ASAHLAH GERGAJI (DIRI) ANDA
By Leonardus Nana
Dalam
bukunya “Seven Habits of Highly Effective People, Stephen R Covey mengemukakan
Tujuh kebiasaan efektif yang sangat
aspiratif dan inspiratif berikut:
1) Be
proactive, janganlah menanti orang lain tetapi
andalah yang harus proaktif untuk memulai, menuntun dan mengendalikan
lingkungan dibanding situasi sekelilingmu yang mengendalikanmu.
2) Begin with the end in mind, memulailah
sesuatu dengan orientasi pada hasil atau tujuan diri atau disebut kepemimpinan pribadi.
Hal ini menolong anda berkonsentrasi dan mempertimbangkan segala konsekwensinya
sebelum bertindak, sehingga dapat produktif dan berhasil.
3) Put
first things first, dahulukan Yang Utama atau mempersiapkan
diri secara matang terlebih dahulu (manajemen pribadi) untuk mengimplementasikan
dan mengelola kebiasaan no.2 yang bersifat mental, dan kebiasaan no.3 bersifat
fisik.
4) Think
win-win, berpikir menang-menang atau kepemimpinan
antar pribadi. Karena sasaran bergantung kepada hubungan dan kerjasama dengan
lainnya, maka semua perlu mendapatkan bagian yang adil dan menguntungkan,
5) Seek
first to understand and then to be understood, Berusaha
memahami dulu, baru minta dipahami. Komunikasi adalah bagian penting, dan
seperti analogi “diagnosis dulu sebelum memberikan resep”.
6) Synergize,
wujudkan
sinergi/kerjasama yang kreatif. Kekuatan kerjasama lebih besar dari upaya per
bagiannya, jadi galilah potensi dan kebaikan konstribusi orang lain.
7) Sharpen
the saw, asahlah “Gergaji” keseimbangan dan pembaharuan
diri guna memicu pertumbuhan dan perkembangan kebiasaan baik lainnya.
Siapa pun pasti sadar bahwa Ke Tujuh
Kebiasaan Efektif diatas sungguh luar biasa karena kandungan inspirasi dan
aspirasinya mampu menuntun orang saat mencari kehidupan yang lebih baik dan
bermanfaat. Oleh karena itu siapa memiliki dan menjalankannya pasti sukses. Anda
sudah memiliki dan melaksanakan Tujuh Kebiasaan Efektif diatas? Tujuh Kebiasaan
Efektif diatas kelihatan mudah dimengerti, tetapi belum tentu mudah
dilaksanakan. Tidak mungkin melaksanakan satu kebiasaan dan mengabaikan yang
lain. Karena diantara satu kebiasaan dan kebiasaan lainnya saling bersinergi.
Kebiasaan 1, 2 dan 3 menuntut seseorang untuk melihat kedalam diri guna
memenangkan diri bagi pembentukan dan perkembangan karakternya. Kebiasaan 4, 5
dan 6 memberdayakan seseoang untuk membangun komunikasi dan kerjasama dengan
Publik secara mutual. Sedangkan Kebiasaan ke 7 (Asahlah “Gergaji”) adalah
sebuah upaya pencerahan dan pembaharuan diri dalam bentuk: spiritual, mental,
fisik dan sosial/emosional, yang bila terawat dan bertumbuh baik akan memberi
penajaman khusus bagi tercapainya sasaran kebiasaan pertama hingga ke enam.
ASAH GERGAJI (DIRI)
Mencermati
pentingnya kebiasaan ke 7 (Asah Gergaji) bagi kebiasaan yang lain, maka tulisan
ini mengambil focus kajian pada kebiasaan ke 7 (Asah Gergaji).
Hal
pertama yang harus dipahami adalah Apa
Itu Gergaji. Gergaji adalah sebuah alat pertukangan yang dimanfaatkan untuk
memotong sesuatu. Alat Gergaji harus selalu diasah agar terpelihara ketajamannya.
Dengan Gergaji yang tajam, seseorang dapat bekerja dengan baik dan mudah
menyelesaikan pekerjaaan.
Kemudian
“Apa Itu Asah Gergaji. Asah atau
mengasah Gergaji adalah usaha menajamkan alat potong Gergaji. Apakah seorang Siswa,
Guru atau Pekerja memerlukan gergaji? Tentu tidak! Namun bagi mereka, Gergaji adalah
metamorfosis dari apa yang dikenal dengan KEAHLIAN, KECAKAPAN, KETRAMPILAN atau
NILAI. Gergaji
bisa ditajamkan dengan diasah pada sebuah Batu Asah, lalu bagaimana menajamkan KEAHLIAN, KECAKAPAN, KETRAMPILAN atau
NILAI?
MENGASAH (GERGAJI ) DIRI
Manusia
sudah memiliki kekayaan diri berupa Keahlian, Kecakapan, Ketrampilan atau
Nilai. Namun, kekayaan diri tersebut sering tidak berfungsi optimal jika tidak
diasah atau difitalisasi. Proses mengasah diri biasa dilakukan melalui
Pendidikan. Apa itu mengasah Diri? Mengasah (Gergaji) Diri adalah proses pencerahan dan pembaharuan diri dalam
bentuk spiritual, mental, fisik dan sosial/emosional guna mempertajam pengetahuan, ketrampilan, sifat atau
nilai tertentu. Harapannya, setelah pribadinya tercerahkan dan terbaharui, seseorang
dapat memiliki kecerdasan yang optimal, moral yang mulia dan ketahanan mental
yang kuat serta berkarakter
baik dan
terpuji dalam menjalani kehidupannya
sekarang dan kelak.
Mengasah (Gergaji)
Diri dapat dilakukan umumnya melalui belajar, pengalaman atau pengajaran serta
membangun hubungan yang dapat menciptakan sebuah pembaharuan pada pola pikir,
sikap dan tingkah laku.
Tujuan Mengasah (Gergaji) Diri
Untuk apa
mengasah (Gergaji) Diri? Seseorang harus mengasah diri untuk mendapatkan
kemampuan eksekusi, yaitu sebuah keahlian menjalankan sebuah tindakan yang
tepat sasaran dan tepat waktu. Seseorang yang berhasil Mengasah (Gergaji) Diri memiliki
kemampuan memformulasikan pandangan terhadap apa yang hendak dikerjakan dan apa
yang hendak dicapai darinya. Juga dapat merekonstruksi kembali pandangan diri
terhadap hal-hal penghambat (negatif) menjadi potensi yang mendorong kemajuan.
PENDIDIKAN BATU
ASAH GERGAJI
Setiap
orang diyakini memiliki PENGETAHUAN, KECAKAPAN KEAHLIAN, KETRAMPILAN atau NILAI
tertentu.
Pendidikan adalah sebuah pembelajaran
dan pelatihan sistematis guna mendapatkan Pengetahuan, Kecakapan, Keahlian, dan Ketrampilan serta
Nilai. Pendidikan dapat dilakukan dimana saja, kapan saja dan dengan siapa
saja. Pendidikan dapat dimulai dari diri sendiri, keluarga, tetangga atau
masyarakat. Tujuan dari Pendidikan adalah untuk memberdayakan seseorang
mengembangkan kemampuan dan kapasitas diri guna mengasah dan meningkatkan
kualitas diri dalam kecerdasan, moral, ketahanan mental dan karakter. Proses
mengasah dan meningkatkan kualitas diri inilah yang disebut Asah Gergaji
(diri).
Belajar Mengasah (Gergaji) Diri
Tuhan
menganugerahi manusia dengan akal budi; sebuah anugrah yang dapat membedakan
manusia dari ciptaan yang lain. Akal budi mengandung semangat ingin tahu
(Spirit of Curiosity); sebuah semangat yang membuat manusia terus berkembang
dari makluk yang primitive menjadi manusia modern. Berkembang dari makluk yang
lemah dalam fisik menjadi pribadi superior. Superiority manusia terbentuk dari
ketekunan untuk mengisi diri dengan ilmu/pengetahuan, ketrampilan, sikap atau
nilai guna mengembangkan diri lebih baik.
Apa itu belajar Mengasah Gergaji
(Mengasah diri)?
Manusia
memiliki hasrat untuk belajar, seperti tertera dalam ayat suci: Intelligent
people are always eager and ready to learn – Proverb 18:15. Tujuan belajar
adalah mengisi diri dengan pengetahuan, ketrampilan, sikap atau nilai. Proses
pengisian diri ini dapat dilakukan melaui Pendidikan.
Pendidikan
memberi ruang, dan waktu bagi setiap orang untuk mengasah diri secara terencana
dan systematis melalui pembelajaran, pengalaman atau pengajaran serta membangun
hubungan. Oleh karena itu Proses Mengasah diri melalui Pendidikan sangat
penting dan tidak dapat ditolak. Karena dapat menciptakan sebuah pembaharuan
pola pikir, sikap dan tingkah-laku yang meneguhkan, terukur dan spesifik.
Dengan
demikian sama seperti sebuah Gergaji yang tumpul dapat ditajamkan lagi melalui Proses
Pengasahan, Pendidikan dapat memberdayakan setiap individu memformulasikan
sebuah tatanan mental baru atau memperbaharui tatanan mental sebelumnya.
Artinya
bahwa Proses Pendidikan memberikan orang sebuah pengharapan dan orang
berpengharapan sesungguhnya tak pernah meninggalkan apa yang ia pelajari. Dia
mencintai didikan dan selalu siap menerimanya sebagai bagian dari hidupnya.
Mengapa? Karena Pendidikan adalah sebuah proses pembelajaran yang dapat memberi
nilai dan mendorong perubahan tingkah laku jangka panjang; proses yang dapat
membentuk setiap pribadi menjadi manusia seutuhnya; demikian ada ayat suci
berbunyi: Always remember what you have learned. Your education is your life.
Guard it well. Proverb 4:13
Mengapa Perlu Belajar Mengasah (Gergaji)
Diri?
Setiap
orang mempunyai perasaan selalu berkekurangan (tidak sempurna) dalam segala hal
dan ingin memenuhinya melalui belajar. Belajar adalah sebuah usaha mencurahkan
tenaga, pikiran dan waktu untuk mengisi diri dengan hal-hal (pengetahuan)
positif yang memberdayakan.
Guna
mengisi diri secara optimal, seseorang mulanya harus mengosongkan diri seperti
seorang Bayi yang dianggap belum memiliki sesuatu. Proses pengosongan diri ini
akan memberi ruang bagi semua hal yang baik untuk membentuk dan memberdayakan
diri. Sebab ketika kita berdaya, kita mampu melakukan sesuatu yang terbaik bagi
hidup dan kehidupan seperti ditegaskan ayat suci ini: Be like newborn babies,
always thirsty for the pure spiritual milk, so that by drinking it, you may grow
up and be saved. 1Peter 2:2
Mengasah (Gergaji) Diri untuk Ilmu
dan Hikmat
Orang yang
belajar atau mengasah diri otomatis akan bertumbuh dan orang yang bertumbuh
memiliki kemampuan untuk berkembang. Kemudian, orang yang berkembang memiliki
kapasitas untuk melakukan sesuatu. Selanjutnya orang yang bisa melakukan
sesuatu memiliki hasrat untuk berbagi (memberi) dengan orang lain. Namun, tentu
ia harus terlebih dahulu berbagi dengan diri sendiri.
Adalah omong kosong jika seseorang
dapat berbagi (mengasihi) dengan orang lain sebelum ia sendiri mengetahui
bagaimana menyenangkan dirinya. Hal ini dengan tegas dinyatakan dalam ayat suci
berikut: “Do ourselves a favor and learn all we can; then remember or do what
we learn and we will prosper.” – proverb 19:8
Seseorang
yang engan berbagi sesungguhnya tak memiliki apa-apa karena tidak mampu
mendapatkan sesuatu dalam belajarnya. Ia hanya bertumbuh menjadi pribadi yang
merasa pintar dan berhikmat dalam kebodohannya. Ia tak tahu apa yang harus ia
lakukan, tapi hanya berangan-angan tentang sesuatu yang sebetulnya tidak ia
ketahui, seperti dinyatakan dalam ayat suci: “Clever person is wise because he
knows what to do, but stupid person is foolish because he only thinks he
knows”-Proverb 14:8
Dalam
belajar, kita sesungguhnya tak hanya mengisi diri guna mendapatkan keahlian
teknis saja tetapi juga kualitas Iman (Hikmat). Karena ilmu pengetahuan dapat
memberi keahliah (skill) yang akan membuat langkah kita maju dan terus maju
demi pencapaian yang lebih baik. Sedangkan Iman akan memberi hikmat yang akan membentuk
dan menuntun karakter moral yang akan membuat langkah kita focus (terarah &
teratur) dan tak tersesat, dan juga Iman berperan meningkatkan harkat dan
martabat.
Oleh
karena itu carilah ilmu setinggi-tingginya dan hikmat sdalam-dalamnya selagi
hidup. Karena orang berilmu memiliki kecerdasan pengetahuan, pengertian
(empati) dan ketrampilan. Sedangkan orang berhikmat memiliki kecerdasan moral,
ketahanan mental dan karakter
yang dapat menuntun seseorang dalam mengatasi persoalan-persoalan hidup. Orang
berilmu, dan berhikmat akan senantiasa menikmati hidupannya karena ia akan
terus memanfaatkan kesempatannya untuk belajar mengembangkan diri guna terus
maju. Selain itu, dia tak akan pernah terjerumus dalam masalah dan terjebak godaan
hidup karena dia telah cukup cerdas dalam mengatasinya seperti tertulis dalam
ayat suci: Sensible people will see trouble coming and avoid it, but unthinking
person will walk right into it and regret it later- Proverb 22:3
Mengapa
selain mencari Ilmu, seseorang juga dituntut untuk mencari Hikmat lewat
Pendidikan? Orang berilmu belum tentu memiliki pengertian dan hikmat, tetapi
orang berhikmat pasti memiliki ilmu dan pengertian. Hikmat yang didapat lewat
belajar merupakan Harta Karung yang Tuhan siapkan sebagai tuntunan. Sebuah
tuntunan bagi setiap pribadi untuk mengunakan ilmu dan pengetian guna keluar
dari kegelapan dan kekuatiran dan berjalan dalam terang seperti tertuang dalam
ayat-ayat suci:
1.
Hikmat
memelihara setiap orang yang mencarinya dan menaikan martabat mereka yang
memilikinya (Sirach 4:11)
2.
Hikmat
akan memberi pencerahan bahwa kita sebetulnya tidak memiliki kemampuan cukup
untuk menjalani dan mengatasi semua persoalan hidup (Sirach 4:17)
3. Hikmat memberi Pengharapan untuk
tetap bertekun dalam kehidupan yang sedang dijalani dan tidak perlu mencemaskan
apa yang akan dihadapi di masa depan (Mathew 6: 34)
Dari mana belajar Mengasah (Gergaji)
Diri?
Segala
sesuatu yang ada disekitar kita adalah sumber yang baik bagi proses belajar
berkelanjutan. Pengalaman dan pergaulan juga dapat menjadi sumber belajar yang
baik. Ini berarti kita berkesempatan untuk belajar pada apa saja, dari mana
saja dan dengan siapa saja. Sebab semua itu adalah sumber belajar yang memberi
pemahaman, peneguhan (kekuatan) dan pengertian. Sumua sumber belajar tersebut
akan dapat memberi tuntunan untuk mencapai kedamaian, kesejahteraan serta kehidupan
yang sempurna, seperti tertuang dalam ayat suci: “Learn where understanding,
strength and insight are to be found. Then you will know where to find a long
and full life, light to guide you and peace.”-Baruch 3:14
Belajar
sesungguhnya menuntut kemampuan membuka diri untuk menerima semua hal
(informasi, ide, gagasan, pengetahuan dan nilai) yang ada diluar diri kita.
Lalu mengelola dan mendaya-fungsikannya bagi pertumbuhan dan perkembangan kemampuan
kita seperti tertulis Be like newborn babies, always thirsty for the pure
spiritual milk, so that by drinking it, you may grow up and be saved. 1Peter
2:2
Sesungguhnya
belajar bukan sekedar membuka diri untuk menerima dan mengikuti setiap masukan
(informasi, ide, gagasan, pengetahuan dan nilai) saja. Tetapi harus melakukan
atau mempraktekan semua yang dipelajari seperti tertera dalam ayat suci: Put into practice what you learned, what you
learned and received from me; both from my words and from my actions.
Philippians 4:9
Namun satu
hal yang harus menjadi perhatian utama dalam belajar adalah janganlah belajar
dari pribadi, tempat atau situasi yang dapat menjerumuskan dan menyesatkan seperti
tertulis: If you touch tar, it will stick to you and if you keep company with
arrogant people, you will come to be just like them-Sirach 13:1
Bagaimana Mengasah (Gergaji) Diri
Setiap
orang tidak ingin menjadi pribadi yang biasa-biasa saja, tetapi senantiasa
berusaha membentuk dan memberdayakan dirinya guna melakukan sesuatu dengan
lebih baik. Tujuannya untuk menunjukkan diri berbeda dan lebih baik dari orang
lain dalam pemikiran, konsep, tindakan, kebiasaan dan teladan yang berwujud
dalam suatu keahlian tertentu. Keahlian yang dimiliki akan berperan dalam
melaksanakan atau mengeksekusi sesuatu (pekerjaan) secara tepat. Yakni tepat
sasaran, tepat waktu, tepat hasil dan tepat guna bagi kehidupan. Keahlian
eksekusi inilah yang dianalogikan dengan istilah kemampuan “Mengasah Gergaji.”
Musashi,
seorang Samurai berpendapat kemampuan eksekusi adalah “keahlian yang dimiliki
seseorang untuk menjalankan sebuah tindakan yang tepat, pada saat yang tepat.”
Untuk apa? Untuk meraih sebuah sasaran yang tepat (do a proper action in a
proper time).
Bagaimana
dan dari mana kita bisa mengasah (Gergaji) Diri atau meningkatkan keahlian
eksekusi itu? Mulanya kita harus mengisi
diri dengan ilmu, pengetahuan, ketrampilan dan nilai melalui belajar, praktek
dan pengelaman. Kita juga dapt mengisi diri dengan membangun hubungan baik dengan
diri maupun orang lain.
Ada beberapa
pelajaran yang menolong setiap pribadi mengasah gergajinya. Mari kita belajar
mengasah (Gergaji) Diri dengan berpedoman pada rujukan pembelajaran dibawah
ini:
Pelajaran Mengasah Gergaji (Diri)
Seperti
yang diuraikan diatas bahwa setiap orang bercita-cita menjadi pribadi yang luar
biasa. Karena itu ia senantiasa berusaha membentuk dan memberdayakan dirinya
guna melakukan sesuatu dengan lebih baik. Tujuannya untuk menunjukkan diri
berbeda dan lebih baik dari orang lain. Perbedaan yang dimiliki seseorang biasanya
dinyatakan melalui suatu keahlian tertentu. Setiap keahlian yang telah dimiliki
akan terus diasah atau ditingkatkan guna mencapai cita-citanya. Hal Mengasah
Diri dapat dilakukan tepat seperti diuraikan dalam pelajaran-pelajaran bernilai
berikut:
a.
Conceptual
Learning
b.
Practical
Learning
c.
Technical
Learning
d.
Intra-personal
relationship Learning
e.
Interpersonal
relationship Learning
A. Belajar
Mempraktekan Konsep (Conceptual Learning)
Sejak
awal-mula, manusia sudah mengetahui bahwa ia diciptakan seturut gambaran dan
citra Pencipta (Yahwe). Sebagai wakil pencipta, manusia diberi peran untuk
mengelola dan membudi-dayakan Alam Raya dan segala isinya. Tugas dan tanggung
jawab ini tak asal diberikan karena, Tuhan sudah menganugerahinya dengan Akal
Budi. Akal Budi adalah sebuah anugrah yang memberi manusia kemampuan untuk
menerima, menyimpan dan mengelola informasi tentang siapa penciptanya, siapa
dirinya, dan apa tugasnya, serta bagaimana menjalankan tugas yang diberikan
pencipta. Dan yang terpenting dari semua itu, ia mengetahui ia dapat menjadi
APA dan APA yang akan diperoleh dari tugas yang ia jalankan tersebut.
Akal budi
membuat manusia tidak dapat melakukan segala sesuatu (tugasnya) secara asal.
Manusia akan terlebih dahulu berpikir, berpikir dan berpikir berkali-kali, baru
melakukan sekali. Tetapi tidak sebaliknya melakukan sesuatu berulang-ulang baru
memikirkan cara/strateginya saat menemui hambatan. Artinya, manusia akan
terlebih dahulu merumuskan apa yang akan dikerjakan, lalu ia memikirkan cara
mengerjakan sasaran yang sudah dirumuskan dan selanjutnya ia dapat melakukan
tepat sesuai cara yang telah dipikirkan.
Ini
menunjukkan bahwa, Manusia akan terlebih dahulu melakukan sebuah analisis,
gambaran dan juga pertimbangan tentang apa yang akan dikerjakan dalam sebuah
perencanaan dan yang terumus dalam sebuah konsep yang matang seperti tertulis
dalam ayat suci berikut: “Planning and thought lie behind everything that is
done” – Sirach 37:16.
Merujuk
pada sabda ilahi diatas, Conceptual Learning bukanlah sebuah hal baru. Tetapi
sudah menjadi sebuah formula rohani yang dapat mendorong terciptanya sebuah
keberhasilan. Artinya, apapun pekerjaan yang akan dikerjakan harus diawali dari
sebuah pemikiran. Dan apapun perbuatan (bagaimana melakukannya) harus didasari
pertimbangan. Pernyataan ini memberi pencerahan bahwa konsep adalah awal dari
sebuah keberhasilan dan akan menolong Anda berprestasi dalam dunia yang penuh
persaingan ini. Sebab tanpa konsep yang jelas dan tepat, Anda ibarat berada
dalam sebuah rimba belantara; tidak tahu dari arah mana Anda telah datang/masuk
dan ke arah mana Anda akan keluar/tuju.
Kesimpulannya
bahwa Conceptual Learning akan mengarahkan pada sebuah Motifasi dan
Kesungguhan. Jika pekerjaan yang didasarkan pada sebuah motivasi yang baik
dalam sebuah kesungguhan hati yang dalam, maka sekecil apapun pekerjaan yang
dipercayakan kepada anda akan meningkatkan kualitas diri bagi pelaksanaan pekerjaan
yang lebih besar. Sedangkan kesungguhan mutlak diperlukan tetapi kesungguhan
hanya tercipta jika anda mencintai pekerjaan itu. Cinta pada pekerjaan akan
melahirkan Hati yang Berkepenuhan dalam Suka-Cita. Selanjutnya bahwa Hati yang
penuh suka-cita memiliki cukup Rasa Syukur untuk menyongsong keberhasilan yang
anda idam-idamkan.
Dengan
Kesungguhan dan Suka-Cita, anda tidak akan bertanya untuk siapa anda belajar
atau bekerja. Melainkan belajar atau bekerja adalah sebuah bentuk keterlibatan
mulia dalam karya keselamatan seperti tertulis dalam ayat suci: Whatever you
do, work at it with all your hearts as though you were working for the Lord and
not for men. Colossians 3: 23
Selanjutnya
Rasa Syukur akan membantu anda menempatkan asas KEGUNAAN/MANFAAT sebagai
prioritas dari setiap hasil yang anda peroleh. Artinya anda akan memanfaatkan
sebaik-baiknya apapun hasil yang diperoleh dari belajar atau bekerja bagi diri,
orang lain dan juga lingkungan.
B. Belajar Mengkonsepkan Praktek
(Practical Learning)
The
excellence is not an action, but habitual – Aristotle.
Kita telah
belajar bagaimana mempraktekan konsep (conceptual learning). Kali ini kita akan
belajar bagaimana mengkonsepkan praktek (practical learning).
Seseorang
akan belajar dan terus belajar guna mendapatkan sebuah ketrampilan tertentu. Setelah
itu dia akan terus menekuni ketrampilan tersebut hingga benar-benar
dikuasainya. Penguasaan sebuah
Ketrampilan tidak diperoleh dalam sekejab,
tetapi melalui serangkaian praktek yang berlangsung terus-menerus (pembiasaan)
dalam waktu yang lama.
Stenberg,
seorang psikolog dari Yale University, menemukan bahwa kumpulan dari praktek
yang kita jalankan setiap hari memberikan sebuah tacit knowledge atau
pengetahua naluriah. Tacit knowledge ini sangat membantu seseorang mengusai
pekerjaan yang sedang dijalani.
Sebagai gambaran Prof Steinberg memberi contoh bahwa seorang sopir akan sangat
ahli dalam mengemudi dan penguasaan jalan bukan karena kecerdasannya saat
kursus montir, tapi karena ia telah berpraktek, praktek dan praktek. Praktek
itu tentunya tak dijalankan sebagai suatu rutinitas belaka. Tetapi praktek
tersebut disisipi dengan ide baru, kreatifitas dan innovasi yang mendukung. Praktek
yang demikian dapat berbuah keberhasilan.
Keberhasilan
diterima sebagai buah berpraktek, praktek dan praktek diperkuat oleh Ted Williams
dengan mengatakan: “Orang selalu berkata bahwa bakat dan kejelian saya yang
menjadi alasan kesuksesan saya. Mereka tidak pernah berkata tentang praktek,
praktek dan praktek yang saya jalankan.
’Practice make Perfect!’ Tidak keliru orang mengatakan demikian karena Praktek
tidak hanya menolong untuk mengingat kembali semua hal (teori+latihan) yang
telah dipelajari. Tetapi juga dapat membuat kecerdasan dan keahlian bertambah.
Mengapa? Karena praktek akan menghasilkan pengetahuan yang bisa digunakan untuk
me-recall apa telah dipelajari, mempertajam naluri dan memperkuat ketahanan
serta memperbaiki bobot keputusan. Sebagai contoh, seorang siswa mustahil
menguasai pembelajaran Bahasa Asing atau Aljabar jikalau dia hanya membaca
teori atau rumus saja. Untuk bisa berbicara dalam Bahasa Inggris, dia harus
berpraktek berbicara. Demikian juga untuk menyelesaikan sebuah soal Aljabar,
dia harus praktek memecahkan rumus-rumusnya. Dengan demikian, praktek atau
belajar berkelanjutan memampukan pembelajar mencapai hasil yang lebih sempurna.
Praktek dan Tantangan
Praktek
yang tekun menghasilkan keahlian dan keahlian akan menghasilkan keberhasilan
dan profesionalisme. Namun tak ada keberhasilan dan profesionalisme yang datang
tanpa melewati hambatan dan tantangan.
Setiap
tantangan dapat datang dengan dua tujuan saling bertentangan. Ada tantangan
yang menghancurkan tetapi ada juga tantangan yang menguatkan. Semua itu bergantung
bagaimana anda bereaksi untuk menyikapi dan menghadapi tantangan itu. Tuhan itu
Maha baik, Ia memberi tantangan sekaligus jalan keluar. Oleh karena itu,
janganlah lari, karena setiap Tantangan yang direaksi dengan proporsional akan
melahirkan ketekunan, ketekunan memberi tahan uji, tahan uji mendatangkan
peneguhan Tuhan dan peneguhan Tuhan menciptakan harapan yang tidak
mengecewakan-Rome 5:1-5
Ada
bermacam-macam tantangan yang menghambat pekerjaan anda seperti diuraikan
berikut ini. Oleh karena itu, siapkan diri untuk bangkit dan hadapi Tantangan
tersebut dengan:
1.
Jika
tantangan itu adalah Penguasaan Ilmu, Pengetahuan, Technology, Ketrampilan atau
Nilai, maka anda harus perlu belajar dan belajar lagi; teristimewa belajar dari
mereka yang sudah lebih dahulu tahu. Jeannette Vos menyarankan untuk menambah
keahlian teknis dan keahlian profesional yang ingin kita kuasai, sebaiknya kita
perlu belajar dari orang lain yang sudah bisa. Ada ayat suci berbunyi: People
learn from one another just as iron sharpens iron -Proverb 27:17. Belajar dapat
memperbesar kapasitas diri.
2.
Jika
tantangan itu adalah Ejekan, cemoohan, fitnah dan caci maki lainnya, maka
luangkanlah sedikit waktu anda untuk merenung, merekoleksi diri dan bertanya
pada diri mengapa tejadi semua itu. Lalu ambillah pelajaran dan hikmahnya untuk
berbenah diri. Namun yang lebih bermakna adalah bangunlah sebuah hati yang
penuh syukur, tetaplah berbuat baik dan lakukan perintah Tuhan: Cintailah
musuh-musuhmu dan doakanlah mereka yang menganiaya mu-Mateus 5:44. Sebab hanya
Pohon yang berbuah manis yang selalu dilempari batu, demikian kata Kahlil
Gibran.
3. Jika tantangan itu adalah Kegagalah,
maka pelajari, temukan dan perbaiki cara-cara penyebab kegagalan itu, lalu
mencoba lagi. Artinya, jadikanlah semua kegagalan sebagai kesempatan untuk
meningkatkan kemampuan diri.
Setiap
Tantangan yang anda terima dan jalani dengan keteguhan hati akan memberdayakan
anda untuk bertumbuh menjadi pribadi yang lebih sabar, lebih kuat, lebih kokoh,
lebih tangguh dan lebih hebat. Penemu hebat Thomas Alfa Edison juga mengalami
tantangan praktek sampai 9.999 kegagalan, namun reaksinya saat ditanya tentang
kegagalan 10.000 adalah: “saya baru saja menemukan 10.000 cara baru yang belum
bisa bekerja secara optimal.”
Sesungguhnya, tanpa tantangan seseorang tidak akan pernah bertumbuh menjadi
lebih baik, lebih kuat untuk menemukan jalan keluar yang lebih baik. Setiap
orang yang berani menerima tantangan adalah orang yang sedang menaikan bobot
kepribadiannya (kualitas diri) ke level yang lebih tinggi. Oleh karena itu,
Aristotle berpendapat: Kehebatan adalah buah dari ketekunan dalam tidakan-tindakan
yang telah menjelma menjadi sebuah kebiasan yang baik (Excellence is not an
action only but habitual).
Tantangan
yang Anda hadapi bukanlah sebuah kesia-siaan. Terimalah dan kerjakan setiap
tantangan dengan sungguh dan tekun karena Tuhan telah menetapkannya sebagai
jalan menuju keberhasilan seperti kutipan suci berikut: Trials result in
ability to endurance; Endurance carries you all the way without failing. –
James 1: 2 – 3 and 1Corinthians 10: 13
Guna mengatasi segala persoalan dan merebut sasaran kita, kita hanya
membutuhkan ketekunan; tekun dalam mengunakan pengetahuan, ketrampilan dan
nilai yang kita memiliki. Tekun untuk melakukan apa yang Tuhan
kehendaki-bandingkan Ibrani 10:36. Demikian, Orison Swett menyimpulkan: Semua
yang telah anda raih bukanlah ukuran bagi Kesuksesan anda. Kesuksesan hanya
diukur oleh perlawananmu terhadap tantangan yang kamu hadapi; oleh keberanianmu
tetap berjuang melawan hambatan yang menghadang.
Dengan
apa kita dapat meningkatkan kemampuan dalam mempraktekan konsep? Seperti halnya
seorang sopir, kita dapat meningkatkan kemampuan praktek dengan memperbanyak
praktek atau mempraktekan konsep yang telah kita buat. Emile Chartier berkata
“Tidak ada yang lebih membahayakan bagi manusia jika yang ia miliki hanya ide semata
(ide tanpa praktek).”
Praktek dan berpraktek bukanlah sesuatu hal yang membosankan. Setiap praktek
yang dikerjakan dengan sepenuh hati tidak akan berakhir dengan hampa. Tuhan
maha pengasih dan penyayang selalu melimpahkan berkat dan anugrahNya kepada setiap
umat yang tidak berpangku tangan seperti disabdakan berikut: “For God will
reward every person according to what he has done. Some people keep on doing
good and seek glory, honor and immortal life. To them God will give eternal
life.” – Rome 2: 6 – 7
Sesungguhnya
mempraktekan atau mengerjakan apa yang kita konsepkan merupakan wujud tanggung
jawab terhadap Tuhan. Tuhan terus berkarya dan melalui praktek (berkerja) yang
kita tekuni, Tuhan telah menyertakan kita dalam keberlangsungan karyaNya di
Bumi. Dan karena itu, kita akan mendapatkan anugrah berupa kesejahteraan dan
kebahagian seperti disabdakan berikut: Your work will provide for your needs;
you will be happy and prosperous – Proverb 128: 2
C. Belajar meningkatkan Kecakapan
Skill/Teknik (Technical Learning)
Tuhan
telah menetapkan segala sesuatu indah pada waktunya dan manusia telah diberi
kecakapan untuk membaca tanda-tanda Tuhan di Alam dan menerapkannya dalam
hidup.
Seorang pelaut tradisional dapat mengarungi samudra raya dan bisa sampai di
pelabuhan tujuan karena ia cakap membaca tanda-tanda langit (Astronomi).
Seorang petani tahu waktu yang tepat untuk membuka lahan, menabur dan menuai.
Ia pandai membaca tanda-tanda musim.
Dalam dunia Pendidikan atau dunia Kerja misalnya, kita membutuhkan alat-alat
tertentu untuk mempermudah pembelajaran atau pekerjaan, maka kitapun harus
pandai/terampil mengunakan alat-alat tersebut. Misalnya, seorang siswa harus
memiliki Buku dan alat tulis-menulis, sedangkan seorang karyawan pabrik harus
paham mengoperasikan mesin produksi. Seorang clerk harus pandai membuat
laporan, mengunakan computer dan Internet. Penguasaan correspondence serta
peningkatan distinctive capabilities seperti leadership, teamwork, process,
tacit knowledge, adalah keharusaan saat ini bagi seorang pekerja.
Intinya,
setiap pekerjaan membutuhkan peralatan dan peralatan membutuhkan
skill-tertentu. Skill itu harus dikenali, dipelajari dan dikuasai oleh setiap
Pelaku. Tanpa skill yang memadai, hasil yang didapat tidak maksimal. Jika kita
hanya memiliki skill yang biasa-biasa saja, sulit bagi kita untuk mendapatkan
hasil lebih baik atau posisi lebih tinggi, bukan?
Skill Kerja:
Setiap
pekerjaan menuntut ketrampilan atau keahlian tertentu dan ketrampilan/keahlian
tersebut menuntut untuk dipelajari. Belajar dan berusahalah senantiasa untuk
meningkatkan skill anda agar pekerjaan anda dapat menghasilkan maksimal. Ada
beberapa skill yang perlu kita miliki, pelajari, kuasai dan tambahkan dalam
pekerjaan antara lain:
1. Conceptual Skill: bagaimana
mengkonsepkan pekerjaan
2. Technical Skill: bagaimana
menjalankan alat yang dibutuhkan pekerjaan
3. Practical Skill: skill yang akan
meningkatkan kemampuan, yakni skill yang hanya bisa diasah dengan cara banyak
melakukan praktek
4.
Communication
Skill: bagaimana membahasakan atau menyampaikan pesan dari suatu konsep,
proses, pekerjaan atau sasaran yang akan dieksekusi
Apakah
anda sudah melengkapi diri dengan skill atau teknik yang dibutuhkan pekerjaan
anda?
Beberapa skill seperti tersebut diatas sangat bermanfaat karena dapat menolong
seseorang untuk bertumbuh dan memiliki antara lain:
1.
Berpikiran
besar & positif dan memiliki kemampuan untuk merumuskan dan menyampaikan
hasil olah pikirannya secara sistematis dan teratur
2.
Memiliki
daya konseptualisasi yang baik terhadap sebuah sasaran
3.
Memiliki
kemampuan pengumpulan dan penguasaan data yang baik
4.
Memiliki
kemampuan berkomunikasi yang baik dalam membahasakan atau menyampaikan pesan
dari suatu konsep, proses, pekerjaan atau sasaran yang akan dieksekusi
5. Mempunyai emosi yang terlatih, tenang
dan seimbang sehingga tumbuh sebuah temperamen yang tenang dan jernih dalam
menghadapi semua situasi, bahkan yang tersulit sekalipun.
Para
pakar berkesimpulan bahwa semakin banyak dan semakin baik skill yang kita
miliki dan kuasai, kita akan semakin powerful. Dalam dunia industri satu mesin
dapat mengantikan 100 orang berskill biasa-biasa saja, tetapi peran satu orang
yang sangat skillful tidak bisa tergantikan oleh beberapa mesin tercanggih
sekalipun.
Oleh
karena itu, pusatkan diri pada peningkatan skill (kemampuan) Anda yang unik
seperti dalam kepemimpinan, teamwork, process, pengetahuan naluriah, dan
lain-lain yang mustahil tergantikan atau tersaingi.
Stephen
Convey & Zig Ziglar pernah mengatakan bahwa jika kita menggunakan cara yang
sama dalam melakukan sesuatu atau melakukan hal yang sama berulang-ulang,
janganlah kita mengharapkan hasil yang berbeda. Jika kita menggunakan cara yang
sama dalam melakukan sesuatu atau melakukan hal yang sama berulang-ulang,
tetapi kita mengharapkan hasil yang berbeda, berarti kita sudah terserang virus
“Insanity.”
Jadi
jelaslah bahwa skill adalah modal kerja yang sangat penting, sebab dalam
praktek hidup, bukan jenis pekerjaan yang membuat nasib kita berubah (karier
kita naik, turun atau tetap) melainkan kualitas dalam menangani pekerjaan itu
(how well we are doing). Seseorang dapat menjadi sukses, bahagia, sejahtera dan
mulia dalam hidupnya bukan karena pekerjaan atau jabatannya tetapi oleh
bagaimana ia mengerjakan pekerjaannya.
D. Belajar Membangun Hubungan
“To handle yourself, use your head; to handle others, use
your hearth.” – Donald Laird
Orang kebanyakan sering memfonis Kesalahan orang lain
sebagai Pelanggaran, karena itu setiap Pelanggaran harus dikenai hukuman. Ini
terjadi karena mereko memosikan diri sebagai Kepala dan umumnya seorang Kepala
jarang mau mencari tahu mengapa sebuah kesalahan bisa terjadi. Sebaliknya
seorang Pemimpin akan melihat sebuah kesalahan sebagai suatu masalah yang harus
dicarikan solusinya. Solusi dari sebuah kesalahan adalah kesempatan yang
memotivasi dan meneguhkan dan menyadarkan orang yang bersalah memahami bahwa dia
sebetulnya belum mampu berbuat secara benar.
Menghukum
atau memotivasi seseorang hanya bias terjadi jika telah terjalin suatu
hubungan. Sebuah hubungan dibangun untuk berinteraksi dan berkomunikasi, baik
dengan diri maupun dengan orang lain.
Proses
berhubungan, berkomunikasi dan berinteraksi dengan diri atau orang lain
menuntut sebuah kemampuan yang melibatkan kecerdasan Intelek (IQ) untuk meningkatkan
kemampuan berkomunikasi, nalar dan logika. Kemudian kecerdasan Emosi (EQ) untuk
memberdayakan seseorang dalam mengelola hubungan secara seimbang dan harmonis
dengan diri sendiri maupun dengan diri, orang lain dan alam. Ketika kecerdasan
Intelektual (keahlian) meningkat, maka Emosi akan menghasilkan kualitas diri
yang baik untuk menerapkan keahlian. Dan selanjutnya Kepekaan Hati akan
meleburkan keahlian (intelek) dan kualitas diri (emosi) dalam sebuah sikap dan
tingkah laku yang penuh keyakinan, harapan, simpati dan empati.
Namun,
setiap hubungan baru dapat memiliki makna mendalam jika ada kadar Keintiman yang cukup bagi diri, dan
juga Intim dengan orang lain.
Menurut Robert Alberti dan Michael Emmons, Keintiman
adalah kualitas hubungan antara dua orang yang sangat peduli terhadap satu sama
lain yang diwarnai oleh 6 dimensi “PENERIMAAN seperti dalam akronim ACCEPT
berikut:
A. Attraction : Ada daya tarik terhadap
satu sama lain
C. Communication : Terbangun komunikasi
yang terbuka dan jujur
C. Commitment : Ada komitmen bagi adanya
kelangsungan kemitraan
E. Enjoyment : Ada kenikmatan dari
kehidupan mereka bersama; kenikmatan yang sejalan dalam memiliki…….(tujuan)
P. Purpose : Tujuan yang jelas bagi
hubungan yang dibangun dan saling ……(percaya)
T.
Trust
: Percaya diantara mereka atas dasar saling menghormati dan menghargai satu
sama lain
Kecukupan
kandungan ACCEPT (Attraction, Communication, Commitment, Enjoyment, Purpose and
Trust) dalam sebuah hubungan dapat menghasilkan sebuah hubungan dengan kualitas
yang menyukakan jiwa dan menyenangkan hati baik manusia maupun Tuhan sendiri
seperti yang dilukiskan dalam ayat suci Sirak 25: 1: Tiga hal yang disukai
jiwaku; Manusia dan Tuhan pun berkenan adalah:
1. Kerukunan diantara Saudara
2. Keakraban diantara Sahabat
3.
Keharmonisan
dan keserasian diantara Suami-Istri (Keluarga)
Ada dua
bangun hubungan yang penting bagi pertumbuhan dan perkembangan seseorang;
bangun hungun dalam diri dan hubungan dengan orang lain.
Belajar Membangun Hubungan Dalam Diri
(Intrapersonal relationship)
Sesungguhnya
tidak ada hubungan yang paling penting dan paling intim dalam hidup, selain
membangun hubungan dengan diri. Tujuannya untuk mengkomunikasikan semua harapan
dan tujuan yang akan dicapai. Tanpa berkomunikasi dengan diri, maka Hati/Jiwa/Roh
kita tak akan mungkin menghasilkan pikiran cemerlang dan emosi yang tenang
untuk menetapkan sebuah saasran, merancang cara/strategi dan dan melakukan
tepat seperti cara /strategi guna meraih sasarannya.
Membangun
hubungan dengan diri berarti berbuat sesuatu bagi diri, dan perbuatan pada diri
itu haruslah berlandaskan kasih dan peneguhan bukan merendahkan, menghakimi,
menakuti, membohongi atau mencederai. Sebab kemalangan terbesar manusia
sesungguhnya adalah rasa merendahkan diri. Sebab tidak akan ada rasa hormat
yang akan anda terima jikalau anda sendiri tidak memilikinya bagi diri sendiri
seperti tertulis: There is no excuse for a person to run himself down. No one
respects a person who has no respect for himself -Sirach 10:29
Anda
mungkin ingin mendedikasikan hidup untuk berbuat sesuatu bagi orang lain atau
anda ingin memberi, dan melayani. Namun pastikan anda sudah terlebih dahulu
‘berbuat, memberi, dan melayani diri atau memperbesar kapasitas diri sendiri.
Karena jika tidak, anda hanya akan memiliki sedikit sesuatu, sedikit kemampuan,
atau sedikit kapasitas untuk diberikan atau diperbuat bagi orang lain. Contoh:
Anda baru bisa memberi atau mengajari sesuatu (materi, ilmu, pengetahuan,
ketrampilan atau nilai) jika anda sudah terlebih dahulu memiliki atau mempelajarinya
bagi diri anda.
Orang yang
mampu membangun hubungan dengan dirinya akan berhasil merebut peluang. Oleh Dr.
John Max Well, orang yang berhasil merebut peluang untuk maju memiliki kualitas
sebagai berikut:
1.
Intuitive
: Mampu melihat kedalam diri dan dapat menghasilkan ketajaman intuisi.
2.
Communicative:
Mampu memperluas jaringan kerja sama karena memiliki skill komunikasi yang
baik.
3.
Passion
: Memiliki self motivated yang baik untuk dapat memacu diri. Memiliki daya
dorong keluar yang kuat dari dalam dirinya
4.
Talented
: Mampu menemukan, mengembangkan dan cakap menggunakan potensi/bakatnya dengan
optimal
5.
Creative
: Mampu mengolah hal-hal biasa menjadi luar biasa, mengubah sesuatu yang lama
menjadi baru. Atau mampu menemukan sesuatu yang baru.
6.
Initiative
: Memiliki kapasitas untuk melihat sesuatu yang perlu dilakukan bagi kemajuan.
Kaya Prakarsa
7. Sense of Responsibility : Memiliki
kesadaran bertanggung jawab lebih besar untuk memperbaiki diri.angun hubungan
dengan dirinya akan berhasil merebut peluang.
Namun,
darimana membangun dan mengelola sebuah hubungan berkualitas dalam diri yang
dapat menciptakan sebuah keharmonisan? Mari
kita memulai hubungan dengan diri dengan melaksanakan langkah-langkah berikut:
1. Mulailah dari diri sendiri dengan
sikap dan tindakan:
a. Menghormati dan Menerima diri:
Bangunlah hubungan yang dapat menerima diri sepenuhnya berlandaskan kasih dan
peneguhan bukan merendahkan, menghakimi, menakuti, membohongi atau mencederai.
Hubungan demikian akan terbangun dalam hari-hari anda jikalau anda mengwali
hari Anda dengan kasih, mengisinya dengan kasih dan mengakhirinya dengan
syukur. Menerima diri berarti menempatkan diri pada posisi terhormat namun
tetap rendah hati. Menerima diri berarti menghargai diri sesuai nilai kebenaran
hakiki yang terbangun dalam diri, seperti tertulis dalam ayat suci:
Son, keep yourself respect, but remain modest. Value yourself at your true
worth-Sirach 10:28
b. Ciptakan sebuah kenyamanan diri
sehingga ia (diri) mampu menerima diri seutuhnya (apa adanya). Tujuannya untuk
memperbaiki, menyempurnakan dan mengubah ke arah lebih baik. Demikian J Campell
menyimpulkan “Paradoks kehidupan yang sering saya rasakan adalah menerima
keadaan diri apa adanya dan barulah saya mengubahnya.” Sedangkan Lowell
berkesimpulan “Prestasi besar tidak bisa dihasilkan oleh orang yang tidak bisa
menerima diri secara utuh.” Sebab kemalangan terbesar manusia sesungguhnya
adalah rasa merendahkan diri. Sebab tidak akan ada rasa hormat yang akan anda
terima jikalau anda sendiri tidak memilikinya bagi diri sendiri seperti
tertulis: There is no excuse for a person to run himself down. No one respects
a person who has no respect for himself -Sirach 10:29
c. Pastikan semua yang anda lakukan
dapat senantiasa memenuhi hati Anda dengan suka-cita dan membuat hati Anda
selalu bersyukur dalam segala hal dan situasi. Ini adalah perintah Tuhan bagi
mereka yang ingin hadirat Tuhan ada dalam diri mereka. Be joyful always, pray at all times. Be
thankful in all circumstances. This is what God wants from you in your life in
union with Jesus Christ. - 2Thessalonians 5:16-18 Hati yang bersyukur tak hanya berkelimpahan
dalam kasih, tetapi juga mampu melepaskan pengampunan dan berbagi dalam suka
maupun duka. Hati bersyukur mampu mengubah penderitaan menjadi kebahagian dan
bertekad menghadapi tantangan yang lebih besar. Kitalah yang harus lebih dahulu
menciptakan keharmonisan dengan berbuat pada diri yang dilandaskan pada cinta
dan kasih dan itu adalah perintah yang Tuhan seperti tercatat: “Do ourselves a
favor and learn all we can; then remember or do what we learn and we will
prosper.” – proverb 19:8.
Demikian
juga Mahatma Gandhi berpesan “ketika putus asa, saya selalu ingat bahwa dalam
sejarah, jalan yang ditempuh dengan kebenaran dan cinta selalu menang. Ada
beberapa tirani dan pembunuh yang sepintas seperti pemenang, akhirnya kalah. Pikirkan
SELALU ucapan saya ini.”
2. Jadilah Pemimpin Diri dengan sikap
dan tindakan:
Sebagai
pemimpin diri, kita berperan menyadarkan diri untuk mengikuti kehendak diri
yang baik. Juga bertugas untuk menciptakan perubahan penting dan konstruktif.
Pemimpin diri tidak membiarkan diri dikontrol tapi mampu mengendalikan diri
saat ada pencobaan. Orang yang tak bisa mengendalikan diri dengan baik umumnya
tak mampu menggunakan akal sehat, ilmu pengetahuan, pengalaman dan kesadaran
yang dimiliki guna bangkit lagi dengan cara yang lebih baik. Seorang pemimpin
diri biasanya memiliki kualitas berikut:
a.
Sabar. Orang yang tergesa-gesa sering
menyebabkan kekacauan dalam tugas. Hasil yang didapat tidak optimal baik dalam
kuantitas maupun kualitas. Kesabaran adalah perintah Tuhan yang harus kita
patuhi karena memampukan seseorang untuk hidup teratur dan tekun dalam tugas
serta mampu mengendalikan situasi seperti di firmankan: “It is better to be
patient than powerful; it is better to win control over yourself than over the
whole country.” – Proverb 16:32. jug abaca Ibrani 10:36
Terinspirasi oleh Proverb 16:32 jug Ibrani 10:36, Benjamin Franklyn, mantan
Presiden USA mengatakan: “untuk menjadi orang jenius dibidang kita, kita
dituntut satu bakat yang ia sebut bakat SABAR. Sehebat apapun kemampuan/bakat
alamiah anda, tak akan memberi keuntungan jika anda tidak SABAR memperjuangkan,
mengasah dan memberdayakannya.”
Sabar
akan membuat hati, pikiran, emosi dan tindakan akan menjadi selaras. Selaras
untuk merencanakan dan sabar untuk melakukannya maka kita akan mendapatkan
hasil lebih optimal seperti tertulis: Plan carefully and you will have plenty;
if you act too quickly, you will never have enough-Proverb 21:5 Sedangkan
Einstein berbagi pengalaman bahwa: “Tidak ada karya hebat yang lahir dari
seseorang yang sedang dilanda kegundahan.”
Artinya,
Kegundahan Hati hanya akan meningkatkan kebimbangan dan kebimbangan hanya akan
mengkerdilkan daya pikir, dan mengikis rasa percaya diri sehingga anda tak akan
mampu untuk mengambil keputusan guna melakukan sesuatu yang lebih besar.
Kegundahan membuat anda tak akan memperoleh apa-apa dari apa yang anda impikan,
harapkan dan rencanakan seperti tertulis: ………whoever doubts is like a wave in
the Sea that is driven and blown about by the wind. A person like that unable
to make up his mind and undecided in all he does; he must not think that he
will receive anything from the Lord. James 1:6b,7-8
b. Sadar
Diri.
Dengan mengenal diri, kita mampu
mengenal diri orang lain, mempengaruhi, berbagi pengalaman dan menginspirasi
mereka. Orang yang sadar diri adalah orang yang memiliki harapan dan tujuan
hidup. Ia menetapkan target-target yang harus dicapai (mau jadi apa atau mau
memiliki apa) pada waktu yang ditetapkan. Orang sadar diri akan melengkapi diri
dengan pengetahuan, cara dan strategi untuk mencapai tujuanya. Ia akan selalu
belajar untuk menghadapi tantangan lebih besar dan ia mampu dengan cepat
mengeluarkan diri dalam putus asa, trauma dan kepahitan tak akan meracuni
batinnya saat gagal.
Sebaliknya orang yang lupa diri
tidak memiliki kemampuan untuk mengenali dan mengembangkan kemampuan diri. Ia
tidak peka terhadap suara hati serta menghakimi diri tidak berarti seperti
rujukan suci berikut: “I do not
understand what I do; for I do not do what I would like to do but instead I do
what I hate” – Rome 7:15.
Senada sabda diatas, Ronggowarsito mengingatkan bahwa “seuntung-untung orang
yang lupa diri tak mungkin lebih untung daripada orang yang sadar diri”.
Sedangkan dari Doktrin Samurai kita belajar bahwa “jika hubungan kita dengan
diri sendiri kacau, teknik/senjata yang benarpun tidak akan bekerja dengan
benar.”
Sabda dalam kitab Roma 7:15, doktrin
Samurai dan pendapat Ronggowarsito mengispirasi kita bahwa manusia gagal dalam
hidup bukan karena kurang kapasitas/kemampuan. Tetapi karena ia kalah
mengontrol diri sehingga cendrung melakukan apa yang menjerumuskan yang
seharusnya ia benci. Orang sadar diri melihat masalah dan menghindarinya
sedangkan orang lupa diri hanya akan menjerumuskan diri seperti rujukan
suci: “Sensible people will see trouble
coming and avoid it, but unthinking person will walk right into it and regret
it later”- Proverb 22:3
c.
Memiliki harapan.
Orang yang memiliki harapan
mengutamakan perbuatan baik (pekerajaan Tuhan) dan tidak cemas terhadap hari
esok. Ia fokus pada hari ini sebagai landasan keberhasilan hari esok, namun tak
lupa belajar dari hari kemarin. Orang berpengharapan melandaskan semua hidupnya
(kata & perbuatan) pada kebenaran, karenanya ia akan menerima dari Tuhan
seperti difirmankan berikut: “Be concerned above everything else with the
kingdom of God and with what he requires of you and he will provide you with
all these other things. So do not worry about tomorrow, it will have enough
worries of its own. There is no need to add to the troubles each day brings”.–
Mathew 6:33-34
d. Meraih
kemenangan diri terlebih dahulu.
Orang sukses biasanya menerima orang
lain dan lingkungan sebagai factor pendukung bagi keberhasilannya. Namun
dukungan itu mustahil datang kepada orang yang belum memenangkan diri (tidak
siap). Herry S Truman, mantan Preseiden USA mengatakan “semua orang berprestasi
di Dunia ini memilikki kesamaan yaitu mereka meraiah kemenangan diri terlebih
dahulu baru kemudian meraih prestasi.” Artinya, tak mungkin memaksa keadaan
atau orang lain agar mendukung usaha, keberhasilan dan kebahagian kita. Kitalah
yang harus bekerja keras terlebih dahulu seperti tertuang dalam firman berikut
: “Work hard, don’t be lazy. Serve the Lord with a heart full of devotion. Let
your hopes keep you joyful. Be patient in all your troubles and pray all the
times” – Rome: 12:11
Belajar Berhubungan dengan Orang
Lain (Inter-personal relationship)
“You can make more friends in two months by becoming interested in other people
than you can have two years by trying to get other people interested in you.”
Advised David Carnegie.
Mendapatkan Musuh itu mudah tetapi sulit menemukan seorang Sahabat.
Sebuah hubungan dapat terbangun diantara dua orang atau
lebih karena ada sebuah kepercayaan yang tercipta diantara mereka. Sebuah
hubungan mustahil terbangun tanpa kepercayaan. Demikianpula sebuah hubungan tak
akan memiliki kualitas jika tak ada kadar kepercayaan yang cukup didalamnya.
Hubungan dan Kepercayaan ibarat dua sisi mata uang yang
berbeda, tapi tak dapat dipisahkan. Setiap sisi memiliki nilai yang saling
melengkapi dan dapat diterima oleh umum, tentu karena telah melekat kepercayaan
yang sama terhadap kedua sisi itu.
Orang dapat membangun hubungan didorong oleh keinginan untuk bersoasialisasi,
karena melalui soasialisasi, mereka saling mengisi dan melengkapi. Jadi
mustahil seseorang ingin hidup menyendiri dan menyepi di suatu tempat terpencil
dan juga seseorang tak mungkin hidup bagi diri sendiri.
Oleh karena itu, apapun yang anda sedang dan akan kerjakan,
dan apabila itu berkenaan dengan orang lain, maka anda sedang melakukan pekerjaan
membangun hubungan.
Hubungan membuat segala sesuatu dapat berproses, berjalan atau terjadi.
Misalnya, jika anda sedang mengajar; orang berpendapat anda sedang melakukan kegiatan
Mengajar. Mereka bisa saja benar, tetapi anda sebenarnya sedang melakukan kegiatan
membangun hubungan. Pengajaran anda hanya bisa terlaksana melalui hubungan yang
anda bangun dengan orang lain, bukan? Hal inipun terjadi dalam semua lini
kehidupan. Para Siswa sebuah Sekolah dapat melaksanakan pekerjaan mereka (belajar)
tentu tak lepas dari sebuah landasan hubungan yang sudah terbangun dalam
management Pendidikan. Artinya, keberlangsungan dan juga keberhasilan sebuah
usaha tak akan terlepas dari sebuah bangun hubungan dengan keharmonisan yang
tercipta didalamnya .
Setiap hubungan memiliki kadar kualitas dan setiap hubungan
yang berkualitas mendorong lahirnya keharmonisan. Kualiatas sebuah hubungan
tidak hanya ditentukan oleh cara membangunnya. Tetapi juga lebih ditentukan
oleh kandungan kadar kepercayaan dan cara
mengelolanya.
Manfaat Membangun Hubungan
Setiap hubungan mempunyai tujuan dan manfaat tertentu bagi
pribadi-pribadi yang membangunnya. Orang umumnya membangun hubungan dengan
orang lain karena tujuan/manfaat berikut:
a. Melakukan
Perbuatan Baik.
Dalam hidup kita temui ada orang yang berhasil dan ada yang
gagal. Orang sukses akan mudah membangun hubungan sedangkan orang yang tak
beruntung biasanya dimarginalkan. Namun itu tak berlaku bagi orang yang telah
bebas dari belenggu harta dan tahta. Mereka menerima orang tak beruntung
sebagai anugerah untuk dapat mewujudkan kasih dengan berbagi dalam motifasi,
pengajaran, bimbingan dan bahkan materi.
Sebagian dari kita sering hanya mau berbuat baik kepada
orang yang bisa menguntungkan atau yang bisa membalas kita kelak. Kita
sesungguhnya tak berbeda dari para pecundang, sebab merekapun bisa melakukan
hal yang sama. Setiap Perbuatan baik yang bertendensi untuk mendapatkan balasan
adalah perbuatan yang dapat menutup saluran Anugrah dari Tuhan, - bandingankan
Mateus 5:46.
Berbuat baik sesungguhnya adalah kehendak untuk melayani
atas dasar kemurahan hati, persaudaraan dan kasih. Berbuat baik dapat dilakukan
kepada siapa saja, teruama yang ditemukan sebagai orang miskin.
Berbuat baik dan saling menolong bukanlah sekedar sebuah
kewajiban dan tanggung jawab kita terhadap sesama; tetapi juga merupakan sebuah
bakti atau pelayanan kita terhadap Tuhan seperti tercatat dalam ayat suci: Do not
forget to do good and to help one another because these are the sacrifices that
please God – Hebrew 13:16
Apa tujuan anda menolong sesama? Tujuanya adalah membuat orang lain merasa
bernilai dan menjalani hidup lebih baik. Pastikan semua yang anda lakukan bukan
untuk memanjakan orang yang kurang beruntung hidupnya atau untuk meringankan
beban hidupnya sesaat. Tapi harus benar-benar memberi nilai atau bermanfaat
bagi kehidupannya seperti tertulis dalam ayat suci: When you do a good deed,
make sure you know who is benefiting from it; then what you do will not be
wasted – Sirach 12:1
Artinya, setiap perbuatan anda sedapat mungkin harus
merupakan pemicu bagi keberhasilan orang lain. Misalnya, sesamamu miskin karena
kurang berpendidikan, maka putuslah rantai kemiskinan itu dengan memberi
beasiswa bagi pendidikan anak-anaknya. Sebab dengan pendidikan yang baik,
seseorang akan mendapatkan pekerjaan yang lebih layak dan pekerjaan yang lebih
layak dapat memberi penghidupan yang lebih baik.
Berbuat baiklah kepada orang-orang kecil dan lemah; terutama kepada mereka yang
hak-haknya dirampas secara tidak adil oleh dunia ini. Tindakan demikian
bukanlah sebuah tindakan sia-sia sebab Tuhan sungguh akan melipatkan gandakan
upahmu seperti tertulis:
You can be sure that whoever gives even a drink of gold water to one of the
least of these my followers because he is my follower, will certainly receive a
reward-Mathew 10:42
b.
Menemukan suatu Kenyamanan dari Anda.
Modal untuk memperluas usaha adalah membangun hubungan baik
dengan orang lain dan menciptkan sebuah kerja sama didalamnya. Namun, orang
baru mau berhubungan dan bekerjasama jika mereka menemukan suatu kenyamanan
dari Anda. Oleh karena itu, pastikan bahwa apa yang anda miliki atau tawarkan
tidak hanya unik, unggul dan menguntungkan, tapi juga menarik, nyaman dan
menyenangkan. Anda harus membuat orang lain penasaran atau bahkan menyesal jika
tidak bisa bekerja sama dengan anda atau tak mendapatkan apa yang anda
tawarkan.
Misalnya sebagai Guru, anda harus membuat apa yang anda ajar
memiliki daya tarik, inspiratif, menyenangkan dan memberi kenyamanan. Anda
sedapat mungkin membuat para siswa tidak sekedar mengikuti pengajaran anda dan
terlayani dengan baik. Tetapi juga mereka dapat merasa bahwa dengan berhubungan
dengan anda, mereka dapat belajar bagaimana saling memberi, melayni dan
menghargai dalam sebuah hubungan yang harmonis. Semua ini adalah awal
keberhasilan dari keseluruhan proses belajar-mengajar anda. Jadi, jika apa yang
anda kerjakan dalam hidup dapat membuat orang lain bahagia, nyaman dan
terinspirasi, maka yakinlah bahwa mereka tidak hanya akan berjalan melainkan
berlari menemui anda untuk bekerja sama.
c. Berbagi
Tangung Jawab.
Kepercayaan adalah landasan bagi dua atau tiga orang untuk
berbagi tanggung jawab. Setiap orang biasanya akan bertindak untuk dan atas
nama diri atau orang lain dalam melakukan sesuatu. Dengan kepercayaan kita
mudah beriteraksi guna memahami keinginan dan kebutuhan orang lain. Dan juga
agar kita mudah mengkomunikasikan value, visi dan misi guna membangun sebuah
kerja sama yang lebih besar. Peter Drucker, pakar Management mengatakan bahwa
kemampuan mendengarkan keinginan orang lain yang tak terucapkan merupakan pilar
utama komunikasi.
Berbagi tanggung jawab dapat dilakukan dengan siapa saja
termasuk dengan para karyawan. Menurut Steve Jobs, co-founder of Apple
computer, karyawan pintar dan berkompetensi dapat meringankan tanggung jawab
management. Tetapi adalah lebih menguntungkan jika sebuah perusahaan dapat
mempekerjakan karyawan yang memiliki kepedulian yang sama seperti yang dimiliki
management tentang kemajuan perusahaan
Berbagi keuntungan dan tanggung jawab dalam sebuah hubungan dapat membangkitkan
semangat dan rasa turut memiliki baik dari orang-orang anda maupun masyarakat
sekitar.
d. Menilai Diri
Anda tidak akan mengetahui seberapa besar kemampuan diri
hingga Anda menemukan seseorang yang dapat berbuat lebih baik. Orang lain
adalah cerminan bagi diri kita dan sebaliknya kita adalah cerminan bagi orang
lain. Bruce Lee mengatakan, bekerjasama dengan orang lain akan memperbaiki
penilaian diri terhadap keunggulan/kualitas yang kita miliki. Nilai hidup anda
hanya akan diukur dari nilai-nilai mereka yang disentuhnya. Orang yang tidak
bisa bekerja sama dapat bertumbuh menjadi pribadi yang sombong atau sebaliknya
menjadi rendah diri.
e. Mengembangkan
Diri.
Bergaul dengan penjual parfum, kita dapat percikan aroma
wangi. Berhubungan dengan pekerja keras, kita akan turut berbagi dalam
kesuksesan., tetapi bergaul dengan para pemalas kita hanya akan menyengsarakan
diri.
Disadari atau tidak, orang yang kita kenal memberi pengaruh
baik atau buruk secara signifikant terhadap pertumbuhan kita. Oleh karena itu
kita harus siap menambah nilai diri dari pergaulan itu, bukan sebaliknya
terinfeksi sisi negatif dari sebuah pergaulan. Hal itu dinyatakan dalam ayat
suci berikut: If you touch tar, it will
stick to you and if you keep company with arrogant people, you will come to be
just like them-Sirach 13:1.
Demikian Dahlan Iksan berkata “saya dapat menjadi pengusaha
karena tertular pimpinan saya.” Dahlan Iskan bertumbuh menjadi orang sukses
dalam usaha dan kepemimpinan karena ia telah belajar dari pimpinannya yang
memiliki kepemimpinan dan keteladanan yang luar biasa. Gordon Dryden & DR.
Jeannette Vos menyarankan untuk menambah keahlian teknis dan keahlian
profesional yang ingin kita kuasai, sebaiknya kita perlu belajar dari orang
lain yang sudah bisa.
f. Menambah
Pengetahuan Diri.
Orang gagal engan membangun hubungan atau bekerjasama dengan
orang lain. Biasanya orang gagal merasa membangun hubungan hanya akan merugikan
dirinya. Sebaliknya orang sukses selalu ingin membangun hubungan dan
menempatkannya sebagai tujuan.
Dengan membangun hubungan, orang sukses akan selalu belajar
baik dari diri, rekan, advisers, coacher, consultants, team members, suppliers,
customers dan competitors. Orang sukses akan selalu belajar pada pribadi,
tempat atau situasi yang berperan sebagai sumber pencerahan yang dapat memberi
pemahaman, peneguhan (kekuatan) dan pengertian. Orang yang belajar dari sumber
yang tepat sesungguhnya akan menemukan dan memiliki kehidupan, mendapatkan
tuntunan dan juga damai, hal itu tertuang dalam ayat suci: “Learn where
understanding, strength and insight are to be found. Then you will know where
to find a long and full life, light to guide you and peace.”-Baruch 3:14
Akhirnya dapat disimpulkan bahwa setiap pribadi sesungguhnya
sudah memiliki Gergaji. Bila diasah dengan baik Gergaji tersebut dapat membentuk
diri jadi pribadi yang bermanfaat. Seorang yang bermanfaat harus memiliki Ilmu
Pengetahuan guna melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Namun, seorang hanya
bisa melakukan pekerjaan dengan baik jika dia mengasah diri melalui belajar,
berpraktek dan membangun hubungan.