PEKERJAANKU ADALAH IBADAHKU DAN
TEMPAT KERJAKU ADALAH KEDIAMAN DAN KUBURANKU
By Leonardus Nana
Sebagian dari Anda mungkin tidak tahu
atau belum pernah membaca kalimat judul diatas, namun jika anda membuka The
Toyota way, anda akan menemukannya.
Percaya atau tidak, sesungguhnya
konsep dari Pekerjaanku adalah Ibadahku
dan tempat kerjaku adalah kediaman dan kuburanku adalah Injil Yohanes 12:
24.
Ketika membuka Injil Yohanes 12: 24,
anda akan menemukan ayat suci ini “A
grain of wheat remains no more than a single grain unless it is dropped into
the ground and dies. If it does die, then it produces many grains.” John 12:24
Konsep ini telah diadopsi dan sudah dijadikan
dasar bagi hampir setiap organisasi modern jaman ini. Walau organisasi non
kristiani tidak menyadarinya, mereka telah meraih banyak pencapaian karenanya.
Coco Chanel berkata Every
accomplishment starts from a decision to try – setiap karya berawal dari sebuah
keputusan untuk mencoba. Hal ini tidak jauh berbeda dengan pendapat Confusius
(filsuf China) yang mengatakan ‘perjalanan yang jauh selalu didahului dengan
langkah pertama’. Ketika kita memutuskan untuk membuat sesuatu, langkah pertama
selalu menjadi tantangan tersendiri, walau keputusan mencoba itu sesungguhnya
berawal dari pikiran sendiri seperti disabdakan ‘all things in this
world begin in Mind (Sirach 37:18b).’
Kembali ke Coco Chanel tadi, kita
harus tetap mencoba! Mencoba apa? Mencoba menjatuhkan Benih ke dalam tanah dan
mati artinya mencoba untuk melakukan sebuah karya dan mencoba untuk berpaling
pada karya itu saja bukan karya yang lain. Sebab dari benih yang jatuh dan mati
itu tumbuh sebuah kehidupan/pohon yang akan menghasilkan banyak buah.
Banyak konsep tentang biji yang
jatuh, mati dan menghasilkan akan banyak dikupas disini, namun tulisan ini akan
dibatasi pada organisasi pendidikan dan atau yayasan yang mengelola organisasi
pendidikan saja.
Perintis Pendidikan di Indonesia
Sebelum Indonesia merdeka dan mampu
untuk mendirikan dan mengelola organisasi pendidikan, organisasi berbasis agama
Katolik telah memberdayakan banyak anak-anak bangsa menjadi pribadi yang
cerdas, peduli dan bertagwa.
Banyak kongregasi seperti SVD atau OFM
Conventual telah memutuskan “untuk menjatuhkan benih ke tanah dan mati” melalui
berbagai karya, salah satunya adalah karya pendidikan. Kongregasi Katolik
berani menjatuhkan benihnya pada karya pendidikan karena percaya bahwa dari benih
yang mati itu akan akan berkecambah dan tumbuh menjadi pohoh-pohon TK, SD, SMP,
SMA dan Perguruan Tinggi. Pohon-pohon (organisasi sekolah) tersebut dihimpun
dalam suatu lembaga gerejani berbentuk yayasan atau lainnya untuk terus memelihara,
merawat, dan memupuki agar dapat bertumbuh subur dan menghasilkan daun, bunga,
kayu dan buah.
Basic Mentality.
Sekolah-sekolah
yang dikelola kongregasi Katolik mengalami kemajuan yang luar biasa karena dilandasi
pada suatu pemikiran dasar yang mengutamakan bukan hanya kecerdasan dan
kedisiplinan saja tetapi juga kesopanan, kepedulian, ketagwaan dan cinta.
Karena
itu, setiap member organisasi pendidikan katolik, mulai dari murid, karyawan,
guru dan biarawan-biarawati adalah pribadi yang selalu dituntun untuk belajar
dan bekerja dengan hati. Tujuannya adalah mereka dapat bertumbuh menjadi pribadi bernilai dan unggul (subur
dan menghasilkan daun, bunga, kayu dan buah). Di sini, anda akan
ditanamkan sebuah mental dasar/dasar berpikir tentang falsafah organisasi
tersebut – atau yang disebut basic mentality.
Percaya
atau tidak, Yohanes
12:24 talah menjadi Basic Mentality dari setiap organisasi
modern. Ketika anda
memutuskan menjadi member sebuah organisasi termasuk yayasan pendidikan, anda harus memutuskan
untuk jatuh atau meninggalkan impian yang lain dan siap mati atau
mendedikasikan seluruh waktu, tenaga dan sumber daya bagi kemajuan organisasi
tersebut.
Artinya, saat anda memutuskan
menjadi siswa dari sebuah sekolah Katolik, anda harus siap mengikuti cara
bagaimana anda seharusnya belajar dan dididik. Anda belajar dan dididik
mengutamakan bukan hanya kecerdasan dan kedisiplinan saja tetapi juga
kepedulian, ketagwaan dan cinta. Tetapi jika anda memutuskan menjadi guru dari sebuah sekolah
katolik, anda harus siap mati atau mendedikasikan seluruh waktu, tenaga dan
sumber daya bagi kemajuan belajar siswa dan kesejahteraan anda dan kemajuan
organisasi/lembaga. Anda, baik itu siswa atau guru akan meraih ini jika anda
mencintai apa yang anda kerjakan.
Basic mentality atau pemikiran dasar
tentang mencintai apa yang anda kerjakan sesungguhnya merupakan misi hidup setiap
orang yang beradab. Steven Covey berkata Please find your life’s mission – you
were born to love what you do. Anda sebagai guru atau karyawan dan pengurus
yayasan tidak akan siap mati untuk kemudian bertumbuh dan mencurahkan seluruh
waktu, tenaga dan sumber daya untuk merawat pohoh atau mendidik siswa-siswi TK
sampai SMA jika anda tidak mencintai apa yang anda kerjakan atau mereka yang
anda didik.
Dengan cinta, anda akan bekerja
dengan hati dan siapa yang bekerja dengan hati akan bekerja seturut Rome: 12:11
“Work hard don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let
your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the
times.” Maka perhatikan bahwa kesuksesan besar dan kesejahteraan berlimpah akan
dicurahkan kepada mu. Barac Obama pernah berujar, life is blessed in the
service to others atau hidup terberkati untuk memberkati orang lain - be
blessed to bless. Hidup untuk melayani, melayani dengan semua yang anda miliki.
Leo Cinta pada pekerjaan dan
orang-orang yang dilayani mendorong anda bekerja lebih keras sebagai sebuah
ibadah dan terus bersuka-cita dalam pengharapan. Hal ini akan terwujud jika
anda bisa menjiwai apa yang anda kerjakan dan senantiasa menempatkan pekerjaan
dan orang-orang yang anda layani dalam hati anda. Maka hal pertama dan utama
dalam karya adalah membangun sebuah relasi – hati anda harus berelasi dengan pekerjaan
dan juga mereka yang anda layani. Seperti yang diungkapkan oleh Thomas Watson
Sr. berkata “To be successful, you have to have your heart in your business and
your business in your heart.” Pekerjaan dan mereka yang anda layani adalah
harta anda, karena itu pesan penginjil Matius ini tepat untuk kita ikuti, ‘di
mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada (Matius 6:21).
Corporate Culture
Sudahkah para member organisasi
pendidikan mulai dari murid, guru, staff dan pengurus yayasan membangun cinta
dan relasi dengan pekerjaan, dengan anggota lain atau mereka (anak didik) yang
dilayani? Kesuksesan hanya tercipta jika anda memiliki relasi, peduli dan cinta
sempurna dengan pekerjaan, dengan anggota lain atau mereka (anak didik) yang
dilayani. Ini akan melahirkan sebuah corporate culture.
Corporate culture yang terbentuk
dari setiap member organisasi pendidikan Katolik adalah:
1. Budaya kebersamaan dan berbagi dalam
persaudaraan iman Katolik
2. Budaya peduli dan saling melayani
antar setiap corporate member (siswa, guru, staf dan pengurus yayasan).
3. Budaya Peduli dan Cinta terhadap
Pekerjaan dan mereka yang dilayani.
4. Budaya mengawali kegiatannya dengan
bersyukur melalui ibadat sabda atau ibadat Ekaristi Kudus
5. Budaya saling menghormati, melayani,
menyapa dan berjabatan tangan (siswa biasanya mencium tangan para pendidik atau
orangtua yang mereka jumpai)
Tujuan budaya organisasi (corporate
culture) adalah untuk menciptakan persaudaraan dan kepedulian diantara sesama
saudara dan terhadap apa yang dikerjakan. Steve Jobs (Apple) berkata adalah baik
berkerja bersama orang-orang pintar – tetapi lebih baik jika bekerja bersama
orang cerdas yang memiliki kepedulian yang sama. Peduli terhadap kemajuan dan
kesejahteraan bersama atau peduli sesama, peduli pekerjaan dan peduli lingkungan.
Saya yakin setiap corporate member mulai
dari siswa, guru, karyawan sampai Biarawan/biarawati) dari setiap organisasi
pendidikan Katolik adalah orang-orang pintar, tetapi apakah mereka memiliki
kepedulian yang sama dalam membangun persaudaraan dan saling melayani demi kemajuan
bersama? Jawaban ada ditangan anda.
Corporate culture (budaya
organisasi) sangat dijaga oleh organisasi modern atau perusahaan-perusahaan bonafide
karena prinsip ini:
1. Besarnya finance dan advanced
technology dapat disaingi tetapi seorang karyawan yang cerdas dan peduli tidak
dapat disaingi oleh apapun.
2. Sebuah high tech Computer dapat
mengerjakan pekerjaan 50 orang pintar tetapi satu orang cerdas dan peduli tidak
tergantikan oleh 50 high tech Computers.
3. Keberhasilan organisasi anda tidak
akan terpenuhi baik jika para pekerja tidak dapat merasa nyaman dan menikmati
apa yang mereka kerjakan (tidak sejahtera).
Oleh sebab itu karyawan mendapatkan
tempat utama bukan modal dan teknologi. Banyak pelatihan dan bimbingan akan
terus diberikan demi peningkatan kualitas intellect, kestabilan emosi dan
pertumbuhan iman yang teguh. Karyawan kelompok ini tidak akan pernah mau
dibajak oleh organisasi lain walau dengan imingan penghasilan tinggi. Mengapa?
Karyawan telah menerima pekerjaannya sebagai bagian dari dirinya.
Dengan demikian, majikannya tidak
akan pernah memperlakukan karyawannya dengan prinsip pekerja membutuhkan
pekerjaan dan bukan sebaliknya. Atau jika anda tidak mau bekerja disini, masih
banyak yang antri untuk bekerja. Mengapa? Sesungguhnya pekerjaan membutuhkan
pekerja untuk diselsaikan. Sebab sebuah pekerjaan tidak akan menghasilkan
sesuatu jika tidak mendapatkan sesuntuhan seorang pekerja. Selanjutnya, mereka
yang antri untuk bekerja, biasanya belum memahami budaya organisasi karena itu
mereka belum bisa bekerja maximal dan masih harus diberi kesempatan untuk
belajar bukan siap kerja. Contohnya: seorang guru baru harus belajar membangun
hubungan baik dengan sesama guru dan para siswa, dengan lingkungan sekolah dan belajar
memahami budaya sekolah. Sebaliknya para siswa dan guru harus belajar menerima dan
memberi kesempatan kepada guru baru tersebut untuk belajar bersama.
Profit versus Prosperity
Mari kita melihat lagi benih yang
jatuh dan mati itu, kini telah tumbuh menjadi sebuah pohon yang menghasilkan.
Siapakah yang seharusnya menikmati hasilnya, apakah pemilik atau perawat atau
pekerja nya?
Banyak orang menjawab pemilik.
Jawaban itu salah sebab pemilik biasanya mendapatkan sisa hasil. Sebab jika
pemilik maka perawat atau pekerjanya akan lapar dan tidak bertenaga untuk memelihara
dan merawatnya, maka pohon itu tidak akan berbuah lebih banyak lagi. Tetapi pohon
yang terawat baik akan bertumbuh subur dan berbuah lebih banyak lagi, maka
pemiliknya akan mendapat lebih banyak dan perawat atau pekerjanya akan
mendapatkan secukupnya – luar biasa.
Orang berkata bahwa tujuan pokok dari
setiap organisasi modern adalah profit. Tidak, mereka salah sebab tujuan utama
dari setiap organisasi modern adalah prosperity/kesejahteraan bukan profit/laba
– profit akan mengikutinya.
Mengapa harus prosperity first? Sebab
kesejahteraan akan menjadikan setiap member organisasi mencitai
organisasi/tempat kerjanya dan peduli pada apa yang mereka kerjakan. Oleh sebab
itu organisasi/perusahaan tidak akan berproduksi maksimal jika perusahaan itu
tidak mensejahterakan membernya yang smart and care. Mengapa? Satu hal yang
harus dipahami adalah LOGIKA para member/karyawan yang smart and care tidak akan berjalan baik jika
LOGISTIC tidak terisi – demikian Einstein berkata Perut lapar tidak dapat
menghasilkan PEMIKIRAN yang LOGIS.
Logistic jenis apa saja yang harus
terisi? Beberapa logistic yang harus terisi adalah:
1. Logistic of intellect: Bekerja
adalah Belajar yang dibayar (paid learning). Artinya organisasi harus
menyediakan diri sebagai tempat dan sumber belajar, bimbingan dan pelatihan
yang berkelanjutan bagi peningkatan intellect and experience pekerjanya.
Dalam oraganisasi pendidikan, sekolah merupakan tempat yang
paling baik bagi seorang guru untuk belajar dan terus belajar guna mendapatkan
sebuah ketrampilan atau metode mengajar yang baik. Setelah itu dia akan terus
menekuni ketrampilan tersebut hingga benar-benar dikuasainya. Penguasaan sebuah
Ketrampilan/metode mengajar tidak diperoleh melalui sebuah tindakan dalam
sekejab, tetapi melalui serangkaian praktek yang berlangsung terus-menerus
(pembiasaan) dalam waktu yang lama. Demikian Aristotel berkata ‘excellent is
not an action but it is a habbit.’
Merujuk pada temuan Tacit Knowledge dari Prof. Stenberg,
seorang psikolog dari Yale University, seorang guru misalnya akan sangat ahli
dalam mengajar dan penguasaan metode pengajaran bukan karena kecerdasannya saat
kuliah, tapi karena ia telah berpraktek, praktek dan praktek mengajar.
2. Logistic of emotion: Bekerja itu
menyenangkan (fun working). Artinya organisasi (sekolah) harus menjadi tempat
yang nyaman dan menyenangkan sehingga membernya memiliki kestabilan emosi untuk
menumbuhkan cinta, peduli dan memiliki sense of belonging pada pekerjaannya.
Anggota yang stabil emosi mampu mengerjakan hal-hal mustahil atau menghasilakn
inovasi dan temuan.
3. Logistic of Faith: Bekerja adalah
ibadah (working is worship) dapat dibaca pada Sirach 38:34b ‘when they do their works, it is the same as
offering prayer.’ Artinya organisasi harus menjadi tempat meletakan harapan
dan masa depan sehingga member mampu mengerjakan hal-hal mustahil karena dia
mampu melupakan hal-hal luar yang mengoda. Anggota yang beriman dalam pekerjaan
mampu menyatu dan mendedikasikan seluruh hidup bagi pekerjaannya.
Guru yang Baik dan Metode yang Baik
Memperhatikan rumusan ketiga
logistic diatas, seorang pekerja (guru misalnya) yang berkepenuhan dalam
logistic of intellect, logistic of emotion and logistic of faith akan bertumbuh
menjadi seorang guru yang baik dan mampu menemukan metode mengajar yang baik. Siapa
itu seorang guru yang baik dan apa itu metode yang baik?
Prof.
Yohanes Surya, seorang Fisikawan hebat Indonesia dalam video clip From zero to
infinity mengatakan ‘Guru yang baik adalah guru yang mampu memeberi motivasi
dan inspirasi bagi anak didiknya. Guru yang baik adalah guru yang mampu membangkitkan
antusiasme dan sekaligus memberi cara/ide/contoh bagi anak didik untuk menyukai
dan lebih giat belajar.
Sedangkan
Motode yang baik adalah cara yang bisa membuat persoalan yang sulit menjadi
mudah dan membuat pelajaran itu menjadi gasing (gampang, asyik dan menyenangkan).’
Namun apa yang terjadi jika Logistic
tidak terpenuhi? Logic, Emotion and Faith akan menjadi powerless (tak berdaya)
untuk menjadikan setiap anggota orang yang Cerdas, Peduli, Beriman dan Cinta pada
pekerjaan dan orang yang dilayani. Maka hasil pekerjaannya tidak akan cukup
bagi organisasi untuk membayar upah atau memberi kesejahteraan bagi dirinya dan
anggota lain.
Setiap
member dari setiap organisasi misalnya organisasi pendidikan seperti guru,
karyawan, pengurus yayasan yang tidak tercukupi logistic otak, logistic emosi
dan logistic iman akan bekerja dalam kegundahan; gundah memikirkan kebutuhan hidup,
gundah memikirkan pendidikan anak dan gundah memikirkan hari tua. Kegundahan
Hati hanya akan meningkatkan kebimbangan dan kebimbangan hanya akan
mengkerdilkan daya pikir, dan mengikis rasa percaya diri dan memerosotkan iman sehingga
mereka tak akan mampu untuk mengambil keputusan guna melakukan sesuatu yang
lebih besar.
Kegundahan
membuat setiap member organisasi, baik majikan maupun karyawan (pengurus
yayasan maupun guru) tak akan memperoleh apa-apa dari apa yang diimpikan,
diharapkan dan direncanakan seperti tertulis: ………whoever doubts is like a wave in the Sea that is driven and blown about
by the wind. A person like that unable to make up his mind and undecided in all
he does; he must not think that he will receive anything from the Lord. James
1:6b,7-8. Senada dengan ayat suci diatas, Einstein berbagi pengalaman
bahwa: ‘Tidak ada karya hebat yang lahir
dari seseorang yang sedang dilanda kegundahan.’
Sumbangan Dana Pembangunan Pendidikan (Spp)
Kembali kepada konteks Profit dan
Prosperity dalam sebuah Organisasi (Yayasan) Pendidikan. Pada dasarnya sebuah organisasi
Pendidikan tidak menjadikan profit sebagai prioritas melainkan prosperity
setiap anggotanya mulai dari Siswa, Guru dan Karyawan.
Profit atau Prosperity dalam sebuah
Organisasi (Yayasan) Pendidikan dapat tercipta melalui Penghasilan/Jasa
Pendidikan. Sumber penghasilan pokok dari sebuah organisasi pendidikan swasata
adalah sumbangan pembangunan pendidikan (spp/uang sekolah). Orangtua-wali siswa
mau membayar berapapun uang sekolah atau jasa pendidikan demi pelayanan dan kesejahteraan
belajar anak-anak mereka. Kesejahteraan belajar siswa bisa diukur dari beberapa
hal berikut:
1. Penyediaan fasilitas belajar yang
memadai seperti ruang kelas, laboratorium dan perpustakaan.
2. Pelayanan, pendampingan dan didikan yang
optimal dalam belajar oleh tenaga pendidik (guru) dan tenaga kependidikan (staf
admin) yang credible (cerdas, professional, peduli,dan kasih).
3. Hasilnya adalah yayasan akan
memiliki sekolah yang ternama dengan siswa-siswi cerdas dan tenaga kerja (guru
dan karyawan) yang sejahtera dan credible (cerdas, professional, peduli,dan
kasih).
Organisasi Pendidikan ibarat sebuah
Stream (aliran air)
Corporate culture merupakan sebuah
tatanan pelayanan yang menjadi rujukan bagi setiap organisasi untuk membentuk
dan berbenah diri guna menemukan bentuk dan cara pelayanannya. Dengan demikian
setiap organisasi yang memiliki budaya pelayanan yang baik akan menjadi
model/rujukan dan pusat pelayanan bagi setiap orang yang membutuhkan.
Corporate culture atau budaya
organisasi yang mengutamakan tata pelayanan prima dalam bidang pendidikan telah
menjadi hal yang biasa bagi sekolah-sekolah yang dikelola oleh organisasi
pendidikan Katolik. Oleh sebab itu sekolah-sekolah Katolik telah menjadi rujukan
dan pusat belajar. Banyak tokoh dunia telah dilahirkan darinya.
Organisasi pendidikan Katolik dapat
menjadi rujukan belajar dan pusat pembangunan sumber daya manusia Indonesia
bukan karena kekuatan modal dan teknologi. Tetapi karena organisasi pendidikan
Katolik selalu mendasarkan pelayanannya pada sabda Tuhan seperti beberapa ayat
suci yang telah digambarkan diatas.
Salah satu roh ayat suci lain yang
telah menjadi landasan pelayanan pendidikan ditemukan pada kitab Jeremiah. Jeremiah
17:8 memberi pemahaman bahwa organisasi pendidikan katolik ibarat sebuah Aliran
Air karena itu pohon apapun yang tumbuh didekatnya akan mengirimkan akarnya ke
dalam air. Pohon tersebut tidak akan pernah kuatir dan takut saat kemarau
datang atau tidak turun hujan sebab daunnya tetap hijau dan terus menghasilkan
buah.
Sama seperti pohon yang bertumbuh sepanjang
Aliran Air, organisasi pendidikan katolik tidak hanya menjadi rujukan dan pusat
belajar bagi siswa tetapi juga rujukan belajar dan karya bagi guru dan karyawan
serta model bagi organisasi lain yang sejenis. Mereka yang belajar dan berkarir
pada organisasi pendidikan katolik umumnya mengalami kemajuan luar biasa karena
kebanyakan organisasi pendidikan katolik menempatkan pelayanan dan
kesejahteraan sebagai priority melalui hal-hal berikut:
1. Menempatkan diri sebagai pusat dan
sumber belajar dan berkarya yang menyenangkan bagi setiap orang seperti sumber
air bagi setiap pohon yang bertumbuh didekatnya. Caranya dengan terus
meningkatkan kualitas organisasi pendidikan itu sendiri melalui sentuhan
management professional pada:
a. Tata kelola Keuangan yang accountable (berbasis akuntansi modern dan
transparan).
b. Penguatan Human Resources melalui layanan
bimbingan, pendidikan, pelatihan dan pemberian imbal jasa yang pantas
(kesejahteraan).
c. Tata kelola Asset yang baik melalui penguasaan,
pemeliharaan dan penyediaan peralatan pendidikan yang modern dan updated.
2. Membangun hubungan dengan siswa bukan
sebagai objek didik tetapi mitra belajar yang butuh kenyamanan, pendampingan,
dididikan dan pelayanan dalam belajar.
3. Membangun hubungan dengan guru dan
karyawan sebagai mitra kerja dan memfasilitasi mereka untuk memberdayakan diri
melalui belajar dan karya guna meningkatkan karir dan meraih sebuah pencapaian
bersama serta memenuhi kebutuhan hidup seperti pangan-sandang-papan dan
pendidikan.
Kini Corporate culture dalam bidang
pendidikan seperti yang diuraikan diatas telah menjadi model dan diadopsi oleh
lembaga-lembaga non Katolik. Kita bisa melihatnya dari munculnya
sekolah-sekolah swasta ternama berbasis agama (Islam, dll) dan atau sekolah swasta
sekuler. Tanpa disadari, keberhasilan mereka tentu tidak terlepas dari prinsip dan
nilai yang sama seperti yang tersirat dalam Jeremia 17:8 yang berbunyi whatever
plant grows near the stream will send out its roots into the water. It is not
afraid when the hot weather comes because its leaves stay green; it has no
worries when there is no rain; it keeps on bearing fruit (Jeremiah 17:8).
Namun jika organisai pendidikan atau
yayasan mementingkan profit bukan prosperity (kesejahteraan) maka kita akan
menemukan hal-hal seperti berikut:
1. Tidak ada tata kelola keuangan dan
asset berbasis akuntasi modern dan trasnparan.
2. Kurang tersedia fasilitas belajar
seperti sarana dan prasarana belajar yang memadai.
3. Kurang pelayanan, pendampingan dan
didikan yang optimal dalam belajar sehingga para siswa bertumbuh menjadi
pribadi yang bodoh dan nakal.
4. Kurangnya layanan bagi kesejahteraan
sehingga tenaga kerja (guru dan pegawai) tidak bekerja optimal karena harus
memikirkan dan mencari penghasilan tambahan bagi keluarga, pendidikan anak dan
hari tua.
5. Hasilnya adalah organisai pendidikan
atau yayasan tidak akan memiliki sekolah yang unggul dengan siswa-siswi
berkualitas dan tenaga kerja (guru dan karyawan) yang sejahtera dan credible (cerdas,
professional, peduli dan kasih).
The sun is Rising from the East
Corporate Culture sangat dijunjung
tinggi oleh organisasi/perusahaan-perusahaan Japan dan hasilnya adalah seperti
dunia ketahui saat ini bahwa the sun is rising from the east. Benar bahwa the
sun never rises from the west namun dengan ilmu pengetahuan, teknologi dan
individualism, Barat telah mendominasi dunia dalam berbagai aapek kehidupan
termasuk ekonomi selama berabad-abad.
Apakah Barat masih mendominasi
dunia? No more !!! Kiblat ekonomi dunia sekarang bukan lagi ke Barat tetapi ke
Timur. Mengapa? Budaya Timur yakni kekeluargaan dan persaudaraan telah
melahirkan karyawan yang peduli dan cinta dan mencurahkan seluruh hidup bagi
pekerjaannya. Sehingga bila anda pernah membaca The Toyota Way, anda akan
menemukan prinsip yang berbunyi Pekerjaanku
adalah Ibadahku dan tempat kerjaku adalah kediaman dan kuburanku.
Apa artinya ini? Saat anda menjadi
member sebuah organisasi termasuk organisasi pendidikan, Anda tidak perlu lagi
mencari makan di luar sana, Anda tidak perlu memikirkan uang sewa pemondokan
bulan berikut, biaya pendidikan anak dan anda tidak perlu mencemaskan hari
dimana anda tidak lagi mampu bekerja.
Mengapa? Hari ini anda mulai bekerja
disini, anda memberi kesempatan kepada organisasi untuk menerima hasil dari
pekerjaanmu dan mengelolanya bagi kebutuhanmu hari ini, pendidikan anak-anakmu
dan untuk saat dimana anda tidak lagi mampu bekerja (hari tuamu).
Employees are the most highly effective Asset not Finance
and Technology
Model Corporate Culture seperti
dipaparkan diatas telah menuntun perusahaan-perusahaan modern, termasuk
organisasi pendidikan untuk menempatkan employees (guru/karyawan) sebagai
highly effective Asset bukan Finance and Technology. Oleh karena itu, ketika
pertama kali anda memasuki gerbang organisasi/perusahaan/lembaga pendidikan,
anda akan disuguhkan dengan beberapa pelatihan pengembangan diri.
Pelatihan pengembangan diri yang
pertama adalah Basic Mentality. Tujuannya untuk menolong anda membangun
pemikiran positif tentang organisasi/perusahaan dan mencintai apa yang akan
anda kerjakan. Basic Mentality memberi anda pemahaman bahwa tempat kerja Anda
adalah tempat yang tepat untuk anda mencurahkan segala kemampuan dan sumber
daya guna menghasilkan sesuatu. Selanjutnya, anda akan memahami bahwa semua
yang anda hasilkan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan anda sendiri saja
tetapi juga kebutuhan banyak orang, baik yang menjadi anggota organisasi maupun
orang –orang yang ada diluar organisasi atau masyarakat.
Hal kedua adalah anda akan
diperkenalkan dengan corporate culture. Tujuannya untuk menolong anda membangun
budaya kerja yang megutamakan kualitas, process, kerja keras dan pelayanan
dalam persaudaraan dan kepedulian terhadap sesama dan terhadap apa yang anda
kerjakan.
Selanjutnya anda akan dituntun untuk
mengenal corporate philosophy. Tujuannya menolong anda memahami nilai yang
menjadi landasan organisasi. Setiap organisasi tentu memiliki nilai tertentu
yang ingin ditawarkan kepada khalayak atau konsumen. Melalui pelatihan
corporate philosophy, para member (pemilik dan karyawan/guru) diajak untuk
menjiwai dan menghidupi nilai atau value yang khas bagi organisasi sebagai
landasan hidup.
Berdasarkan beberapa uraian diatas,
kita dapat memahami bahwa pengenalan dan atau pelatihan pengembangan sumber
daya setiap anggota yang dimulai dari Basic Mentality, Corporate Culture and
Corporate Philosophy bertujuan tidak hanya untuk meningkatkan kualitas dan
kemampuan setiap member organisasi saja. Tetapi juga untuk menambah Value atau
Nilai bagi Organisasi (Perusahaan atau Lembaga Pendidikan) itu sendiri. Hal ini
sesuai dengan principle ke tiga dari The Toyota Way, “add value to your
organization by developiong your people,”
Nilai atau value yang akan
ditambahkan pada organisasi diperoleh melalui pengembangan kemampuan manusia
dari setiap anggota organisasi seperti guru, karyawan, dan juga pimpinan. Sebab
setiap anggota yang berkemampuan baik akan menjadikan organisasi dan manusia
didalamnya menjadi:
1. Excellent – Unggul dalam segala hal.
Menjadikan organisasi dan member seperti guru, karyawan, dan juga pimpinan
menjadi unggul dalam kerja, unggul dalam proses, unggul dalam kualitas, unggul
dalam budaya kerja dan unggul dalam nilai yang berdasarkan hope, faith and
love.
2. Learning – Excellent atau keunggulan
itu diperoleh melalui belajar. Belajar bertujuan untuk memberdayakan anggota
guna mengembangkan semua sumber daya yang dimilki.
3. Authority from God – Learning –
belajar untuk meraih keunggulan melalui pengenalan dan pengembangan setiap
talenta yang Tuhan tanamkan dalam setiap pikiran dan hati manusia
4. Unity - Authority from God – Talent
akan berkembang menjadi sebuah kekuatan yang luar biasa bila dikolaborasi dan
disinergikan dengan semua kekuatan dari setiap sumber daya organisasi. Artinya
selalu membangun kerjasama, kolaborasi dan mitra demi sebuah hasil maximum.
Sebab hasil kerja seorang pintar yang individualist tidak sebanding dengan
dua-tiga orang yang selalu bekerja dalam persaudaraan dan kebersamaan.
5. Valuable to God and Humankind -
Kekuatan Tuhan itu akan menjadikan organisasi (sekolah atau perusahaan) dan
manusianya bernilai bagi Tuhan dan bernilai bagi kemanusian melalui karya
setiap anggota (siswa, guru dan management) organisasi tersebut.
Bagaimana pendapat Anda? – Semoga anda dan saya memiliki kepedulian yang sama.
Thank you.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar