https://drive.google.com/file/d/1IpA70ea5bj0nLzFEYC7j1C685Gcg4xfC/view?usp=sharing

Cari Blog Ini

Selasa, 21 April 2015

CORPORATE PHILOSOPHY

PEKERJAANKU ADALAH IBADAHKU DAN
TEMPAT KERJAKU ADALAH KEDIAMAN DAN KUBURANKU
By Leonardus Nana
Sebagian dari Anda mungkin tidak tahu atau belum pernah membaca kalimat judul diatas, namun jika anda membuka The Toyota way, anda akan menemukannya.
Percaya atau tidak, sesungguhnya konsep dari Pekerjaanku adalah Ibadahku dan tempat kerjaku adalah kediaman dan kuburanku adalah Injil Yohanes 12: 24.
Ketika membuka Injil Yohanes 12: 24, anda akan menemukan ayat suci ini “A grain of wheat remains no more than a single grain unless it is dropped into the ground and dies. If it does die, then it produces many grains.” John 12:24
Konsep ini telah diadopsi dan sudah dijadikan dasar bagi hampir setiap organisasi modern jaman ini. Walau organisasi non kristiani tidak menyadarinya, mereka telah meraih banyak pencapaian karenanya.
Coco Chanel berkata Every accomplishment starts from a decision to try – setiap karya berawal dari sebuah keputusan untuk mencoba. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Confusius (filsuf China) yang mengatakan ‘perjalanan yang jauh selalu didahului dengan langkah pertama’. Ketika kita memutuskan untuk membuat sesuatu, langkah pertama selalu menjadi tantangan tersendiri, walau keputusan mencoba itu sesungguhnya berawal dari pikiran sendiri seperti disabdakan ‘all things in this world begin in Mind (Sirach 37:18b).’
Kembali ke Coco Chanel tadi, kita harus tetap mencoba! Mencoba apa? Mencoba menjatuhkan Benih ke dalam tanah dan mati artinya mencoba untuk melakukan sebuah karya dan mencoba untuk berpaling pada karya itu saja bukan karya yang lain. Sebab dari benih yang jatuh dan mati itu tumbuh sebuah kehidupan/pohon yang akan menghasilkan banyak buah.
Banyak konsep tentang biji yang jatuh, mati dan menghasilkan akan banyak dikupas disini, namun tulisan ini akan dibatasi pada organisasi pendidikan dan atau yayasan yang mengelola organisasi pendidikan saja.
Perintis Pendidikan di Indonesia
Sebelum Indonesia merdeka dan mampu untuk mendirikan dan mengelola organisasi pendidikan, organisasi berbasis agama Katolik telah memberdayakan banyak anak-anak bangsa menjadi pribadi yang cerdas, peduli dan bertagwa.
Banyak kongregasi seperti SVD atau OFM Conventual telah memutuskan “untuk menjatuhkan benih ke tanah dan mati” melalui berbagai karya, salah satunya adalah karya pendidikan. Kongregasi Katolik berani menjatuhkan benihnya pada karya pendidikan karena percaya bahwa dari benih yang mati itu akan akan berkecambah dan tumbuh menjadi pohoh-pohon TK, SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi. Pohon-pohon (organisasi sekolah) tersebut dihimpun dalam suatu lembaga gerejani berbentuk yayasan atau lainnya untuk terus memelihara, merawat, dan memupuki agar dapat bertumbuh subur dan menghasilkan daun, bunga, kayu dan buah.
Basic Mentality.
Sekolah-sekolah yang dikelola kongregasi Katolik mengalami kemajuan yang luar biasa karena dilandasi pada suatu pemikiran dasar yang mengutamakan bukan hanya kecerdasan dan kedisiplinan saja tetapi juga kesopanan, kepedulian, ketagwaan dan cinta.
Karena itu, setiap member organisasi pendidikan katolik, mulai dari murid, karyawan, guru dan biarawan-biarawati adalah pribadi yang selalu dituntun untuk belajar dan bekerja dengan hati. Tujuannya adalah mereka dapat bertumbuh menjadi pribadi bernilai dan unggul (subur dan menghasilkan daun, bunga, kayu dan buah). Di sini, anda akan ditanamkan sebuah mental dasar/dasar berpikir tentang falsafah organisasi tersebut – atau yang disebut basic mentality.
Percaya atau tidak, Yohanes 12:24 talah menjadi Basic Mentality dari setiap organisasi modern. Ketika anda memutuskan menjadi member sebuah organisasi termasuk yayasan pendidikan, anda harus memutuskan untuk jatuh atau meninggalkan impian yang lain dan siap mati atau mendedikasikan seluruh waktu, tenaga dan sumber daya bagi kemajuan organisasi tersebut.
Artinya, saat anda memutuskan menjadi siswa dari sebuah sekolah Katolik, anda harus siap mengikuti cara bagaimana anda seharusnya belajar dan dididik. Anda belajar dan dididik mengutamakan bukan hanya kecerdasan dan kedisiplinan saja tetapi juga kepedulian, ketagwaan dan cinta. Tetapi jika anda memutuskan menjadi guru dari sebuah sekolah katolik, anda harus siap mati atau mendedikasikan seluruh waktu, tenaga dan sumber daya bagi kemajuan belajar siswa dan kesejahteraan anda dan kemajuan organisasi/lembaga. Anda, baik itu siswa atau guru akan meraih ini jika anda mencintai apa yang anda kerjakan.
Basic mentality atau pemikiran dasar tentang mencintai apa yang anda kerjakan sesungguhnya merupakan misi hidup setiap orang yang beradab. Steven Covey berkata Please find your life’s mission – you were born to love what you do. Anda sebagai guru atau karyawan dan pengurus yayasan tidak akan siap mati untuk kemudian bertumbuh dan mencurahkan seluruh waktu, tenaga dan sumber daya untuk merawat pohoh atau mendidik siswa-siswi TK sampai SMA jika anda tidak mencintai apa yang anda kerjakan atau mereka yang anda didik.
Dengan cinta, anda akan bekerja dengan hati dan siapa yang bekerja dengan hati akan bekerja seturut Rome: 12:11 “Work hard don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the times.” Maka perhatikan bahwa kesuksesan besar dan kesejahteraan berlimpah akan dicurahkan kepada mu. Barac Obama pernah berujar, life is blessed in the service to others atau hidup terberkati untuk memberkati orang lain - be blessed to bless. Hidup untuk melayani, melayani dengan semua yang anda miliki.
Leo Cinta pada pekerjaan dan orang-orang yang dilayani mendorong anda bekerja lebih keras sebagai sebuah ibadah dan terus bersuka-cita dalam pengharapan. Hal ini akan terwujud jika anda bisa menjiwai apa yang anda kerjakan dan senantiasa menempatkan pekerjaan dan orang-orang yang anda layani dalam hati anda. Maka hal pertama dan utama dalam karya adalah membangun sebuah relasi – hati anda harus berelasi dengan pekerjaan dan juga mereka yang anda layani. Seperti yang diungkapkan oleh Thomas Watson Sr. berkata “To be successful, you have to have your heart in your business and your business in your heart.” Pekerjaan dan mereka yang anda layani adalah harta anda, karena itu pesan penginjil Matius ini tepat untuk kita ikuti, ‘di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Matius 6:21).
Corporate Culture
Sudahkah para member organisasi pendidikan mulai dari murid, guru, staff dan pengurus yayasan membangun cinta dan relasi dengan pekerjaan, dengan anggota lain atau mereka (anak didik) yang dilayani? Kesuksesan hanya tercipta jika anda memiliki relasi, peduli dan cinta sempurna dengan pekerjaan, dengan anggota lain atau mereka (anak didik) yang dilayani. Ini akan melahirkan sebuah corporate culture.
Corporate culture yang terbentuk dari setiap member organisasi pendidikan Katolik adalah:
1.     Budaya kebersamaan dan berbagi dalam persaudaraan iman Katolik
2.     Budaya peduli dan saling melayani antar setiap corporate member (siswa, guru, staf dan pengurus yayasan).
3.     Budaya Peduli dan Cinta terhadap Pekerjaan dan mereka yang dilayani.
4.     Budaya mengawali kegiatannya dengan bersyukur melalui ibadat sabda atau ibadat Ekaristi Kudus
5.     Budaya saling menghormati, melayani, menyapa dan berjabatan tangan (siswa biasanya mencium tangan para pendidik atau orangtua yang mereka jumpai)
Tujuan budaya organisasi (corporate culture) adalah untuk menciptakan persaudaraan dan kepedulian diantara sesama saudara dan terhadap apa yang dikerjakan. Steve Jobs (Apple) berkata adalah baik berkerja bersama orang-orang pintar – tetapi lebih baik jika bekerja bersama orang cerdas yang memiliki kepedulian yang sama. Peduli terhadap kemajuan dan kesejahteraan bersama atau peduli sesama, peduli pekerjaan dan peduli lingkungan.
Saya yakin setiap corporate member mulai dari siswa, guru, karyawan sampai Biarawan/biarawati) dari setiap organisasi pendidikan Katolik adalah orang-orang pintar, tetapi apakah mereka memiliki kepedulian yang sama dalam membangun persaudaraan dan saling melayani demi kemajuan bersama? Jawaban ada ditangan anda.
Corporate culture (budaya organisasi) sangat dijaga oleh organisasi modern atau perusahaan-perusahaan bonafide karena prinsip ini:
1.     Besarnya finance dan advanced technology dapat disaingi tetapi seorang karyawan yang cerdas dan peduli tidak dapat disaingi oleh apapun.
2.     Sebuah high tech Computer dapat mengerjakan pekerjaan 50 orang pintar tetapi satu orang cerdas dan peduli tidak tergantikan oleh 50 high tech Computers.
3.     Keberhasilan organisasi anda tidak akan terpenuhi baik jika para pekerja tidak dapat merasa nyaman dan menikmati apa yang mereka kerjakan (tidak sejahtera).
Oleh sebab itu karyawan mendapatkan tempat utama bukan modal dan teknologi. Banyak pelatihan dan bimbingan akan terus diberikan demi peningkatan kualitas intellect, kestabilan emosi dan pertumbuhan iman yang teguh. Karyawan kelompok ini tidak akan pernah mau dibajak oleh organisasi lain walau dengan imingan penghasilan tinggi. Mengapa? Karyawan telah menerima pekerjaannya sebagai bagian dari dirinya.
Dengan demikian, majikannya tidak akan pernah memperlakukan karyawannya dengan prinsip pekerja membutuhkan pekerjaan dan bukan sebaliknya. Atau jika anda tidak mau bekerja disini, masih banyak yang antri untuk bekerja. Mengapa? Sesungguhnya pekerjaan membutuhkan pekerja untuk diselsaikan. Sebab sebuah pekerjaan tidak akan menghasilkan sesuatu jika tidak mendapatkan sesuntuhan seorang pekerja. Selanjutnya, mereka yang antri untuk bekerja, biasanya belum memahami budaya organisasi karena itu mereka belum bisa bekerja maximal dan masih harus diberi kesempatan untuk belajar bukan siap kerja. Contohnya: seorang guru baru harus belajar membangun hubungan baik dengan sesama guru dan para siswa, dengan lingkungan sekolah dan belajar memahami budaya sekolah. Sebaliknya para siswa dan guru harus belajar menerima dan memberi kesempatan kepada guru baru tersebut untuk belajar bersama.
Profit versus Prosperity
Mari kita melihat lagi benih yang jatuh dan mati itu, kini telah tumbuh menjadi sebuah pohon yang menghasilkan. Siapakah yang seharusnya menikmati hasilnya, apakah pemilik atau perawat atau pekerja nya?
Banyak orang menjawab pemilik. Jawaban itu salah sebab pemilik biasanya mendapatkan sisa hasil. Sebab jika pemilik maka perawat atau pekerjanya akan lapar dan tidak bertenaga untuk memelihara dan merawatnya, maka pohon itu tidak akan berbuah lebih banyak lagi. Tetapi pohon yang terawat baik akan bertumbuh subur dan berbuah lebih banyak lagi, maka pemiliknya akan mendapat lebih banyak dan perawat atau pekerjanya akan mendapatkan secukupnya – luar biasa.
Orang berkata bahwa tujuan pokok dari setiap organisasi modern adalah profit. Tidak, mereka salah sebab tujuan utama dari setiap organisasi modern adalah prosperity/kesejahteraan bukan profit/laba – profit akan mengikutinya.  
Mengapa harus prosperity first? Sebab kesejahteraan akan menjadikan setiap member organisasi mencitai organisasi/tempat kerjanya dan peduli pada apa yang mereka kerjakan. Oleh sebab itu organisasi/perusahaan tidak akan berproduksi maksimal jika perusahaan itu tidak mensejahterakan membernya yang smart and care. Mengapa? Satu hal yang harus dipahami adalah LOGIKA para member/karyawan yang  smart and care tidak akan berjalan baik jika LOGISTIC tidak terisi – demikian Einstein berkata Perut lapar tidak dapat menghasilkan PEMIKIRAN yang LOGIS.
Logistic jenis apa saja yang harus terisi? Beberapa logistic yang harus terisi adalah:
1.     Logistic of intellect: Bekerja adalah Belajar yang dibayar (paid learning). Artinya organisasi harus menyediakan diri sebagai tempat dan sumber belajar, bimbingan dan pelatihan yang berkelanjutan bagi peningkatan intellect and experience pekerjanya.

Dalam oraganisasi pendidikan, sekolah merupakan tempat yang paling baik bagi seorang guru untuk belajar dan terus belajar guna mendapatkan sebuah ketrampilan atau metode mengajar yang baik. Setelah itu dia akan terus menekuni ketrampilan tersebut hingga benar-benar dikuasainya. Penguasaan sebuah Ketrampilan/metode mengajar tidak diperoleh melalui sebuah tindakan dalam sekejab, tetapi melalui serangkaian praktek yang berlangsung terus-menerus (pembiasaan) dalam waktu yang lama. Demikian Aristotel berkata ‘excellent is not an action but it is a habbit.’

Merujuk pada temuan Tacit Knowledge dari Prof. Stenberg, seorang psikolog dari Yale University, seorang guru misalnya akan sangat ahli dalam mengajar dan penguasaan metode pengajaran bukan karena kecerdasannya saat kuliah, tapi karena ia telah berpraktek, praktek dan praktek mengajar.

2.     Logistic of emotion: Bekerja itu menyenangkan (fun working). Artinya organisasi (sekolah) harus menjadi tempat yang nyaman dan menyenangkan sehingga membernya memiliki kestabilan emosi untuk menumbuhkan cinta, peduli dan memiliki sense of belonging pada pekerjaannya. Anggota yang stabil emosi mampu mengerjakan hal-hal mustahil atau menghasilakn inovasi dan temuan.
3.     Logistic of Faith: Bekerja adalah ibadah (working is worship) dapat dibaca pada Sirach 38:34b ‘when they do their works, it is the same as offering prayer.’ Artinya organisasi harus menjadi tempat meletakan harapan dan masa depan sehingga member mampu mengerjakan hal-hal mustahil karena dia mampu melupakan hal-hal luar yang mengoda. Anggota yang beriman dalam pekerjaan mampu menyatu dan mendedikasikan seluruh hidup bagi pekerjaannya.

Guru yang Baik dan Metode yang Baik
Memperhatikan rumusan ketiga logistic diatas, seorang pekerja (guru misalnya) yang berkepenuhan dalam logistic of intellect, logistic of emotion and logistic of faith akan bertumbuh menjadi seorang guru yang baik dan mampu menemukan metode mengajar yang baik. Siapa itu seorang guru yang baik dan apa itu metode yang baik?
Prof. Yohanes Surya, seorang Fisikawan hebat Indonesia dalam video clip From zero to infinity mengatakan ‘Guru yang baik adalah guru yang mampu memeberi motivasi dan inspirasi bagi anak didiknya. Guru yang baik adalah guru yang mampu membangkitkan antusiasme dan sekaligus memberi cara/ide/contoh bagi anak didik untuk menyukai dan lebih giat belajar.
Sedangkan Motode yang baik adalah cara yang bisa membuat persoalan yang sulit menjadi mudah dan membuat pelajaran itu menjadi gasing (gampang, asyik dan menyenangkan).’
Namun apa yang terjadi jika Logistic tidak terpenuhi? Logic, Emotion and Faith akan menjadi powerless (tak berdaya) untuk menjadikan setiap anggota orang yang Cerdas, Peduli, Beriman dan Cinta pada pekerjaan dan orang yang dilayani. Maka hasil pekerjaannya tidak akan cukup bagi organisasi untuk membayar upah atau memberi kesejahteraan bagi dirinya dan anggota lain.
Setiap member dari setiap organisasi misalnya organisasi pendidikan seperti guru, karyawan, pengurus yayasan yang tidak tercukupi logistic otak, logistic emosi dan logistic iman akan bekerja dalam kegundahan; gundah memikirkan kebutuhan hidup, gundah memikirkan pendidikan anak dan gundah memikirkan hari tua. Kegundahan Hati hanya akan meningkatkan kebimbangan dan kebimbangan hanya akan mengkerdilkan daya pikir, dan mengikis rasa percaya diri dan memerosotkan iman sehingga mereka tak akan mampu untuk mengambil keputusan guna melakukan sesuatu yang lebih besar.
Kegundahan membuat setiap member organisasi, baik majikan maupun karyawan (pengurus yayasan maupun guru) tak akan memperoleh apa-apa dari apa yang diimpikan, diharapkan dan direncanakan seperti tertulis: ………whoever doubts is like a wave in the Sea that is driven and blown about by the wind. A person like that unable to make up his mind and undecided in all he does; he must not think that he will receive anything from the Lord. James 1:6b,7-8. Senada dengan ayat suci diatas, Einstein berbagi pengalaman bahwa: ‘Tidak ada karya hebat yang lahir dari seseorang yang sedang dilanda kegundahan.’
Sumbangan Dana Pembangunan Pendidikan (Spp)
Kembali kepada konteks Profit dan Prosperity dalam sebuah Organisasi (Yayasan) Pendidikan. Pada dasarnya sebuah organisasi Pendidikan tidak menjadikan profit sebagai prioritas melainkan prosperity setiap anggotanya mulai dari Siswa, Guru dan Karyawan.
Profit atau Prosperity dalam sebuah Organisasi (Yayasan) Pendidikan dapat tercipta melalui Penghasilan/Jasa Pendidikan. Sumber penghasilan pokok dari sebuah organisasi pendidikan swasata adalah sumbangan pembangunan pendidikan (spp/uang sekolah). Orangtua-wali siswa mau membayar berapapun uang sekolah atau jasa pendidikan demi pelayanan dan kesejahteraan belajar anak-anak mereka. Kesejahteraan belajar siswa bisa diukur dari beberapa hal berikut:
1.     Penyediaan fasilitas belajar yang memadai seperti ruang kelas, laboratorium dan perpustakaan.
2.     Pelayanan, pendampingan dan didikan yang optimal dalam belajar oleh tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (staf admin) yang credible (cerdas, professional, peduli,dan kasih).
3.     Hasilnya adalah yayasan akan memiliki sekolah yang ternama dengan siswa-siswi cerdas dan tenaga kerja (guru dan karyawan) yang sejahtera dan credible (cerdas, professional, peduli,dan kasih).
Organisasi Pendidikan ibarat sebuah Stream (aliran air)
Corporate culture merupakan sebuah tatanan pelayanan yang menjadi rujukan bagi setiap organisasi untuk membentuk dan berbenah diri guna menemukan bentuk dan cara pelayanannya. Dengan demikian setiap organisasi yang memiliki budaya pelayanan yang baik akan menjadi model/rujukan dan pusat pelayanan bagi setiap orang yang membutuhkan.
Corporate culture atau budaya organisasi yang mengutamakan tata pelayanan prima dalam bidang pendidikan telah menjadi hal yang biasa bagi sekolah-sekolah yang dikelola oleh organisasi pendidikan Katolik. Oleh sebab itu sekolah-sekolah Katolik telah menjadi rujukan dan pusat belajar. Banyak tokoh dunia telah dilahirkan darinya.
Organisasi pendidikan Katolik dapat menjadi rujukan belajar dan pusat pembangunan sumber daya manusia Indonesia bukan karena kekuatan modal dan teknologi. Tetapi karena organisasi pendidikan Katolik selalu mendasarkan pelayanannya pada sabda Tuhan seperti beberapa ayat suci yang telah digambarkan diatas.
Salah satu roh ayat suci lain yang telah menjadi landasan pelayanan pendidikan ditemukan pada kitab Jeremiah. Jeremiah 17:8 memberi pemahaman bahwa organisasi pendidikan katolik ibarat sebuah Aliran Air karena itu pohon apapun yang tumbuh didekatnya akan mengirimkan akarnya ke dalam air. Pohon tersebut tidak akan pernah kuatir dan takut saat kemarau datang atau tidak turun hujan sebab daunnya tetap hijau dan terus menghasilkan buah.
Sama seperti pohon yang bertumbuh sepanjang Aliran Air, organisasi pendidikan katolik tidak hanya menjadi rujukan dan pusat belajar bagi siswa tetapi juga rujukan belajar dan karya bagi guru dan karyawan serta model bagi organisasi lain yang sejenis. Mereka yang belajar dan berkarir pada organisasi pendidikan katolik umumnya mengalami kemajuan luar biasa karena kebanyakan organisasi pendidikan katolik menempatkan pelayanan dan kesejahteraan sebagai priority melalui hal-hal berikut:
1.     Menempatkan diri sebagai pusat dan sumber belajar dan berkarya yang menyenangkan bagi setiap orang seperti sumber air bagi setiap pohon yang bertumbuh didekatnya. Caranya dengan terus meningkatkan kualitas organisasi pendidikan itu sendiri melalui sentuhan management professional pada:
a.      Tata kelola Keuangan yang accountable (berbasis akuntansi modern dan transparan).
b.     Penguatan Human Resources melalui layanan bimbingan, pendidikan, pelatihan dan pemberian imbal jasa yang pantas (kesejahteraan).
c.      Tata kelola Asset yang baik melalui penguasaan, pemeliharaan dan penyediaan peralatan pendidikan yang modern dan updated.
2.     Membangun hubungan dengan siswa bukan sebagai objek didik tetapi mitra belajar yang butuh kenyamanan, pendampingan, dididikan dan pelayanan dalam belajar.
3.     Membangun hubungan dengan guru dan karyawan sebagai mitra kerja dan memfasilitasi mereka untuk memberdayakan diri melalui belajar dan karya guna meningkatkan karir dan meraih sebuah pencapaian bersama serta memenuhi kebutuhan hidup seperti pangan-sandang-papan dan pendidikan.
Kini Corporate culture dalam bidang pendidikan seperti yang diuraikan diatas telah menjadi model dan diadopsi oleh lembaga-lembaga non Katolik. Kita bisa melihatnya dari munculnya sekolah-sekolah swasta ternama berbasis agama (Islam, dll) dan atau sekolah swasta sekuler. Tanpa disadari, keberhasilan mereka tentu tidak terlepas dari prinsip dan nilai yang sama seperti yang tersirat dalam Jeremia 17:8 yang berbunyi whatever plant grows near the stream will send out its roots into the water. It is not afraid when the hot weather comes because its leaves stay green; it has no worries when there is no rain; it keeps on bearing fruit (Jeremiah 17:8).
Namun jika organisai pendidikan atau yayasan mementingkan profit bukan prosperity (kesejahteraan) maka kita akan menemukan hal-hal seperti berikut:
1.     Tidak ada tata kelola keuangan dan asset berbasis akuntasi modern dan trasnparan.
2.     Kurang tersedia fasilitas belajar seperti sarana dan prasarana belajar yang memadai.
3.     Kurang pelayanan, pendampingan dan didikan yang optimal dalam belajar sehingga para siswa bertumbuh menjadi pribadi yang bodoh dan nakal.
4.     Kurangnya layanan bagi kesejahteraan sehingga tenaga kerja (guru dan pegawai) tidak bekerja optimal karena harus memikirkan dan mencari penghasilan tambahan bagi keluarga, pendidikan anak dan hari tua.
5.     Hasilnya adalah organisai pendidikan atau yayasan tidak akan memiliki sekolah yang unggul dengan siswa-siswi berkualitas dan tenaga kerja (guru dan karyawan) yang sejahtera dan credible (cerdas, professional, peduli dan kasih).
The sun is Rising from the East
Corporate Culture sangat dijunjung tinggi oleh organisasi/perusahaan-perusahaan Japan dan hasilnya adalah seperti dunia ketahui saat ini bahwa the sun is rising from the east. Benar bahwa the sun never rises from the west namun dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan individualism, Barat telah mendominasi dunia dalam berbagai aapek kehidupan termasuk ekonomi selama berabad-abad.
Apakah Barat masih mendominasi dunia? No more !!! Kiblat ekonomi dunia sekarang bukan lagi ke Barat tetapi ke Timur. Mengapa? Budaya Timur yakni kekeluargaan dan persaudaraan telah melahirkan karyawan yang peduli dan cinta dan mencurahkan seluruh hidup bagi pekerjaannya. Sehingga bila anda pernah membaca The Toyota Way, anda akan menemukan prinsip yang berbunyi Pekerjaanku adalah Ibadahku dan tempat kerjaku adalah kediaman dan kuburanku.
Apa artinya ini? Saat anda menjadi member sebuah organisasi termasuk organisasi pendidikan, Anda tidak perlu lagi mencari makan di luar sana, Anda tidak perlu memikirkan uang sewa pemondokan bulan berikut, biaya pendidikan anak dan anda tidak perlu mencemaskan hari dimana anda tidak lagi mampu bekerja.
Mengapa? Hari ini anda mulai bekerja disini, anda memberi kesempatan kepada organisasi untuk menerima hasil dari pekerjaanmu dan mengelolanya bagi kebutuhanmu hari ini, pendidikan anak-anakmu dan untuk saat dimana anda tidak lagi mampu bekerja (hari tuamu).
Employees are the most highly effective Asset not Finance and Technology
Model Corporate Culture seperti dipaparkan diatas telah menuntun perusahaan-perusahaan modern, termasuk organisasi pendidikan untuk menempatkan employees (guru/karyawan) sebagai highly effective Asset bukan Finance and Technology. Oleh karena itu, ketika pertama kali anda memasuki gerbang organisasi/perusahaan/lembaga pendidikan, anda akan disuguhkan dengan beberapa pelatihan pengembangan diri.
Pelatihan pengembangan diri yang pertama adalah Basic Mentality. Tujuannya untuk menolong anda membangun pemikiran positif tentang organisasi/perusahaan dan mencintai apa yang akan anda kerjakan. Basic Mentality memberi anda pemahaman bahwa tempat kerja Anda adalah tempat yang tepat untuk anda mencurahkan segala kemampuan dan sumber daya guna menghasilkan sesuatu. Selanjutnya, anda akan memahami bahwa semua yang anda hasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan anda sendiri saja tetapi juga kebutuhan banyak orang, baik yang menjadi anggota organisasi maupun orang –orang yang ada diluar organisasi atau masyarakat.
Hal kedua adalah anda akan diperkenalkan dengan corporate culture. Tujuannya untuk menolong anda membangun budaya kerja yang megutamakan kualitas, process, kerja keras dan pelayanan dalam persaudaraan dan kepedulian terhadap sesama dan terhadap apa yang anda kerjakan.
Selanjutnya anda akan dituntun untuk mengenal corporate philosophy. Tujuannya menolong anda memahami nilai yang menjadi landasan organisasi. Setiap organisasi tentu memiliki nilai tertentu yang ingin ditawarkan kepada khalayak atau konsumen. Melalui pelatihan corporate philosophy, para member (pemilik dan karyawan/guru) diajak untuk menjiwai dan menghidupi nilai atau value yang khas bagi organisasi sebagai landasan hidup.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, kita dapat memahami bahwa pengenalan dan atau pelatihan pengembangan sumber daya setiap anggota yang dimulai dari Basic Mentality, Corporate Culture and Corporate Philosophy bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan setiap member organisasi saja. Tetapi juga untuk menambah Value atau Nilai bagi Organisasi (Perusahaan atau Lembaga Pendidikan) itu sendiri. Hal ini sesuai dengan principle ke tiga dari The Toyota Way, “add value to your organization by developiong your people,”
Nilai atau value yang akan ditambahkan pada organisasi diperoleh melalui pengembangan kemampuan manusia dari setiap anggota organisasi seperti guru, karyawan, dan juga pimpinan. Sebab setiap anggota yang berkemampuan baik akan menjadikan organisasi dan manusia didalamnya menjadi:
1.     Excellent – Unggul dalam segala hal. Menjadikan organisasi dan member seperti guru, karyawan, dan juga pimpinan menjadi unggul dalam kerja, unggul dalam proses, unggul dalam kualitas, unggul dalam budaya kerja dan unggul dalam nilai yang berdasarkan hope, faith and love.
2.     Learning – Excellent atau keunggulan itu diperoleh melalui belajar. Belajar bertujuan untuk memberdayakan anggota guna mengembangkan semua sumber daya yang dimilki.
3.     Authority from God – Learning – belajar untuk meraih keunggulan melalui pengenalan dan pengembangan setiap talenta yang Tuhan tanamkan dalam setiap pikiran dan hati manusia
4.     Unity - Authority from God – Talent akan berkembang menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa bila dikolaborasi dan disinergikan dengan semua kekuatan dari setiap sumber daya organisasi. Artinya selalu membangun kerjasama, kolaborasi dan mitra demi sebuah hasil maximum. Sebab hasil kerja seorang pintar yang individualist tidak sebanding dengan dua-tiga orang yang selalu bekerja dalam persaudaraan dan kebersamaan.
5.      Valuable to God and Humankind - Kekuatan Tuhan itu akan menjadikan organisasi (sekolah atau perusahaan) dan manusianya bernilai bagi Tuhan dan bernilai bagi kemanusian melalui karya setiap anggota (siswa, guru dan management) organisasi tersebut.

Bagaimana pendapat Anda? – Semoga anda dan saya memiliki kepedulian yang sama. Thank you.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LI AN MOEN ANA ATUK BIJAEL

  LI AN MOEN ANA ATUK BIJAEL 1.      When you are traveling around Timor, especially at the district of north middle Timor, you will be fa...