriaki. Namun, permasalahanya, sang Raja hanya memiliki seorang putri saja.
Sebagai solusi, sang putri yang sudah dewasa itu harus segera dinikahkan.
Sayembara diadakan untuk memilih pangeran-pangeran yang gagah perkasa dari negeri-negeri seberang sebagai menantu Raja dan sekaligus sebagai penerus Tahta.

Mengingat pentingnya kecerdasan dalam mengelola kerajaan, maka para pangeran tersebut wajib menjalani serangkaian ujian tentang tata-pemerintahan, pengelolaan sumber daya bagi kesejahteraan rakyat dan juga tentang strategi pertahanan dan keamanan.

Panitia seleksi sangt kesulitan untuk menetapkan calon Raja, karena ternyata para pangeran itu sama-sama memiliki kompetensi sangat tinggi. Sebagai solusi, sang Raja yang akan memimpin sendiri ujian sesi terakhir untuk memilih salah satu sebagai menantu dan sekaligus penganti Raja.

Para pangeran diminta berbaris diujung kolam renang, sedangkan Raja dan para Menterinya berada diujung yang lain. Ujian yang akan berikan Raja ini sangat sederhana, para pangeran hanya diminta beradu kecepatan berenang untuk mencapai ujung kolam dimana Raja dan para Abdinya berada.

Sekarang, kata Raja, saya akan menghitung mundur dari angka tiga, dan kalian harus segera melompat berenang secepatnya. Siapa yang finish pertama, dialah calon menantu dan sekaligus penganti saya. Sambil menyimak istruksi Raja, para pangeran mulai menyiapkan start dengan mantap bagaikan atlit-atlit profesional. Namun, lanjut Raja, kalian harus benar-benar menunjukan kehebatan yang luar biasa karena setiap peserta harus mampu mengatasi rintangannya masing-masing berupa seekor buaya lapar.

Tiga-Dua-Sa…..tu,begitu instruksi Raja, suasana menjadi hening karena ternyata tidak ada seorang pangeranpun yang berani begitu mengetahui setiap track kolam itu berisi seekor Buaya. Tiba-tiba kesunyian itu pecah karena ternyata ada seorang pangeran yang berani menceburkan diri kedalam kolam. Semua hadirin menjadi tegang menyaksikan bagaimana perjuangan sang pangeran menloloskan diri dari kejaran seekor buaya besar.

Selamat!!! sambut sang Raja dan tepuk tangan mengema saat pangeran tadi berhasil mencapai ujung kolam dengan selamat. Sambil memegang tangan pangeran muda pemberani itu, Raja berkata, hari ini juga para dewan kerajaan akan memahkotai mu sebagai penggantiku dan putriku akan menerimamu sebagai suaminya.
Mari kita memasuki ruang penobatan, ajak Raja.Namun, sang pangeran menjawab, tunggu dulu baginda, lupakan dulu segala perayaan yang telah disiapkan itu, sebab saya harus menemukan dulu siapa pangeran brengsek yang telah membahayakan nyawaku dengan mendorongku kedalam kolam buaya.

Para Pageran benar-benar paham bagaiman merebut Tahta dan Harta yang ditawari Raja. Mereka menerapkan formula Aris Totel atau Thomas Watson, namun tetap gagal karena formula mereka adalah:
1.SASARAN : Rumusan sasaran yang ada dikepala mereka adalah meraih kekuasaan. Kekuasaan yang memberi otoritas untuk dilayani, bukan untuk menjadi Abdi Negara yang melayani Rakyat. Sasaran ini melawan kehendak Tuhan seperti tertulis dalam Mateus 20:26-28 dan Markus 10:43-45
2.CARA : Otak mereka diaktifkan untuk memikirkan, rencana, cara dan konsep yang menyesatkan, memfitnah, menjegal, menyalahkan, dan menyaingi. Rancangan yang penuh kesombongan, irihati, hawa nafsu, korupsi dan pembunuhan guna merebut sasaran mereka menjadi “RAJA.” Cara berpikir mereka untuk merebut tahta Raja sangat dilarang Tuhan seperti tertulis dalam Mateus 15:19 dan Markus 7:21-22.
3.AKSI : Melakukan cara yang telah dipikirkan. Tindakan untuk merebut sasaran tahta Raja berdasarkan cara yang menyesatkan, memfitnah, menjegal, menyalahkan, dan menyaingi. Tindakan mereka didasarkan Rancangan yang penuh kesombongan, irihati, hawa nafsu, korupsi dan pembunuhan. Mereka tidak akan pernah merebut Tahta Raja karena SASARAN, CARA dan TINDAKAN mereka melawan Tuhan seperti tertulis dalam Yakobus 4:1-3

Dari cerita diatas dapat kita pelajari bahwa orang yang tak memiliki visi dan misi tidak memiliki harapan, karena itu ia tak mampu menghargai apa yang ada padanya dan juga tak dapat menikmati dan menyukuri hidup.
Orang yan tak dapat menikmati dan menyukuri hidup adalah pecundang dan lalim yang menempatkan kekuasaan dan kekayaan sebagai tujuan mereka. Oleh karena itu mereka akan mengunakan berbagai cara, termasuk membunuh sekalipun. Mereka umumnya memperbesar tahta dan harta dengan cara mengambil dari apa yang tidak menjadi haknya dan menuai dari lahan mereka tidak menabur. Mereka tidak memberikan apa yang seharusnya menjadi hak Tuhan (berbuat kasih) dan menggelapkan apa yang seharusnya menjadi hak Kaisar (pajak Negara)-Markus 12:17 dan Lukas 20:25. Dan merampas atau tak memberi apa yang menjadi hak orang lain (upah, pelayanan, penghargaan dan perhatian) secara layak.

Dan strategi yang lazim mereka gunakan pada masa ini adalah membangun kartel, kolusi, nepotisme, konspirasi dan suap untuk mendapatkan, mengatur dan menguasai serta memonopoli komoditas, jasa dan harga. Juga mereka menjadi makelar/penghubung untuk mendapatkan bayaran/komisi tanpa bekerja dan meminjamkan uang dengan bunga yang tinggi.
Cara merebut sasaran seperti digambarkan diatas lazim dipraktekan oleh orang-orang bertahta dan berharta yang tak memiliki KASIH. Tapi bagaimana dengan orang orang tak berpengharapan? Sesungguhnya tidak jauh berbeda karena ada juga orang yang mau bekerja asal ada imbalannya tanpa memperhatikan tujuan/mannfaat yang akan dia dapatkan. Dia bekerja untuk bayaran bukan untuk pembentukan kapasitas diri, peningkatan skala diri dan peningkatan kualitas diri. Ada orang lain berpura-pura serius bekerja saat ada pengawasan atau ia tekun bekerja sekedar untuk menyenangkan pimpinan-bandingkan Kolose 3:22. Ada orang lain lagi telah bekerja keras karena ada kekuatiran berlebih terhadap kehidupan keluarga, pendidikan Anak dan juga karena dorongan keinginan dan bukan kebutuhan untuk memiliki sesuatu-bandingkan Mateus 6:34

Golongan orang yang tak mampu menikmati dan menyukuri hidup adalah golongan orang yang sifat dan tingkah lakunya dapat membangkitkan irihati, kekesalan dan kebencian seperti yang tersirat dalam ayat suci Sirak 25:2-3 berikut:
1.Pecundang yang menganggap kegagalannya sebagai korban keberutungan orang lain
2.Orang lalim yang menggapai keinginannya (harta dan tahta) melalui konspirasi, penipuan, pemerasan dan suap
3.Orang dewasa yang jalan hidupnya dapat memasukkan orang lain kedalam pencobaan; sifat dan tingkah lakunya dapat menjerumuskan dan menyesatkan. Sedikit hikmatpun tidak ada padanya.
4.Akan tetapi setiap orang yang tekun belajar sedari masa mudanya memiliki cukup ilmu dan pengetahuan guna menyongsong masa depannya. Ia dapat memiliki sebuah hidup yang penuh pengertian dan hikmat

B. Belajar Mengkonsepkan Praktek (Practical Learning)
The excellence is not an action, but habitual – Aristotle.
Kita telah belajar bagaimana mempraktekan konsep (conceptual learning) dalam dua buah cerita “Berlari dan berlarilah lebih cepat atau Mati dan Selamat dari kolam Buaya.” Kali ini kita akan belajar bagaimana mengkonsepkan praktek (practical learning) melalui cerita Tukang Jual Air berikut ini:
Si Tukang (penjual) Air Vs Jagoan Panah
Konon pada sebuah pemukiman kumuh di Surabaya, hiduplah seorang tua. Ia tidak memiliki pekerjaan yang baik seperti kebanyakan warga. Untuk mencukupi kebutuhan keluarga, pak tua ini menjual air keliling. Ia memasok air kepada warung – warung kecil dan juga tetangganya yang tidak mampu berlangganan air dari Perusahaan Air Minum (PDAM).

Berbekalkan sebua gerobak dorong tua dan beberapa jerigin besar, pak tua, penjual air ini berkeliling dari satu RT ke RT yang lain. Tanpa mempedulikan terik matahari dan pengap asap kendraan, ia melayani setiap pelangan dengan setia dan tulus. Para pelangan sangat berterima kasih karena tanpa dia, mereka tidak akan pernah mendapatkan air bersih. Pak tua penjual air ini pun menjelma sebagai contoh - walau hanya menjual air keliling, ia dapat mengirimkan putra – putrinya ke Universita dan membantu orang lain yang berkekurangan.

Walau berstatus mahasiswa, putra si Tukang Air ini sangat rajin membantu melayani pelangan ayahnya. Ia sering mengantar air mengantikan ayahnya saat tak ada kegiatan kampus. Namun ternyata ada penganggu – Ia sering dilecehkan. Ada pemuda lain yang menganggap menjual air sebagai pekerjaan hina dan tidak memberikan pengalaman apalagi ketangkasan. Ia beranggapan demikian karena bisa mengikuti banyak kegiatan ketangkasan seperti memanah dan balapan.

Kehebatan memanah pemuda tersebut mendapat pujian banyak pihak karena ia selalu membidik dengan tepat apapun dan seberapa jauh sasarannya.
Mahasiswa anak penjual air tersebut sekali – kali tidak menceritakan pelecehan yang ia terima-lagi pula ia tak pernah minder, marah dan benci. Sebaliknya ia berusaha mencari kesempatan untuk memberi pelajar yang berharga bagi pemuda yang sombong itu.

Suatu sore, sambil mendorong gerobak berisi air, tanpa sengaja, putra si tukang air itu melewati tempat latihan memanah dari si anak muda yang sombong tersebut.
Oh …! Ini si penjual air yang mengaku sebagai mahasiswa itu. Untuk apa Anda datang ke sini – apakah anda ingin pamer bahwa kamu juga anak kampus yang tak berarti? Pergi sana atau aku dapat menghancurkan gerobak mu ini. Aku tidak mau melihat mu disini.Hardik si pemain panah dan teman – teman mainnya.

Maaf kawan, saya hanya lewat sini tanpa sengaja. Tetapi jika tidak berkeberatan, saya pun ingin bersyukur karena Tuhan telah memberi ketangkasan yang hebat atas ketekunan mu berlatih dan berlatih. Jika anda tak lelah berlatih, kelak anda bisa menjadi atlet panah professional dengan prestasi International. Sebaiknya anda jangan sombong! Jujur saja bahwa saya tak bisa bermain panah, namun, saya juga bisa menunjukan sebuah ketangkasan lain yang kamu tidak bisa. Kata anak penjual air.

Ah, theory, mana ketangkasan yang akan kamu tunjukan, tantang si jago panah.
Kawan, disini ada beberapa botol, bisakah Anda menuangkan air dari jerigen kedalam setiap botol tanpa tumpah? Ajak mahasiswa penjual air.
Dengan sombong sang jago panah menuangkan air kedalam botol. Karena tak berhasil, si penjual air berseru; oh, ternyata Anda tidak bisa sama seperti saya tidak bisa memanah dengan baik, tapi coba lihat apa yang saya lakukan – tidak ada setetes air yang tumpah, bukan? Hal ini perlu kamu ketahui bahwa saya sudah mendampingi ayahku menjual air sejak TK dan karena itu saya sangat tangkas dalam menuangkan air dari jerigen kedalam botol. Demikianpula Anda sangat mahir memanah karena telah berlatih dengan tekun, bukan? Nasehat mahasiswa penjual air.

Cerita diatas mmbenarkan bahwa baik itu ketangkasan mengisi air dalam botol maupun ketangkasan memanah didapat dari serangkaian praktek yang berlangsung terus-menerus (pembiasaan) dalam waktu yang lama.
Stenberg, seorang psikolog dari Yale University, menemukan bahwa kumpulan dari praktek yang kita jalankan setiap hari memberikan sebuah tacit knowledge atau pengetahua naluriah. Tacit knowledge ini sangat membantu seseorang mengusai pekerjaan yang sedang dijalani.
Sebagai gambaran Prof Steinberg memberi contoh bahwa seorang sopir akan sangat ahli dalam mengemudi dan penguasaan jalan bukan karena kecerdasannya saat kursus montir, tapi karena ia telah berpraktek, praktek dan praktek. Praktek itu tentunya tak dijalankan sebagai suatu rutinitas belaka tetapi praktek tersebut disisipi dengan ide baru, kreatifitas dan innovasi yang mendukung. Praktek yang demikian dapat berbuah keberhasilan. Keberhasilan diterima sebagai buah berpraktek, praktek dan praktek diperkuat oleh Ted Williams dengan mengatakan:
“Orang selalu berkata bahwa bakat dan kejelian saya yang menjadi alasan kesuksesan saya. Mereka tidak pernah berkata tentang praktek, praktek dan praktek yang saya jalankan.

’Practice is Good Teacher!’ Tidak keliru orang mengatakan demikian karena Praktek tidak hanya menolong untuk mengingat kembali semua hal (teori+latihan) yang telah dipelajari, tetapi juga dapat membuat kecerdasan dan keahlian bertambah. Mengapa? Karena praktek akan menghasilkan pengetahuan yang bisa digunakan untuk me-recall apa telah dipelajari, mempertajam naluri dan memperkuat ketahanan serta memperbaiki bobot keputusan.
Praktek dan Tantangan
Praktek yang tekun menghasilkan keahlian dan keahlian akan menhasilkan keberhasilan dan profesionalisme. Namun tak ada keberhasilan dan profesionalisme yang datang tanpa melewati hambatan dan tantangan. Setiap tantangan dapat menghancurkan atau menguatkan bergantung bagaimana anda bereaksi untuk menyikapi dan menghadapi tantangan itu. Tuhan itu Maha baik, Ia memberi tantangan sekaligus jalan keluar. Oleh karena itu, janganlah lari, karena setiap Tantangan yang direaksi dengan proporsional akan melahirkan ketekunan, ketekunan memberi tahan uji, tahan uji mendatangkan peneguhan Tuhan dan peneguhan Tuhan menciptakan harapan yang tidak mengecewakan-Rome 5:1-5

Ada bermacam-macam tantangan yang menghambat pekerjaan anda seperti diuraikan berikut ini. Siapkan diri untuk bangkit dan hadapi Tantangan tersebut dengan:
1.Jika tantangan itu adalah Penguasaan Ilmu, Pengetahuan, Technology, Ketrampilan atau Nilai, maka anda harus perlu belajar dan belajar lagi; teristimewa belajar dari mereka yang sudah lebih dahulu tahu. Jeannette Vos menyarankan untuk menambah keahlian teknis dan keahlian profesional yang ingin kita kuasai, sebaiknya kita perlu belajar dari orang lain yang sudah bisa. Ada ayat suci berbunyi: People learn from one another just as iron sharpens iron -Proverb 27:17. Belajar dapat memperbesar kapasitas diri.
2.Jika tantangan itu adalah Ejekan, cemoohan, fitnah dan caci maki lainnya, maka luangkanlah sedikit waktu anda untuk merenung, merekoleksi diri dan bertanya pada diri mengapa tejadi semua itu. Lalu ambillah pelajaran dan hikmahnya untuk berbenah diri. Namun yang lebih bermakna adalah bangunlah sebuah hati yang penuh syukur, tetaplah berbuat baik dan lakukan perintah Tuhan: Cintailah musuh-musuhmu dan doakanlah mereka yang menganiaya mu-Mateus 5:44
3.Jika tantangan itu adalah Kegagalah, maka pelajari, temukan dan perbaiki cara-cara penyebab kegagalan itu, lalu mencoba lagi. Artinya, jadikanlah semua kegagalan sebagai kesempatan untuk meningkatkan kemampuan diri.

Tantangan yang anda terima dan jalani dengan keteguhan hati akan memberdayakan anda untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih sabar, lebih kuat, lebih kokoh, lebih tangguh dan lebih hebat. Penemu hebat Thomas Alfa Edison juga mengalami tantangan praktek sampai 9.999 kegagalan, namun reaksinya saat ditanya tentang kegagalan 10.000 adalah: “saya baru saja menemukan 10.000 cara baru yang belum bisa bekerja secara optimal.”
Sesungguhnya, tanpa tantangan seseorang tidak akan pernah bertumbuh menjadi lebih baik, lebih kuat untuk menemukan jalan keluar yang lebih baik. Setiap orang yang berani menerima tantangan adalah orang yang sedang menaikan bobot kepribadiannya (kualitas diri) ke level yang lebih tinggi. Oleh karena itu, Aristotle berpendapat: Kehebatan adalah buah dari ketekunan dalam tidakan-tindakan yang telah menjelma menjadi sebuah kebiasan yang baik (Excellence is not an action only but habitual).
Tantangan yang Anda hadapi bukanlah sebuah kesia-siaan. Terimalah dan kerjakan setiap tantangan dengan sungguh dan tekun karena Tuhan telah menetapkannya sebagai jalan menuju keberhasilan seperti kutipan suci berikut:
Trials result in ability to endurance; Endurance carries you all the way without failing. – James 1: 2 – 3 and 1Corinthians 10: 13

Guna mengatasi segala persoalan dan merebut sasaran kita, kita hanya membutuhkan ketekunan; tekun dalam mengunakan pengetahuan, ketrampilan dan nilai yang kita memiliki. Tekun untuk melakukan apa yang Tuhan kehendaki-bandingkan Ibrani 10:36. Demikian, Orison Swett menyimpulkan: Kesuksesan hanya diukur oleh perlawananmu terhadap tantangan yang kamu hadapi; oleh keberanianmu tetap berjuang melawan hambatan yang menghadang. Semua yang telah anda raih bukanlah ukuran bagi Kesuksesan anda.

Dengan apa kita dapat meningkatkan kemampuan dalam mempraktekan konsep? Seperti halnya seorang sopir, kita dapat meningkatkan kemampuan praktek dengan memperbanyak praktek atau mempraktekan konsep yang telah kita buat. Emile Chartier berkata “Tidak ada yang lebih membahayakan bagi manusia jika yang ia miliki hanya ide semata (ide tanpa praktek).”
Praktek dan berpraktek bukanlah sesuatu hal yang membosankan. Setiap praktek yang dikerjakan dengan sepenuh hati tidak akan berakhir dengan hampa. Tuhan maha pengasih dan penyayang selalu melimpahkan berkat dan anugrahNya kepada setiap umat yang tidak berpangku tangan seperti disabdakan berikut:
“For God will reward every person according to what he has done. Some people keep on doing good and seek glory, honor and immortal life. To them God will give eternal life.” – Rome 2: 6 – 7

Sesungguhnya mempraktekan atau mengerjakan apa yang kita konsepkan merupakan wujud tanggung jawab terhadap Tuhan. Tuhan terus berkarya dan melalui praktek (berkerja), Tuhan telah menyertakan kita dalam keberlangsungan karyaNya di Bumi. Dan karena itu, kita akan mendapatkan anugrah berupa kesejahteraan dan kebahagian seperti disabdakan berikut:
Your work will provide for your needs; you will be happy and prosperous – Proverb 128: 2
C. Belajar meningkatkan Kecakapan Skill/Teknik (Technical Learning)
Tuhan telah menetapkan segala sesuatu indah pada waktunya dan manusia telah diberi kecakapan untuk tanda-tanda Tuhan dan menerapkannya dalam hidup.
Seorang pelaut tradisional dapat mengarungi samudra raya dan bisa sampai di pelabuhan tujuan karena ia cakap membaca tanda-tanda langit (Astronomi). Seorang petani tahu waktu yang tepat untuk membuka lahan, menabur dan menuai. Ia pandai membac tanda-tanda musim.

Dalam dunia kerja misalnya, kita membutuhkan alat-alat tertentu untuk mempermudah pekerjaan, maka kitapun harus pandai/terampil mengunakan alat-alat tersebut. Misalnya, seorang karyawan pabrik harus paham mengoperasikan mesin produksi. Seorang clerk harus pandai membuat laporan, mengunakan computer dan Internet. Penguasaan correspondence serta peningkatan distinctive capabilities seperti leadership, teamwork, process, tacit knowledge, adalah keharusaan saat ini bagi seorang pekerja.
Intinya, setiap pekerjaan membutuhkan peralatan dan peralatan membutuhkan skill-tertentu. Skill itu harus dikenali, dipelajari dan dikuasai oleh setiap Pelaku. Tanpa skill yang memadai, hasil yang didapat tidak maksimal. Jika kita hanya memiliki skill yang biasa-biasa saja, sulit bagi kita untuk mendapatkan hasil lebih baik atau posisi lebih tinggi, bukan?
Skill Kerja:
Setiap pekerjaan menuntut ketrampilan atau keahlian tertentu dan ketrampilan/keahlian tersebut menuntut untuk dipelajari. Belajar dan berusahalah senantiasa untuk meningkatkan skill anda agar pekerjaan anda dapat menghasilkan maksimal. Ada beberapa skill yang perlu kita miliki, pelajari, kuasai dan tambahkan dalam pekerjaan antara lain:
1.Conceptual Skill: bagaimana mengkonsepkan pekerjaan
2.Technical Skill: bagaimana menjalankan alat yang dibutuhkan pekerjaan
3.Practical Skill: skill yang akan meningkatkan kemampuan, yakni skill yang hanya bisa diasah dengan cara banyak melakukan praktek
4.Communication Skill: bagaimana membahasakan atau menyampaikan pesan dari suatu konsep, proses, pekerjaan atau sasaran yang akan dieksekusi

Apakah anda sudah melengkapi diri dengan skill atau teknik yang dibutuhkan pekerjaan anda?
Beberapa skill seperti tersebut diatas sangat bermanfaat karena dapat menolong seseorang untuk bertumbuh dan memiliki antara lain:
1.Berpikiran besar & positif dan memiliki kemampuan untuk merumuskan dan menyampaikan hasil olah pikirannya secara sistematis dan teratur
2.Memiliki daya konseptualisasi yang baik terhadap sebuah sasaran
3.Memiliki kemampuan pengumpulan dan penguasaan data yang baik
4.Memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dalam membahasakan atau menyampaikan pesan dari suatu konsep, proses, pekerjaan atau sasaran yang akan dieksekusi
5.Mempunyai emosi yang terlatih, tenang dan seimbang sehingga tumbuh sebuah temperamen yang tenang dan jernih dalam menghadapi semua situasi, bahkan yang tersulit sekalipun.
Para pakar berkesimpulan bahwa semakin banyak dan semakin baik skill yang kita miliki dan kuasai, kita akan semakin powerful. Dalam dunia industri satu mesin dapat mengantikan 100 orang berskill biasa-biasa saja, tetapi peran satu orang yang sangat skillful tidak bisa tergantikan oleh satu mesin tercanggih sekalipun.
Oleh karena itu, pusatkan diri pada peningkatan skill (kemampuan) Anda yang unik seperti dalam kepemimpinan, teamwork, process, pengetahuan naluriah, dan lain-lain yang mustahil tergantikan atau tersaingi.
Stephen Convey & Zig Ziglar pernah mengatakan bahwa jika kita menggunakan cara yang sama dalam melakukan sesuatu atau melakukan hal yang sama berulang-ulang, janganlah kita mengharapkan hasil yang berbeda.
Jika kita menggunakan cara yang sama dalam melakukan sesuatu atau melakukan hal yang sama berulang-ulang, tetapi kita mengharapkan hasil yang berbeda, berarti kita sudah terserang virus ”Insanity.”
Jadi jelaslah bahwa skill adalah modal kerja yang sangat penting, sebab dalam praktek hidup, bukan jenis pekerjaan yang membuat nasib kita berubah (karier kita naik, turun atau tetap) melainkan kualitas dalam menangani pekerjaan itu (how well we are doing). Seseorang dapat menjadi sukses, bahagia, sejahtera dan mulia dalam hidupnya bukan karena pekerjaan atau jabatannya tetapi oleh bagaimana ia mengerjakan pekerjaannya.

D. Belajar Membangun Hubungan
“To handle yourself, use your head; to handle others, use your hearth.” – Donald Laird
Maukah anda hidup menyendiri dan menyepi di suatu tempat terpencil? Atau apakah anda berketetapan untuk hidup bagi diri sendiri?
Manusia baru bisa memahami dirinya jika ia bisa membangun hubungan, interaksi dan komunikasi. Berhubungan, berkomunikasi dan berinteraksi dengan diri dan orang lain menuntut sebuah kemampuan yang melibatkan Intelek, Emosi dan Hati.
Intelektual (IQ) berperan meningkatkan kemampuan berkomunikasi, nalar dan logika, Emosional (EQ) memberdayakan seseorang dalam mengelola hubungan yang seimbang dan harmonis dengan diri sendiri maupun dengan diri orang lain dan alam. Dan ketika kecerdasan intelektual (keahlian) meningkat, maka emosi akan menghasilkan kualitas diri yang baik untuk menerapkan keahlian. Dan selanjutnya hati akan meleburkan keahlian (intelek) dan kualitas diri (emosi) dalam sebuah sikap dan tingkah laku yang penuh keyakinan, harapan, simpati dan empati.

Setiap hubungan baru dapat memiliki makna mendalam jika ada kadar keintiman yang cukup bagi diri, dan juga intim dengan orang lain. Menurut Robert Alberti dan Michael Emmons, Keintiman adalah kualitas hubungan antara dua orang yang sangat peduli terhadap satu sama lain yang diwarnai oleh 6 dimensi “PENERIMAAN seperti dalam akronim ACCEPT berikut:
A.Attraction : Ada daya tarik terhadap satu sama lain
C.Communication : Terbangun komunikasi yang terbuka dan jujur
C.Commitment : Ada komitmen bagi adanya kelangsungan kemitraan
E.Enjoyment : Ada kenikmatan dari kehidupan mereka bersama; kenikmatan yang sejalan dalam memiliki…….
P.Purpose : Tujuan yang jelas bagi hubungan yang dibangun dan saling ……
T.Trust : Percaya diantara mereka atas dasar saling menghormati dan menghargai satu sama lain
Kecukupan kandungan ACCEPT (Attraction, Communication, Commitment, Enjoyment, Purpose and Trust) dalam sebuah hubungan dapat menghasilkan sebuah hubungan dengan kualitas yang menyukakan jiwa dan menyenangkan hati baik manusia maupun Tuhan sendiri seperti yang dilukiskan dalam ayat suci Sirak 25: 1:
Tiga hal yang disukai jiwaku; Manusia dan Tuhan pun berkenan adalah:
1.Kerukunan diantara Saudara
2.Keakraban diantara Sahabat
3.Keharmonisan dan keserasian diantara Suami-Istri (Keluarga)

Ada dua bangun hubungan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang; bangun hungun dalam diri dan hubungan dengan orang lain.

Belajar Membangun Hubungan Dalam Diri (Intrapersonal relationship)
Sesungguhnya tidak ada hubungan yang paling penting dan paling intim dalam hidup, selain membangun hubungan dengan diri. Tujuannya untuk mengkomunikasikan semua harapan dan tujuan yang akan dicapai. Tanpa berkomunikasi dengan diri, maka Hati/Jiwa/Roh kita tak akan mungkin menghasilkan pikiran cemerlang dan emosi yang tenang untuk menetapkan sebuah saasran, merancang cara/strategi dan dan melakukan tepat seperti cara /strategi guna meraih sasarannya.
Membangun hubungan dengan diri berarti berbuat sesuatu bagi diri, dan perbuatan pada diri itu haruslah berlandaskan kasih dan peneguhan bukan merendahkan, menghakimi, menakuti, membohongi atau mencederai. Sebab kemalangan terbesar manusia sesungguhnya adalah rasa merendahkan diri. Tidak akan ada rasa hormat yang akan anda terima jikalau anda sendiri tidak memilikinya bagi diri sendiri seperti tertulis:
There is no excuse for a person to run himself down. No one respects a person who has no respect for himself -Sirach 10:29

Anda mungkin ingin mendedikasikan hidup untuk berbuat sesuatu bagi orang lain atau anda ingin memberi, dan melayani. Namun pastikan anda sudah terlebih dahulu ‘berbuat, memberi, melayani diri atau memperbesar kapasitas diri sendiri. Karena jika tidak, anda hanya akan memiliki sedikit sesuatu, sedikit kemampuan, atau sedikit kapasitas untuk diberikan atau diperbuat bagi orang lain. Contoh: Anda baru bisa memberi atau mengajari sesuatu (materi, ilmu, pengetahuan, ketrampilan atau nilai) jika anda sudah terlebih dahulu memiliki atau mempelajarinya bagi diri anda.
Membangun hubungan baik dengan diri akan meneguhkan Hati untuk menghasilkan semangat memberi dan semangat belajar yang tinggi, karena itu sebuah hasil yang baik akan hadir seperti tertulis dalam ayat suci:
“Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper.” – proverb 19:8

Orang yang mampu membangun hubungan dengan dirinya akan berhasil merebut peluang. Oleh Dr. John Max Well, orang yang berhasil merebut peluang maju memiliki kualitas sebagai berikut:
1.Intuitive : Mampu melihat kedalam diri dan dapat menghasilkan ketajaman intuisi.
2.Communicative: Mampu memperluas jaringan kerja sama karena memiliki skill komunikasi yang baik.
3.Passion : Memiliki self motivated yang baik untuk dapat memacu diri. Memiliki daya dorong keluar yang kuat dari dalam dirinya
4.Talented : Mampu menemukan, mengembangkan dan cakap menggunakan potensi/bakatnya dengan optimal
5.Creative : Mampu mengolah hal-hal biasa menjadi luar biasa, mengubah sesuatu yang lama menjadi baru. Atau mampu menemukan sesuatu yang baru.
6.Initiative : Memiliki kapasitas untuk melihat sesuatu yang perlu dilakukan bagi kemajuan. Kaya Prakarsa
7.Sense of Responsibility : Memiliki kesadaran bertanggung jawab lebih besar untuk memperbaiki diri.angun hubungan dengan dirinya akan berhasil merebut peluang.
Namun, darimana membangun dan mengelola sebuah hubungan berkualitas dalam diri yang dapat menciptakan sebuah keharmonisan?
Mari kita memulai hubungan dengan diri dengan melaksanakan langkah-langkah berikut:

1. Mulailah dari diri sendiri dengan sikap dan tindakan:
aMenghormati dan Menerima diri: Bangunlah hubungan yang dapat menerima diri sepenuhnya berlandaskan kasih dan peneguhan bukan merendahkan, menghakimi, menakuti, membohongi atau mencederai. Hubungan demikian akan terbangun dalam hari-hari anda jikalau anda mengwali hari Anda dengan kasih, mengisinya dengan kasih dan mengakhirinya dengan syukur. Menerima diri berarti menempatkan diri pada posisi terhormat namun tetap rendah hati. Menerima diri berarti menghargai diri sesuai nilai kebenaran hakiki yang terbangun dalam diri, seperti tertulis dalam ayat suci:
Son, keep yourself respect, but remain modest. Value yourself at your true worth-Sirach 10:28
bCiptakan sebuah kenyamanan diri sehingga ia (diri) mampu menerima diri seutuhnya (apa adanya). Tujuannya untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengubah ke arah lebih baik. Demikian J Campell menyimpulkan “Paradoks kehidupan yang sering saya rasakan adalah menerima keadaan diri apa adanya dan barulah saya mengubahnya.” Sedangkan Lowell berkesimpulan “Prestasi besar tidak bisa dihasilkan oleh orang yang tidak bisa menerima diri secara utuh.”
Sebab kemalangan terbesar manusia sesungguhnya adalah rasa merendahkan diri. Sebab tidak akan ada rasa hormat yang akan anda terima jikalau anda sendiri tidak memilikinya bagi diri sendiri seperti tertulis:
There is no excuse for a person to run himself down. No one respects a person who has no respect for himself -Sirach 10:29
cPastikan semua yang anda lakukan dapat senantiasa memenuhi hati Anda dengan suka-cita dan membuat hati Anda selalu bersyukur dalam segala hal dan situasi. Ini adalah perintah Tuhan bagi mereka yang ingin hadirat Tuhan ada dalam diri mereka.
Be joyful always, pray at all times. Be thankful in all circumstances. This is what God wants from you in your life in union with Jesus Christ. - 2Thessalonians 5:16-18

Hati yang bersyukur tak hanya berkelimpahan dalam kasih, tetapi juga mampu melepaskan pengampunan dan berbagi dalam suka maupun duka. Hati bersyukur mampu mengubah penderitaan menjadi kebahagian dan bertekad menghadapi tantangan yang lebih besar. Kitalah yang harus lebih dahulu menciptakan keharmonisan dengan berbuat pada diri yang dilandaskan pada cinta dan kasih dan itu adalah perintah yang Tuhan seperti tercatat:
“Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper.” – proverb 19:8.
Demikian juga Mahatma Gandhi berpesan “ketika putus asa, saya selalu ingat bahwa dalam sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada beberapa tirani dan pembunuh yang sepintas seperti pemenang, akhirnya kalah. Pikirkan SELALU ucapan saya ini.”

2. Jadilah pemimpin diri dengan sikap dan tindakan:
Peran dan Tugas. Sebagai pemimpin diri, kita berperan menyadarkan diri untuk mengikuti kehendak diri yang baik. Juga bertugas untuk menciptakan perubahan penting dan konstruktif. Pemimpin diri tidak membiarkan diri dikontrol tapi mampu mengendalikan diri saat ada pencobaan. Orang yang tak bisa mengendalikan diri dengan baik umumnya tak memampu untuk bisa menggunakan akal sehat, ilmu pengetahuan, pengalaman dan kesadaran yang dimiliki guna bangkit lagi dengan cara yang lebih baik. Seorang pemimpin diri biasanya memiliki kualitas berikut:
aSabar. Orang yang tergesa-gesa sering menyebabkan kekacauan dalam tugas. Hasil yang didapat tidak optimal baik dalam kuantitas maupun kualitas. Kesabaran adalah perintah Tuhan yang harus kita patuhi karena memampukan seseorang untuk hidup teratur dan tekun dalam tugas serta mampu mengendalikan situasi seperti di firmankan:
“It is better to be patient than powerful; it is better to win control over yourself than over the whole country.” – Proverb 16:32. jug abaca Ibrani 10:36

Terinspirasi oleh Proverb 16:32 jug Ibrani 10:36, Benjamin Franklyn, mantan Presiden USA mengatakan: “untuk menjadi orang jenius dibidang kita, kita dituntut satu bakat yang ia sebut bakat SABAR. Sehebat apapun kemampuan/bakat alamiah anda, tak akan memberi keuntungan jika anda tidak SABAR memperjuangkan, mengasah dan memberdayakannya.”
Sabar akan membuat hati, pikiran, emosi dan tindakan akan menjadi selaras. Selaras untuk merencanakan dan sabar untuk melakukannya maka kita akan mendapatkan hasil lebih optimal seperti tertulis:
Plan carefully and you will have plenty; if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5
Sedangkan Einstein berbagi pengalaman bahwa: “Tidak ada karya hebat yang lahir dari seseorang yang sedang dilanda kegundahan.”
Kegundahan Hati hanya akan meningkatkan kebimbangan dan kebimbangan hanya akan mengkerdilkan daya pikir, dan mengikis rasa percaya diri sehingga anda tak akan mampu untuk mengambil keputusan guna melakukan sesuatu yang lebih besar. Kegundahan membuat anda tak akan memperoleh apa-apa dari apa yang anda impikan, harapkan dan rencanakan seperti tertulis:
………whoever doubts is like a wave in the Sea that is driven and blown about by the wind. A person like that unable to make up his mind and undecided in all he does; he must not think that he will receive anything from the Lord. James 1:6b,7-8
bSadar Diri. Dengan mengenal diri, kita mampu mengenal diri orang lain, mempengaruhi, berbagi pengalaman dan menginspirasi mereka. Orang yang sadar diri adalah orang yang memiliki harapan dan tujuan hidup. Ia menetapkan target-target yang harus dicapai (mau jadi apa atau mau memiliki apa) pada waktu yang ditetapkan. Orang sadar diri akan melengkapi diri dengan pengetahuan, cara dan strategi untuk mencapai tujuanya. Ia akan selalu belajar untuk menghadapi tantangan lebih besar dan ia mampu dengan cepat mengeluarkan diri dalam putus asa, trauma dan kepahitan tak akan meracuni batinnya saat gagal.
Sebaliknya orang yang lupa diri tidak memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengembangkan kemampuan diri. Ia tidak peka terhadap suara hati serta menghakimi diri tidak berarti seperti rujukan suci berikut:
“I do not understand what I do; for I do not do what I would like to do but instead I do what I hate” – Rome 7:15.

Senada sabda diatas, Ronggowarsito mengingatkan bahwa “seuntung-untung orang yang lupa diri tak mungkin lebih untung daripada orang yang sadar diri”. Sedangkan dari Doktrin Samurai kita belajar bahwa “jika hubungan kita dengan diri sendiri kacau, teknik/senjata yang benarpun tidak akan bekerja dengan benar.”
Sabda dalam kitab Roma 7:15, doktrin Samurai dan pendapat Ronggowarsito mengispirasi kita bahwa manusia gagal dalam hidup bukan karena kurang kapasitas/kemampuan. Tetapi karena ia kalah mengontrol diri sehingga cendrung melakukan apa yang menjerumuskan yang seharusnya ia benci. Orang sadar diri melihat masalah dan menghindarinya sedangkan orang lupa diri hanya akan menjerumuskan diri seperti rujukan suci:
“Sensible people will see trouble coming and avoid it, but unthinking person will walk right into it and regret it later”- Proverb 22:3
cMemiliki harapan. Orang yang memiliki harapan mengutamakan perbuatan baik (pekerajaan Tuhan) dan tidak cemas terhadap hari esok. Ia fokus pada hari ini sebagai landasan keberhasilan hari esok, namun tak lupa belajar dari hari kemarin. Orang berpengharapan melandaskan semua hidupnya (kata & perbuatan) pada kebenaran, karenanya ia akan menerima dari Tuhan seperti difirmankan berikut:
“Be concerned above everything else with the kingdom of God and with what he requires of you and he will provide you with all these other things. So do not worry about tomorrow, it will have enough worries of its own. There is no need to add to the troubles each day brings”.– Mathew 6:33-34

d.Meraih kemenangan diri terlebih dahulu. Orang sukses biasanya menerima orang lain dan lingkungan sebagai factor pendukung bagi keberhasilannya. Namun dukungan itu mustahil datang kepada orang yang belum memenangkan diri (tidak siap). Herry S Truman, mantan Preseiden USA mengatakan “semua orang berprestasi di Dunia ini memilikki kesamaan yaitu mereka meraiah kemenangan diri terlebih dahulu baru kemudian meraih prestasi.” Artinya, tak mungkin memaksa keadaan atau orang lain agar mendukung usaha, keberhasilan dan kebahagian kita. Kitalah yang harus bekerja keras terlebih dahulu seperti tertuang dalam firman berikut :
“Work hard, don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times” – Rome: 12:11
Belajar Berhubungan dengan Orang Lain (Inter-personal relationship)
“You can make more friends in two months by becoming interested in other people than you can have two years by trying to get other people interested in you.” Advised David Carnegie.

Sebuah hubungan dapat terbangun diantara dua orang atau lebih karena ada sebuah kepercayaan yang tercipta diantara mereka. Sebuah hubungan mustahil terbangun tanpa kepercayaan. Demikianpula sebuah hubungan tak akan memiliki kualitas jika tak ada kadar kepercayaan yang cukup didalamnya.
Hubungan dan Kepercayaan ibarat dua sisi mata uang yang berbeda, tapi tak dapat dipisahkan. Setiap sisi memiliki nilai yang saling melengkapi dan dapat diterima oleh umum, tentu karena telah melekat kepercayaan yang sama terhadap kedua sisi itu.
Orang dapat membangun hubungan didorong oleh keinginan untuk bersoasialisasi, karena melalui soasialisasi, mereka saling mengisi dan melengkapi. Jadi mustahil seseorang ingin hidup menyendiri dan menyepi di suatu tempat terpencil dan juga seseorang tak mungkin hidup bagi diri sendiri.
Oleh karena itu, apapun yang anda sedang dan akan kerjakan, dan apabila itu berkenaan dengan orang lain, maka anda sedang melakukan pekerjaan membangun hubungan.
Hubungan membuat segala sesuatu dapat berproses, berjalan atau terjadi. Misalnya, jika anda menjual barang, orang berpendapat anda sedang melakukan bisnis penjualan. Mereka bisa saja benar, tetapi anda sebenarnya sedang melakukan bisnis membangun hubungan. Barang anda hanya bisa terjual melalui hubungan yang anda bangun dengan orang lain, bukan? Hal inipun terjadi dalam semua lini kehidupan. Para staff sebuah kantor dapat melaksanakan pekerjaan mereka tentu tak lepas dari sebuah landasan hubungan yang sudah terbangun dalam management. Artinya, keberlangsungan dan juga keberhasilan sebuah usaha tak akan terlepas dari sebuah bangun hubungan dengan keharmonisan yang tercipta didalamnya .

Setiap hubungan memiliki kadar kualitas dan setiap hubungan yang berkualitas mendorong lahirnya keharmonisan. Kualiatas sebuah hubungan tidak hanya ditentukan oleh cara membangunnya. Tetapi juga lebih ditentukan oleh kandungan kadar kepercayaan dan juga oleh cara mengelolanya.
Manfaat Membangun Hubungan
Setiap hubungan mempunyai tujuan dan manfaat tertentu bagi pribadi-pribadi yang membangunnya. Orang umumnya membangun hubungan dengan orang lain karena tujuan/manfaat berikut:
1.Melakukan Perbuatan Baik.
Dalam hidup kita temui ada orang yang berhasil dan ada yang gagal. Orang sukses akan mudah membangun hubungan sedangkan orang yang tak beruntung biasanya dimarginalkan. Namun itu tak berlaku bagi orang yang telah bebas dari belenggu harta dan tahta. Mereka menerima orang tak beruntung sebagai anugerah untuk dapat mewujudkan kasih dengan berbagi dalam motifasi, pengajaran, bimbingan dan bahkan materi.
Sebagian dari kita sering hanya mau berbuat baik kepada orang yang bisa menguntungkan atau yang bisa membalas kita kelak. Kita sesungguhnya tak berbeda dari para pecundang, sebab merekapun bisa melakukan hal yang sama. Setiap Perbuatan baik yang bertendensi untuk mendapatkan balasan adalah perbuatan yang dapat menutup saluran Anugrah dari Tuhan, - bandingankan Mateus 5:46.
Berbuat baik sesungguhnya adalah kehendak untuk melayani atas dasar kemurahan hati, persaudaraan dan kasih. Berbuat baik dapat dilakukan kepada siapa saja, teruama yang ditemukan sebagai orang miskin.

Siapakah orang miskin?
Menurut anda, apakah orang miskin itu hanya orang-orang yang tak beruntung dan yang diabaikan, disingkirkan, atau yang tak dihargai hak-haknya sebagai manusia?
Menurut Saint Vincent de Paulo, orang miskin adalah pribadi yang layak dilayani, dihargai dan dihormati dengan sepenuh hati. Sedangkan menurut Ibu Terasa, orang miskin adalah mereka yang tidak hanya kekurangan dalam materi tetapi juga termasuk orang-orang kaya yang tak bisa menyukuri dan menikmati apa yang dia miliki. Orang kaya yang hidup monoton dan kaku karena mengejar harta. Juga termasuk anggota keluarga kita yang tidak merasakan kehadiran kita, walau sesungguhnya kita berada disamping mereka. Mereka tidak mendapatkan cukup perhatian, motivasi, inspirasi dan kasih dari kita karena segala kesibukan yang kita jalani.
Oleh karena itu, kita harus membangun hubungan agar mudah menjangkau menolong orang miskin, baik itu mereka yang miskin materi maupun miskin rohani.

Berbuat baik kepada orang miskin adalah kewajiban setiap orang dan untuk itu, ’banyak lembaga dan organisasi didirikan dan juga banyak pembicaraan’ diselenggarakan demi mengentaskan kemiskinan. Namun Ibu Terasa sangat prihatin karena ia melihat tak ada satu lembaga atau pembicarapun yang mengajak orang miskin untuk turut membicarakan kemiskinan mereka. Oleh Ibu Teresa, tindakan dimaksud dapat merendahkan martabat kemanusian. Karena hanya menjadikan orang miskin, terutama orang miskin materi sebagai Bak Sampah, tempat membuang sisa barang (makanan dan pakaian) yang tak lagi bermanfaat dan ngetrend. Atau menjadikan orang miskin sebagai Papan Iklan, tempat memamerkan segala kelebihan demi sebuah keuntungan.
Perbuatan yang demikian tak berkenan bagi Tuhan, karena itu, jika ingin berbuat baik, hendaklah perbuatan itu menjadi urusan pribadi Anda dengan orang yang ditolong. Maka Bapak di Surga akan menerimanya sebagai perbuatan pribadi Anda denganNya akan membalaskannya untuk Anda. Mateus 6: 2-4
Berbuat baik dan saling menolong bukanlah sekedar sebuah kewajiban dan tanggung jawab kita terhadap sesama; tetapi juga merupakan sebuah bakti atau pelayanan kita terhadap Tuhan seperti tercatat dalam ayat suci:
Do not forget to do good and to help one another because these are the sacrifices that please God – Hebrew 13:16

Apa tujuan anda menolong sesama? Tujuanya adalah membuat orang lain merasa bernilai dan menjalani hidup lebih baik. Pastikan semua yang anda lakukan bukan untuk memanjakan orang yang kurang beruntung hidupnya atau untuk meringankan beban hidupnya sesaat, tapi harus benar-benar memberi nilai atau bermanfaat bagi kehidupannya seperti tertulis dalam ayat suci:
When you do a good deed, make sure you know who is benefiting from it; then what you do will not be wasted – Sirach 12:1
Artinya, setiap perbuatan anda sedapat mungkin harus merupakan pemicu bagi keberhasilan orang lain. Misalnya, sesamamu miskin karena kurang berpendidikan, maka putuslah rantai kemiskinan itu dengan memberi beasiswa bagi pendidikan anak-anaknya. Sebab dengan pendidikan yang baik, seseorang akan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan pekerjaan yang lebih layak dapat memberi penghidupan yang lebih baik.

Berbuat baiklah kepada orang-orang kecil dan lemah; terutama kepada mereka yang hak-haknya dirampas secara tidak adil oleh dunia ini. Tindakan demikian bukanlah sebuah tindakan sia-sia sebab Tuhan sungguh akan melipatkan gandakan upahmu seperti tertulis:
You can be sure that whoever gives even a drink of gold water to one of the least of these my followers because he is my follower, will certainly receive a reward-Mathew 10:42

2.Menemukan suatu Kenyamanan dari Anda.
Modal untuk memperluas usaha adalah membangun hubungan baik dengan orang lain dan menciptkan sebuah kerja sama didalamnya. Namun, orang baru mau berhubungan dan bekerjasama jika mereka menemukan suatu kenyamanan dari Anda. Oleh karena itu, pastikan bahwa apa yang anda miliki atau tawarkan tidak hanya unik, unggul dan menguntungkan, tapi juga menarik, nyaman dan menyenangkan. Anda harus membuat orang lain penasaran atau bahkan menyesal jika tidak bisa bekerja sama dengan anda atau tak mendapatkan apa yang anda tawarkan.
Misalnya sebagai pedagang, anda harus membuat apa yang anda jual memiliki daya tarik, inspiratif, menyenangkan dan memberi kenyamanan. Anda sedapat mungkin membuat customer tidak sekedar membeli produk anda dan terlayani dengan baik. Tetapi juga customer dapat merasa bahwa dengan berhubungan dengan anda, mereka dapat belajar bagaimana saling memberi, melayni dan menghargai dalam sebuah hubungan yang harmonis. Semua ini adalah awal keberhasilan dari keseluruhan proses penjualan anda.
Jadi, jika apa yang anda kerjakan dalam hidup dapat membuat pelangan bahagia, nyaman dan terinspirasi, maka yakinlah bahwa mereka tidak hanya akan berjalan melainkan berlari menemui anda untuk bekerja sama.

3.Berbagi Keberuntungan.
Membangun hubungan dapat mendatangkan keuntungan bagi keberlangsungan setiap usaha, tapi bukan keuntungan semata sebagai fokus usaha anda. Masih ada visi lebih mulia yakni jadikan usaha anda bernilai bagi masyarakat dan dapat mengubah kehidupan disekitarnya menjadi lebih baik. Jika anda dapat memenuhi visi ini, anda telah menemukan keberadaan usaha anda dan juga telah mencapai tujuan yang tepat.
Oleh karena itu tanamkan dalam hati bahwa keuntungan adalah sebuah pencapaian sebagai akibat pilihan dan pengakuan masyarakat. Kuntungan bukan sebagai refleksi keserakahan perusahaan, tetapi sebagai pengakuan bahwa apa yang anda tawarkan dihargai. Ini adalah superior value yang harus diamalkan-demikian kata Konosuka Matsushita:
“Profit should be a reflection not of a corporate greed but a vote of confidence from society that what is offered by the firm is valued”.
Dari gambaran ini, jelaslah bahwa berbagi keberuntungan perusahaan dengan Stakeholders (Masyarakat, Customers, Pemegang Saham, Karyawan dan Management) bukan sebagai tanggung jawab semata tetapi lebih sebagai motivasi untuk mendorong pencapaian/keberhasilan lebih besar.
Ssesungguhnya orang yang menginginkan keberhasil yang lebih tinggi harus menolong orang lain untuk mudah merebut keberhasilan mereka. Oleh karena itu, anda harus berbagi keberhasilan dengan menolong setiap mitra anda seperti supplier, distributor dan juga customer anda untuk meraih keberhasilan mereka.

4.Berbagi Tangung Jawab.
Kepercayaan adalah landasan bagi dua atau tiga orang untuk berbagi tanggung jawab. Setiap orang biasanya akan bertindak untuk dan atas nama diri atau orang lain dalam melakukan sesuatu. Dengan kepercayaan kita mudah beriteraksi guna memahami keinginan dan kebutuhan orang lain. Dan juga agar kita mudah mengkomunikasikan value, visi dan misi guna membangun sebuah kerja sama yang lebih besar. Peter Drucker, pakar Management mengatakan bahwa kemampuan mendengarkan keinginan orang lain yang tak terucapkan merupakan pilar utama komunikasi.
Berbagi tanggung jawab dapat dilakukan dengan siapa saja termasuk dengan para karyawan. Menurut Steve Jobs, co-founder of Apple computer, karyawan pintar dan berkompetensi dapat meringankan tanggung jawab management. Tetapi adalah lebih menguntungkan jika sebuah perusahaan dapat mempekerjakan karyawan yang memiliki kepedulian yang sama seperti yang dimiliki management tentang kemajuan perusahaan
Berbagi keuntungan dan tanggung jawab dalam sebuah hubungan dapat membangkitkan semangat dan rasa turut memiliki baik dari orang-orang anda maupun masyarakat sekitar.

5.Menilai Diri
Anda tidak akan mengetahui seberapa besar kemampuan diri hingga Anda menemukan seseorang yang dapat berbuat lebih baik. Orang lain adalah cerminan bagi diri kita dan sebaliknya kita adalah cerminan bagi orang lain. Bruce Lee mengatakan, bekerjasama dengan orang lain akan memperbaiki penilaian diri terhadap keunggulan/kualitas yang kita miliki. Nilai hidup anda hanya akan diukur dari nilai-nilai mereka yang disentuhnya. Orang yang tidak bisa bekerja sama dapat bertumbuh menjadi pribadi yang sombong atau sebaliknya menjadi rendah diri.

6.Mengembangkan Diri.
Bergaul dengan penjual parfum, kita dapat percikan aroma wangi. Berhubungan dengan pekerja keras, kita akan turut berbagi dalam kesuksesan., tetapi bergaul dengan para pemalas kita hanya akan menyengsarakan diri.
Disadari atau tidak, orang yang kita kenal memberi pengaruh baik atau buruk secara signifikant terhadap pertumbuhan kita. Oleh karena itu kita harus siap menambah nilai diri dari pergaulan itu, bukan sebaliknya terinfeksi sisi negatif dari sebuah pergaulan. Hal itu dinyatakan dalam ayat suci berikut:
If you touch tar, it will stick to you and if you keep company with arrogant people, you will come to be just like them-Sirach 13:1.
Demikian Dahlan Iksan berkata “saya dapat menjadi pengusaha karena tertular pimpinan saya.” Dahlan Iskan bertumbuh menjadi orang sukses dalam usaha dan kepemimpinan karena ia telah belajar dari pimpinannya yang memiliki kepemimpinan dan keteladanan yang luar biasa. Gordon Dryden & DR. Jeannette Vos menyarankan untuk menambah keahlian teknis dan keahlian profesional yang ingin kita kuasai, sebaiknya kita perlu belajar dari orang lain yang sudah bisa.

7.Menambah Pengetahuan Diri.
Orang gagal engan membangun hubungan atau bekerjasama dengan orang lain. Biasanya orang gagal merasa membangun hubungan hanya akan merugikan dirinya. Sebaliknya orang sukses selalu ingin membangun hubungan dan menempatkannya sebagai tujuan. Dengan membangun hubungan, orang sukses akan selalu belajar baik dari diri, rekan, advisers, coacher, consultants, team members, suppliers, customers dan competitors. Orang sukses akan selalu belajar pada pribadi, tempat atau situasi yang berperan sebagai sumber pencerahan yang dapat memberi pemahaman, peneguhan (kekuatan) dan pengertian. Orang yang belajar dari sumber yang tepat sesungguhnya akan menemukan dan memiliki kehidupan, mendapatkan tuntunan dan juga damai, hal itu tertuang dalam ayat suci:
“Learn where understanding, strength and insight are to be found. Then you will know where to find a long and full life, light to guide you and peace.”-Baruch 3:14
Seseorang yang menghargai sebuah hubungan akan selalu menempatkan mantan seniornya sebagai sumber inspirasi seperti tersirat dari cerita belajar dari katak berikut.

BELAJAR DARI KATAK
Konon ada sebuah perusahaan yang dulunya tumbuh pesat, sedikit mengalami keguncangan hari-hari ini. Kemunduran itu terjadi bukan karena management dan kepemimpinan yang kurang credible. Tidak juga disebabkan oleh hal-hal Strategic Framenya terdegradasi menjadi Blinder (pembuta), Prosesnya diterima sebagai Rutinitas, Relationshipnya menjelma menjadi Shackle (kerangkeng), dan atau Valuenya telah diamini sebagai sebuah Dogma (baca ulasan Donald N Sull dalam artikel “Why Good Companies Go Bad” di Harvard Business Review). Namun, kemunduran itu mungkin lebih disebabkan oleh krisis global akhir-akhir ini.
Banyak cara sudah dilakukan management, termasuk berkonsultasi dengan para senior yang sudah purna-bakti. Namun belum terlihat tanda – tanda perubahan menuju kemajuan.
Disuatu pagi, CEO perusahaan tersebut berkonsultasi sekali lagi dengan seniornya yang sangat ia hormati. Dalam percakapan via telepon pagi itu, sang senior yang sudah purna-bakti mengundang juniornya untuk makan siang di rumahnya. Namun, ada syarat – bahwa CEO muda tersebut harus membawa dua ekor katak hidup yang cukup sehat. Mendengar syarat tersebut, CEO muda tadi bergumam; akh! seperti mau ke dukun saja, kok harus ada syarat (bawa katak) segala. Namun, ia tak berani menolak dan tidak juga ingin menanyakan manfaat dari katak-katak itu.
Siang itu, ketika CEO muda tersebut tiba, sang senior sedang menunggunya di sebuah taman, disamping kolam ikan dibelakang rumahnya. Silahkan duduk, sambut mantan CEO tersebut penuh ramah. Sambil menikmati hidangan yang disajikan, mereka berdiskusi panjang-lebar tentang krisis yang sedang menyerang.
Selesai makan, sang senior meminta dua ekor katak yang ia pesan, lalu menunjuk ke arah dua panci berisi air didepan mereka. Tugas mu adalah, lanjut sang senior:
1.masukkan katak pertama kedalam panci pertama. Apa yang terjadi? CEO muda kaget karena katak tersebut langsung meloncat dan mendarat tepat pada kolam ikan. Anda tahu mengapa? Tanya mantan CEO. Sambil memasukan tangan kedalam panci, CEO muda itu menjawab, oh, ternyata pemicunya adalah air hangat dalam panci.
2.masukan katak yang lain kedalam panci kedua, perintah sang senior. Ternyata katak tersebut langsung menyelam dan berdiam didasar. Karena ia tahu panci kedua berisi air segar plus sedikit es. CEO muda itu berkomentar ‘Wah enak benar katak kedua, ia mendapatkan kesegaran yang luar biasa.
3.Namun tugas mu belum selesai dengan katak yang satu ini, kata seniornya. Sekarang, angkatlah panci berisi katak tersebut, letakkan ditas kompor itu lalu nyalakan dengan api yang sangat kecil. Pada tahap ini, baik CEO senior maupun CEO yunior sama – sama mengamati apa yang akan terjadi.
Api kompor yang kecil itu mulai mengubah air yang segar dalam panci menjadi hangat dan kian lama kian panas.
Apa yang terjadi? Sayang sekali bahwa ketika air mulai mendidih, katak tersebut sudah tidak punya kesempatan lagi untuk melompat keluar dari panci. Ia mati dan berubah menjadi katak rebus (suikey).

Sambil, tersenyum sang senior berkata, baiklah anak muda, sekarang pulanglah dan tetapkan pilihanmu. Apakah Anda ingin menjadi hidangan istimewa, maka jadilah katak suikey. Tetapi jika Anda ingin berenang bebas bersama ikan dan makluk air yang lain, maka segeralah loncat sekuat tenaga guna menemukan sumber air segar disekitarmu.

Saran saya, lanjut sang senior, belajarlah dari katak pertama (meloncat dari panci air hangat) dengan melibatkan seluruh anggota organisasi yang anda pimpim. Libatkan mereka didalam training, workshop, member circle, teaching dan coaching. Anggota organisasi adalah asset yang paling penting karena teknologi, produk dan susunan organisasi dapat ditiru oleh para pesaing. Namun dengan belajar bersama seorang karyawan yang cerdas, terlatih dan memiliki kepedulian terhadap perusahaan membantu anda keluar tidak hanya dari krisis ini tetapi perusahaan anda akan menjelma menjadi sebuah organisasi yang menjadi panutan. Anda akan sangat disayangi dan dihormati karena perusahaan dengan seluruh sumber dayanya akan bertumbuh menjadi sebuah perusahaan seperti digambarkan berikut ini:
1.Menjelma sebagai wadah terjadinya kolaborasi, kemandirian, kepercayaan dan kenyaman kerja bagi keberhasilan pelayanan customers/clients
2.Menciptakan customer superior value dengan selalu bersama, mendengarkan dan ber partner dengan Customers
3.Membangun empowered and talented team untuk menjadi kompetent dan cerdas, tapi yang lebih penting adalah menyadarkan setiap orang memberi kepedulian sama seperti yang diberikan management dan/atau Shareholders terhadap kemajuan
4.Menjadi sebuah winning organization yang menerima keuntungan sebagai sebuah pengakuan masyarakat bahwa apa yang kita tawarkan mendapat penghargaan
5.Berbagi keberuntungan perusahaan dengan Stakeholders sebagai motivasi terhadap suatu pencapaian yang lebih besar


Penutup
VALUE
Kehidupan manusia sungguh sangat indah karena diwarnai oleh nilai-nilai yang menyenangkan seperti kebaikan, kejujuran, toleransi, ketulusan, empati dan kasih. Nilai-nilai ini akan membentuk seseorang menjadi pribadi yang ber-NILAI yang kebetulan sesuai dengan acronym VALUE berikut:
A.Valueable to Life and Nation
B.Authority from God
C.Learn and Grow
D.Unity
E.Excellence

Guna membentuk diri jadi pribadi yang ber VALUE, seseorang harus benar-benar mengasah diri untuk merebut sasaran:
1.Memiliki Ilmu Pengetahuan untuk merebut Prestasi
2.Menjadi Pribadi yang Sempurna
3.Mewujudkan Kesempurnaan Diri dalam VALUE

Bagaimana mewujudkan ke-3 sasaran diatas? Setiap orang adalah pribadi yang dinamis dan memiliki kemampuan untuk merebut kemajuan dan kemauan untuk menciptakan perubahan. Namun kemajuan dan perubahan hanya dapat dihasilkan oleh orang yang memiliki otoritas/kapasitas besar. Guna memperbesar otoritas atau kapasitas diri, seseorang harus senantiasa mengasah dan mengasah dirinya.

Banyak tujuan dalam mengasah diri, namun biasanya seseorang mengasah diri untuk menjadi yang terbaik guna merebut dua sasaran dalam hidupnya: Memiliki Apa dan Menjadi Apa.

Memiliki Apa? Milikilah Ilmu dan Pengetahuan
Ilmu dan Pengetahuan itu ibarat sebuah batu asah untuk mengasah ketajaman kemampuan guna memperbesar kapasitas diri. Sudahkah anda menajamkan kemampuan diri? Ketajaman kemampuan memperbesar kapasitas diri dan kapasitas diri yang besar dapat meningkatkan kepercayaan diri. Kepercayaan diri sangat penting dalam hidup sebab umumnya orang tidak mencapai kesuksesan bukan karena tidak memiliki kemampuan, kapasitas dan kesempatan untuk memulai. Tetapi karena tidak memiliki kepercayaan diri terhadap kompetensi dan kesempatan yang dimilikinya. Tingkatkan kepercayaan diri sebab dapat memberdayakan anda melakukan hal-hal besar dan luar biasa. Tentu saja sebuah Prestasi besar akan lahir darinya; yakni sebuah prestasi yang tak dapat hilang dicuri dan tak dapat lapuk dimakan jaman.

Prestasi adalah harta yang dapat mengharmoniskan hidup (emosi) dan menyenangkan hati (spiritual). Prestasi adalah aset yang memberikan kebanggaan tapi tak akan menjauhkan jiwa seseorang dari Pencipta. Oleh karena itu, patuhi kehendak Tuhan untuk menetapkan Prestasi sebagai sasaran hidup bukan Harta dan Tahta. (Lukas 11:33-34). Sebab sesungguhnya, barang siapa yang berhamba pada harta, tidak akan pernah terpuaskan dan barang siapa hanya berangan-angan untuk menjadi kaya, tak akan pernah menyukuri penghasilannya dan menolak apa kata hatinnya seperti tertulis:
If you love money, you will never be satisfied; if you long to be rich, you will never get all you want. It is useless, Ecclesiastes 5:10
Oleh karena itu belajarlah agar anda dapat memahami bahwa yang harus anda miliki dalam hidup adalah Ilmu Pengetahuan. Karena Ilmu Pengetahuan dapat memperbesar kapasitas diri guna menjadikan anda sebagai pribadi yang kaya dalam banyak hal seperti tertulis: All you gain is the knowledge that you are rich, Ecclesiastes 5: 11b. Dengan demikian anda akan memahami bahwa hidup anda sesungguhnya berlimpahan dalam pemeliharaan Tuhan seperti yang dapat dibaca dalam Mateus 6:25-32.

Manusia harus membentengi diri dengan ilmu dan pengertian karena umumnya jalan yang ditawarkan harta tidak benar-benar bersih, baik dan benar (jujur). Banyak jalan yang licik, jahat dan bahkan mengoda anda untuk merendahkan diri guna bersekutu dengan harta. Banyak orang yang kehilangan kesempurnaannya karena telah terjerumus kedalam godaan-godaan yang ditawarkan harta. Kecuali orang-orang suci yang telah ditetapkan Tuhan untuk menyatakan kemuliaanNya seperti tertulis:
A person who gets rich without sinfully chasing after money is fortunate. Do you know anyone like that? If so, we will congratulate him for performing a miracle that no one else has ever been able to do. Sirach 31:8-9

Apakah harata tidak penting sehingga manusia harus mengunakan Ilmunya untuk meraih Prestasi bukan harta?
Tidak!! Harta juga penting sekali bagi setiap orang, namun harta hanyalah salah satu akibat atau hasil yang ditimbulkan oleh prestasi yang dicapai. Oleh karena itu usahakanlah ilmu untuk berprestasi dalam belajar, bekerja, membangun hubungan dan dalam hal-hal baik lainnya, lalu wujudkan prestasi mu itu dalam kasih dan kebenaran, maka segala sesuatu, termasuk harta akan ditambahkan kepada mu seperti tertulis:
Instead be concerned above everything else with the kingdom of God and with what He requires of you, and He will provide you with all these other things. Mathew 6:33

Dengan demikian, jelaslah bahwa prestasi lebih penting dari pada harta karena:
a.Prestasi dapat menjamin sebuah kesuksesan sempurna dari setiap upaya untuk merebut peluang hidup. Kesuksesan Sempurna menjamin lahirnya sebuah kebahagian sempurna (true happiness). Berprestasilah untuk merebut kebahagian sebab hanya kebahagian sempurnalah yang bisa mewujudkan sebuah hidup yang sehat, sejahtera dan bermakna (worthy life). Sebab ketika anda berbahagia, tidak akan ada kekuatiran atau kecemasan apapun yang dapat mendekradasi kulitas hidup anda seperti tertulis dalam ayat suci:
Happiness makes for a long life and makes it worth living. Enjoy yourself and be happy, don’t worry all the time. Worry never did any body any good, and it has destroyed many people. Sirach 30:22-23 and Ecclesiastes 11:9-10
Namun camkanlah bhawa kebahagian sempurna hanya bisa direbut oleh mereka yang memiliki integritas, kepercayaan diri (self confidence), keteguhkan hati (self encouragement), ketabahan dan kasih.

b.Prestasi dapat membentuk anda menjadi pemimpin; Pemimpin yang dapat melayani dengan segenap hati, pemimpin yang dapat menginspirasi orang lain untuk bangkit guna merebut peluang kenerhasilan mereka. Dan juga anda dapat menjadi pemimpin yang dapat mengembalikan orang-orang yang sedang berjalan dalam kegegelapan (keterpurukan, keterjerumusan dan bahkan kejahatan) kembali ke jalan terang (benar)-bandingkan Daniel 12:3.
Pertanyaan yang akan timbul adalah dari mana manusia memperoleh ilmu pengetahuan dan juga pengertian itu? Tuhan adalah sumber dari segala Ilmu Pengetahuan dan Pengertian dan barang siapa menerimanya dan berusaha menjadi cerdas, sedang memperbesar kapasitas diri guna mendapatkan kualitas hidup yang lebih baik. Siapkanlah diri anda karena Tuhan akan mengirimkan ilmu pengetahuan dan juga pengertian sama seperti Dia menurunkan hujan bagi kehidupan dan pertumbuhan semua maklukNya seperti tertulis dalam ayat suci:
She sends knowledge and understanding like the rain, and increase the honor of those who receive her-Sirach 1:19.

Lebih lanjut bahwa Ilmu Pengetahuan & Pengertian yang Tuhan berikan merupakan anugrah yang memberdayakan seseorang untuk melakukan tidak hanya hal-hal biasa, tetapi juga hal-hal ajaib (luar biasa) sehingga nama Tuhan dipermuliakan didalamnya, seperti tertulis dalam ayat suci:
God gave knowledge to human beings so that we would praise him for the miracles he performs – Sirach 38:6l
Memang benar bahwa orang yang memiliki Ilmu Pengetahuan, Pengertian dan juga Iman diberkati untuk melakukan sesuatu yang luarbiasa, menakjubkan dan ajaib. Anda tidak percaya? Tuhan sendiri telah menjaminkan hal itu seperti yang dicatat dalam ayat suci:
Those who believe in me will be capable of doing even greater things than the ones I myself did. John 14:12

Jadilah Pribadi yang Sempurna
Manusia pada hakekatnya adalah makluk sempurna karena diciptakan seturut rupa dan citra Yahwe, Tuhan yang Maha Sempurna.
Hidup manusia jaman ini diwarnai oleh persaingan, kesombongan, iri-hati, kecemasan dan kekuatiran. Warna kehidupan demikian telah menjauhkan banyak orang dari kesempurnaan. Tetapi Tuhan itu Maha Kasih dan lagi Maha Penyayang; Ia tidak pernah membiarkan hambaNya berada diluar kesempurnaanNya. Manusia bisa kembali layak bagi kesempurnaan Tuhan asal ia mau menjalankan standard hidup yang Tuhan tetapkan. Tuhan hanya menghendaki agar anda mau Rendah Hati, Lemah-Lembut dan Sabar dalam sikap, kata dan tindakan yang saling menghargai, menghormati dan menolong dalam Kasih seperti tertulis:
Live a life that measure up to the standard God set when He called you. Be always humble, gentle, and patient. Show your love by being tolerant with one another- Ephesians 4:1b-2

Barangsiapa yang lulus dari standard hidup diatas akan menjadi sempurna dalam hidup sama seperti Bapak di Surga adalah Sempurna seperti tertulis dalam ayat suci:
But you must be perfect-just as your Father in heaven is perfect-Mathew 5:48
Artinya jika kita bisa hidup sesuai standard Tuhan (Ephesians 4:1b-2), maka kita bisa mencapai kesempurnaan (Mathew 5:48). Namun dalam hal apa kita harus hidup sempurna? Sebagai manusia berdosa, kita bisa mewujudkan kesempurnaan yang Bapak anugrahkan melalui pikiran, perkataan dan perbuatan seperti diuraikan dibawah ini karena “Tuhanlah yang menyelidiki pikiran dan menguji hati. Tuhanlah yang akan membalaskan kepada setiap orang setimpal dengan tingkah lakunya dan setimpal dengan perbuatannya,” seperti tertulis I the Lord search the minds and test the hearts of men. I treat each one according to the way he lives, according to what he does. Jeremiah 17:10:
Sempurna dalam Pikiran:
Kesempurna dalam Pikiran akan mudah terwujud jikalau kita dapat mengasah pikiran dengan hal-hal yang layak mendatangkan kebaikan dan juga dengan hal-hal yang layak melahirkan pujian; yakni hal-hal yang benar, mulia, agung, murni, terhormat dan menyenangkan seperti dinyatakan dalam ayat suci:
Fill your mind with those things that are good and that deserve praise: things that are true, noble, right, pure, lovely and honorable. Philippians 4:8
Pikiran sempurna dapat membentuk anda menjadikan pribadi yang sempurna. Oleh karena itu, peliharalah pikiran anda dalam kesempurnaan karena pikiran anda dapat membentuk kepribadian anda seperti tertulis:
Be careful how you think; your life is shaped by your thoughts – Proverb 4:25

Sempurna dalam Kata.
Pikiran yang sempurna akan melahirkan kata-kata yang indah dan menyenangkan. Kata-kata yang dapat mengobati setiap hati yang gundah-gulana dan jiwa yang tersesat. Setiap kata yang sempurna memiliki power dan otoritas untuk membentuk segala sesuatu menjadi baik. Karena setiap kata yang sempurna dan berotoritas tidak hanya mempengaruhi tetapi juga menginsiprasi dan memotivasi orang lain untuk melakukan sesuatu guna keluar dari segala kemelut yang dihadapinya. Lebih lanjut bahwa kata yang sempurna tidak hanya dapat mengubur segala kuatir yang mengerogoti kebahagian, tetapi juga memberikan peneguhan dan mendatangkan suka-cita. Hal kekuatan kata-kata yang sempurna dilukiskan dalam ayat suci:
Kind words are like honey-sweet to the taste and good for your health- Proverb 16:24
Worry can rob you of happiness, but kind words will cheer you up- Proverb 12:25
Peliharalah perkataan mu dalam kesempurnaan karena sama seperti perkataan (sabda) Tuhan adalah sumber kehidupan dan kehidupan itu adalah terang bagi manusia (John 1:4), maka kehidupan dan kehancuran, kedamaian dan kebencian serta kasih dan keserakahan berawal dari kata-kata mu.

Sempurna dalam Tindakan
Kata yang sempurna akan berwujud dalam tindakan yang sempurna pula. Tindakan yang sempurna adalah perbuatan yang dapat menghasilakan suatu buah yang baik yang bisa meningkatkan standard diri. Selain itu setiap tindakan yang sempurna juga dapat menjadi model dan contoh bagi orang lain. Sebab dengan melihat semua tindakan anda yang sempurna, orang lain akan terpengaruh dan terispirasi bahwa adalah keberuntungan jika dia juga bisa melakukan segala sesuatu dengan sungguh dan benar seperti anda. Hal meniru tindakan yang sempurna dilukiskan dalam ayat suci:
Keep on imitating me, my brothers. Pay attention to those who follow the right example that we have set for you- Philippians 3:17

Peliharalah tindakan mu dalam kesempurnaan karena tindakan mu adalah wujud nyata dari kemurahan hati dan kasih mu. (1Korintus 3:1-13, Jakobus 2:14-26 dan 1John 3:18).
Oleh sebab itu janganlah lelah untuk mengusahakan kesempurnaan dalam pikiran, kata dan tindakan anda. Karena kesempurnaan dalam pikiran, kata dan tindakan berpotensi menjadikan anda sebagai pribadi yang BERNILAI seperti yang kebetulan sesuai dengan akronim VALUE berikut:

V.Valuable to Life and Nation
Memberi Manfaat yang Berarti.
Setiap orang berkeinginan berbuat baik dan juga berharap agar perbuatannya dapat memberi manfaat. Namun, keinginan dan cita-cita mulia ini tak akan terwujud tanpa pencapaian kualitas diri yang optimal (memberi manfaat) terlebih dahulu seperti tertulis: “Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper.” – proverb 19:8
Orang yang dapat memberi manfaat bagi orang lain adalah orang yang telah belajar untuk memberi manfaat bagi diri terlebih dahulu. Setelah itu, dia rela mendedikasikan kemanfaatan dirinya dengan melibatkan diri dalam setiap segi kehidupan sesama, baik dalam susah, malang, sukses dan bahagia. Dengan demikian, orang yang mampu memberi manfaat berarti diibaratkan sebuah pelita yang dapat menjadi penerang bagi kehidupan disekitarnya. Setiap pemikiran, sikap dan perbuatannya ibarat cahaya yang dapat mencerahkan, menginspirasi, menuntun dan mengembalikan orang lain untuk berserah kepada pencipta (praise your Father in Heaven) seperti tertera dalam ayat suci:
In the same way, your light must shine before the people so that they will see the good things you do and praise your Father in Heaven.-Mathew 5:16
Orang yang mampu memberi manfaat yang berarti adalah ‘pemimpin’ yang setiap pikiran, kata dan tindakannya ibarat cahaya yang bersinar seperti cakrawala; yakni pemimpin yang akan bercahaya tetap untuk selamanya seperti bintang-bintang karena dapat menuntun banyak orang kepada kebenaran (Daniel 12:3). Dan sesungguhnya hanya pemimpin yang hidup dan kehidupannya seperti cahaya sajalah yang dapat memberikan tuaian besar dalam segala jenis kebaikan, kepatutan/keadilan dan keberan (Efesus 5:9)

Pribadi yang memberi manfaat yang berarti adalah pribadi yang proaktif dalam memperjuangkan nilai-nilai positif. Nilai yang dapat memberi nilai tambah baik bagi diri, keluarga, orang lain dan juga Tuhan. Orang yang bermanfaat adalah pribadi yang tidak mengukur dirinya dari pertumbuhan yang dia raih, tetapi lebih oleh pencapaian yang ia wujudkan untuk memberikan nilai bagi masyarakat dan membuat kehidupan orang lain menjadi lebih bermakna

A.Authority from God
Pribadi yang memberi manfaat yang berarti adalah pribadi yang penuh integrtitas; satu kata dalam perbuatan. Pribadi berintegritas dapat melakukan segala sesuatu dengan kesungguhan hati karena dia menyadari bahwa segala kapasitas yang ada padanya hanyalah sebuah titipan saja. Dia sesungguhnya tak memiliki hak tanpa otoritas Tuhan dan tanpa kapasitas Tuhan, dia sesungguhnya bukan apa-apa seperti tertulis:
There is nothing in us that allows us to claim that we are capable of doing this work. The capacity we have comes from God. 2Corinthians 3:5
Pribadi yang memiliki otoritas dan kapasitas Ilahi tidak melakukan tugas dan kewajibannya untuk mendapatkan keuntungan diri, perhatian dan pujian, tetapi untuk memberi makna bagi kehidupan diri, orang lain dan lingkungannya. Dia lakukan semua itu semata-mata sebagai ibadah seperti tertulis:
Whatever you do, work on it with all your heart as though you were working it for God and not for man. Colossians 3: 23

L.Lear and Grow
Tuhan menganugerahi manusia dengan akal budi; sebuah anugrah yang dapat membedakannya dari ciptaan yang lain. Akal budi mengandung semangat ingin tahu (Spirit of Curiosity), sebuah semangat yang mendorong manusia terus berkembang dari makluk yang primitive menjadi manusia modern. Berkembang dari makluk yang lemah dalam fisik menjadi pribadi superior. Superiority manusia terbentuk dari ketekunan untuk mengisi diri dengan ilmu/pengetahuan, ketrampilan, sikap atau nilai seperti tertera dalam ayat suci:
Intelligent people are always eager and ready to learn – Proverb 18:15
Pribadi learn and grow berintegritas tinggi dan memiliki kesadaran bahwa dia sesungguhnya bukan apa-apa. Namun standard dan kapasitas dirinya hanya bisa diperbesar lewat ketekunan untuk mengasah diri dengan ilmu, pengetahuan, ketrampilan dan juga nilai.
Orang learn and grow adalah pribadi yang mendedikasikan diri untuk belajar bagi pertumbuhan yang dicita-citakannya seperti dilukiskan: learn all we can; then remember or do what we learn and we will prosper.-proverb 19:8, Always remember what you have learned. Your education is your life. Guard it well-Proverb 4:13

U.Unity
Orang yang mencitai belajar, mencintai pertumbuhan dan pertumbuhan optimal hanya tercipta melalui penyatuan beberapa kekuatan yang berbeda. Oleh karena itu, orang unity memiliki kapasitas dalam interrelationship building untuk menyinergikan dua atau lebih sumber daya guna menampilkan kinerja lebih besar bagi suatu hasil maximum. Tentu saja ini jauh lebih baik dibandingkan dengan besaran kemampuan dan hasil yang diberikan oleh satu sumber daya saja.
Kekuatan sinergi menunjukkan bahwa sekecil apapun pekerjaan yang dikerjakan akan menjadi beban berat jika hanya dikerjakan seorang diri saja. Namun, akan menjadi efektif dengan hasil optimal jika pekerjaan itu dikerjakan secara bersama-sama. Tentunya dengan terlebih dahulu membagi-bagi jenis dan besarannya disesuaikan kemampuan, kecakapan dan tanggung jawab masing-masing - baca Keluaran 18:13-26 dan Sirak 38:24-33. Lebih lanjut Sirak 38:34 memberi penegasan bahwa: Besar, bentuk dan jenis pekerjaan anda tidak penting. Tetapi sekecil apapun pekerjaan tersebut jikalau dikerjakan dengan kesungguhan hati dapat meningkatkan karir, standard hidup dan kemulian anda untuk menyatukan dan memperbaharui dunia dan juga Tuhan menerimanya sebagai upaya anda untuk mendekatkan diri padaNya.
But the work they do holds this world together. When they do their works, it is the same as offering prayer-Sirach 38:34
Mendukung ayat suci Sirach 38:34, Rasul Paulus menlukiskan bahwa pelaku dan jenis pekerjaan (yang menanam dan yang menyiram) tidaklah penting. Tetapi yang terpenting adalah sumber dari pekerjaan itu (Tuhan) dan hasil (pertumbuhan) yang diberikanNya.
I planted the seeds and Apollos watered the plant, but it was God who made the plant grow. The one who plants and the one who waters really do not matter. It is God who matters because He makes the plant grow. There is no difference between the man who plants and the man who waters; God will reward each one according to the work he has done-1 Corinthians 3:6-8a
Perbedaan dalam pelaku dan peran merupakan sebuah anugrah yang memiliki fungsi saling melengkapi. Karena perbedaan itu dapat merajut kepingan-kepingan yang sederhana, kecil dan juga berbeda menjadi satu kesatuan yang lebih besar, utuh, kuat dan lebih indah- Sirak 38:24-34.. Perbedaan individu dan keahlian dapat disatukan dalam sebuah team, lalu membentuk mereka menjadi sebuah kekuatan yang dapat bekerja sebagai sebuah kekuatan yang kompetitif dan menguntungkan. Mereka akan selalu bekerja dalam sebuah kolaborasi unik dan termotivasi selalu untuk melahirkan kinerja yang gemilang dalam institusi.

E.Excellence
Being Excellence; menjadi yang terbaik atau menjadi pribadi unggul adalah impian setiap orang tapi tidak mudah. Namun tanpa menjadi yang terbaik tidak akan ada keberhasilan optimal.
Banyak tantangan yang akan mengganjal, tetapi orang unggul (excellence) menerimanya sebagai pemicu bagi pencapaiannya. Ciri khas pribadi unggul (excellence): tidak mengukur kesuksesannya dari semua (hasil) yang dia raih; melainkan mengukurnya dari perlawanan terhadap tantangan yang dia hadapi; dan dari keberaniannya untuk tetap berjuang melawan hambatan yang menghadang.
Manusia unggul adalah pribadi yang selalu menampilkan kinerja terbaik; pribadi yang memahami situasi yang terjadi dan mampu mengendalikannya kearah yang lebih baik. Pribadi unggul mengutamakan kesuksesan bersama dan termotifasi untuk mewujudkan pencapaian yang lebih besar. Pribadi unggul adalah pribadi yang memiliki kesadaran bahwa semua kemampuan yang melekat padanya adalah anugrah bukan usahanya seperti tertulis:
I have the strength to face all conditions by the power that Christ gives me-Philippians 4:13
Sebab sesungguhnya tanpa mengandalkan Tuhan, dia sesungguhnya bukan apa-apa.
There is nothing in us that allows us to claim that we are capable of doing this work. The capacity we have comes from God. 2Corinthians 3:5
Being Excellence; menjadi yang terbaik dalam segala situasi tidak terjadi dalam satu-dua hari saja. Dengan power (Philippians 4:13) dan kapasitas (2Corinthians 3:5) yang Tuhan anugrahkan, anda tidak mustahil menjadi pribadi yang unggul melalui tahadapan berikut:
1.mengasah Intelligence Quotient untuk bertumbuh menjadi ahli guna melakukan sesuatu sama seperti yang orang lain bisa lakukan karena anda juga memiliki keahlian yang sama
2.mengharmonisasikan Emotional Quotient, karena emosi yang harmonis membuat anda memiliki kulitas diri lebih baik untuk melakukan sesuatu yang sulit dilakukan orang lain
3.menumbuhkan Iman (Spiritual Quotient) yang teguh guna membuat anda lebih mampu melakukan sesuatu yang mustahil dilakukan orang lain. Karena dengan Iman, anda akan mudah berserah (membuka) diri guna menghadirkan Roh Tuhan dalam diri (Spiritual); Roh yang memberi anda keyakinan, harapan dan optimisme bahwa hasil terbaik akan anda raih jika anda mau berusaha dengan keahlian anda, dalam motivasi yang benar dan dengan sikap mental yang positif, seimbang dan harmonis dalam kasih.
Dengan demikian, anda akan bertumbuh menjadi pribadi yang begitu kaya dalam hidup. Anda sungguh kaya dalam pikiran, tutur kata, ilmu pengetahuan, pengertian, harkat dan martabat. Anda akan sungguh berkelimpahan dalam hasrat untuk melayani dalam Iman, Harapan dan Kasih. Bandingkan 2Korintus 8:7.
































DAFTAR PUSTAKA
1.Philippine Bible Society 1982 – Good News Bible
2.Robert Alberti & Michael Emmons 2002 – Your Perfect Right Elex Media Komputindo
3.Thomas J Stevenin, PhD 2000 – Win Win Solution, Mengatasi Konflik di Lingkungan Kerja, Metanoia
4.AN Ubaedy & Imam Ratrioso, PSi 2005 – Refleksi Kehidupan, Elex Media Komputindo
5.Joel Osteen 2007 – Starting Your Best Life Now, Immanuel
6.Alan Lakein 2007 – Management Waktu, Mata Katulistiwa
7.Richard Carlson 2001 – Don’t Sweat Small Staff At Work, Gramedia
8.Lilian Too 2001 – Inner Fengsui, Elex Media Komputindo
9.Robert Bruce Shaw 1997 – Trust in the Balance, Jossey Bass Inc
10.Fritz Ridenour 2002 – How to be Christian without Religious, Gloria Graffa
11.Jose Luis Gonzales 2009 – Mother Teresa, In My Own Words, Kanisius

LI AN MOEN ANA ATUK BIJAEL

  LI AN MOEN ANA ATUK BIJAEL 1.      When you are traveling around Timor, especially at the district of north middle Timor, you will be fa...