https://drive.google.com/file/d/1IpA70ea5bj0nLzFEYC7j1C685Gcg4xfC/view?usp=sharing

Cari Blog Ini

Jumat, 28 September 2012

TIMOR ISLAND IN LEGEND AND FACT


TIMOR ISLAND IN LEGEND AND FACT
Timor terletak di utara Australia , dan merupakan salah satu dari timur Kepulauan Sunda . Bersama dengan Sumba , Babar dan pulau-pulau kecil yang terkait, Timor membentuk luar selatan kepulauan dari Kepulauan Sunda Kecil dengan pulau batin Flores , Alor dan Wetar di utara, dan di baliknya Sulawesi .
Oleh banyak kalangan Tmor dikenal sebagai sebuah pulau di bagian selatan Nusantara, terbagi antara negara merdeka Timor Leste dan kawasan Timor Barat, bagian dari provinsi Nusa Tenggara Timur di Indonesia. Luas Pulau Timor sekitar 30.777 km². Nama pulau ini diambil dari kata 'timur', bahasa Melayu untuk "timur"; dinamakan demikian karena dia terletak di ujung timur rantai kepulauan.
Bagaimana terbentuknya Pulau Timor? Tidak banyak referensi baik itu berupa cerita tutur atau Legenda maupun kajian ilmiah yang telah memberi gambaran. Namun, terlepas dari tuntutan pembaca akan sebuah kebenaran cerita atau fakta, Timor Island in legend and fact dapat memenuhi rasa ingin tahu anda
Legenda Timor
Konon pada 4,54 milyar tahun lalu ketika Dunia masih baru yang ada hanyalah air; air menutupi seluruh permukaan Bumi dan tidak ditemukan daratan, bukit, dan lembah, tidak juga gunung dan jurang. Tidak ada tetumbuhan dan hewan; baik di air, di darat maupun hewan di udara yang berkeliaran seperti saat ini. Lalu air itu dikumpulkan dalam palung-palung dan cekungan sehingga terbentuklah lautan dan danau-danau. Maka Bumi menampakkan dirinya bagaikan sebuah bola raksasa yang terbangun dari daratan berupa benua dan pulau-pulau yang dikelilingi lautan dan diselunbungi udara.
Lalu ditempatkanlah makluk-makluk hidup berupa tumbuhan dan hewan di darat, di air, dan di udara serta manusia. Para makluk hidup diperintahkan untuk hidup dalam suatu ekosistem yang harmonis, untuk berkembang-biak dan untuk memenuhi setiap bagian dari Bumi.
Penguasa Alam Raya
Adalah Nai Maromak, atau yang disebut Loro Liu Rai Malaka yang telah menjadikan segala-sesuatu seturut apa yang disabdakanNya. Dia adalah Sang Cahaya, Penguasa Alam Raya, Penguasa yang agung dan ajaib. Dalam Bahasa Tetum,  “Loro Liu Rai Malaka” terdiri dari kata: “Loro” artinya Sang Surya, “Liu” artinya melebihi, “Rai” artinya Alam Raya/Bumi dan “Malaka” artinya yang memiliki cahaya. Atau Malakan yang berarti yang bekuasa atau yang berkemenangan. Dialah yang telah menjadikan dan memelihara segala sesuatu dan dia berkenan pada semua ciptaannya.
Tetum adalah Bahasa pengantar yang dituturkan secara luas oleh masyarakat Belu Timor Nusa Tenggara Timur Indonesia dan warga Negara Timor Leste pada umumnya.
Kelangsungan Karya Penciptaan
Loro Liu Rai Malaka terus berkarya dan setiap karya adalah misteri/keajaiban yang berwujud dalam kesempurnaan setiap ciptaan. Tidak ada suatu maklukpun yang diciptakan untuk suatu kesia-sian dan semuanya ditetapkan indah pada waktunya. Oleh sebab itu tiada suatu maklukpun dapat memahami misteri ini, bahkan manusiapun tidak dapat menyelaminya.
Semua Makluk baik yang bernyawa maupun tidak dengan segala keindahan, keajaiban dan misterinya ditempatkan dalam sebuah taman. Taman itu berada di pusat Bumi dan diberi nama taman Mau Besi. Segala makluk dalam taman Maubesi diserahkan dalam perwalian Manusia.
Taman Maubesi tidak hanya indah tetapi merupakan sebuah taman yang berkepenuhan dalam kedamaian dan pengharapan. Kedamaian yang menempatkan setiap makluk hidup dalam sebuah ecosystem yang harmonis, dan Pengharapan yang tidak sekali-kali mengecewakan manusia, abdi Ilahi untuk mengambil bagian dalam kemulian PenciptaNya. Oleh karena itu, setiap makluk yang menghuninya tak pernah berkekurangan, dan bahkan manusia yang walau hanya sedikit berkerjapun tak akan pernah berkekurangan akan makanan, susu dan madu.
Manusia dan Perannya
Demi menyatakan keberlangsungan karyaNya, ditempatkan manusia sebagai abdi dengan serangkaian pekerjaan untuk menguasai dan mengelola Alam Raya. Manusia sungguh tekun dalam pekerjaan ini karena dia tahu bahwa tangan yang lamban membuat miskin tapi tangan yang rajin membawa kesejahteraan.
Manusia diberi Ilmu dan Pengetahuan
Oleh ketekunan dan kesetiaan dalam pekerjaan, manusia diberi ilmu dan pengetahuan supaya olehnya mereka dapat memahami dan memujiNya atas keunikan dan keajaiban/misteri yang ada dalam setiap ciptaan (karya)Nya. Dengan demikian, manusia akan dilayakkan untuk mengambil bagian dalam kemulian PenciptaNya.
Ilmu dan pengetahuan sesungguhnya merupakan sebuah otoritas ilahi. Otoritas yang dikirim bagaikan hujan diatas palung sungai yang kering dan barang siapa menerimanya menjadi makmur.  
Manusia yang setia senantiasa mengosongkan diri bagai dasar sungai yang kering dan siap untuk diisi dengan anugerah ilmu dan pengetahuan. Ilmu dan Penegtahuan tersebut diletakkan dalam lubuk hati. Manusia lalu mengali dan mengambil Ilmu dan Pengetahuan tersebut bagaikan menimba air dari sebuah Sumur yang dalam melalui proses belajar dan terus belajar. Tetapi hanya mereka yang tekun sampai akhir akan mengalami sebuah lompatan besar dan maju dalam pencapaiannya sebagai pewaris karya Pencipta.
Hikmat dan Kebijaksanaan diberikan kepada Manusia
Manusia yang tekun dan setia memperoleh kemampuan memahami Alam Raya dan fenomena-fenomena yang menyertai. Namun demikian, manusia tetaplah makluk dengan segala keterbatasannya sehingga tetap tidak mampu untuk menyelami setiap misteri dalam setiap ciptaan.
Oleh sebab itu, manusia diberikan lagi Hikmat dan Kebijaksanaan. Tujuannya agar semua penegtahuan dan kepandaian yang telah diperoleh harus didasarkan pada hikmat dan kebijaksaan. Hikmat dan Kebijaksanaan adalah dasar bagi segala pikiran, semua tutur kata, setiap perbuatan dan seluruh kebiasaan yang dialami.
Dengan demikian manusia menyadari bahwa ilmu dan pengetahuan yang dimiliki mereka dapat memahami Alam Raya dan fenomenanya, tetapi Hikmat dan Kebijaksanaan meneguhkan bahwa mereka akan tetap tidak dapat menyelami seluruh misteri yang menyertainya. Karena itu, proses keberlangsungan dan penyempurnaan karya penciptaan, oleh manusia dapat dipahami melalui konsepsi, proses pembelahan, diferensiasi, migrasi, mutasi, evolusi.
Liku SaE dan sepak-terjangnya
Alam Raya dan semua makluk yang ada didalamnya berjalan seturut hukum dan peran yang ditetapkan dan mematuhi manusia sebagai pewaris karya penciptaan.  Namun, dibagian Bumi yang lain, tepatnya di tenggara Nusantara, Liku SaE, seekor ular raksasa telah memilih Samudra sebagai habitatnya dan lebih senang berada di dasar lautan. Mendengar bahwa seluruh Alam Raya dan segala isinya; baik yang bernyawa maupun tidak telah dipercayakan kepada pengelolaan manusia, Liku SaE mulai memasang aksinya. Mula-mula dia  naik ke permukaan dengan cara meliuk-liuk. Tujuan dia naik dan muncul ke permukaan adalah untuk menyatakan diri sebagai penguasa Samudra raya. Bahwa dia juga memiliki kuasa yang tidak mudah disaingi.
Setiap kali dia naik ke permukaan atau sebaliknya turun ke dasar samudra, terjadilah arus gelombang laut besar. Arus laut ini biasanya dapat menyeret apa saja dan menyapu pantai-pantai sekitarnya. Gelombang laut yang besar itu tidak hanya menyebabkan sebuah dinamika besar bagi kehidupan dalam air. Tetapi juga, berdampak pada penyebaran kehidupan di darat. Mengapa? Arus dan gelombang laut itu ternyata memberi ketakutan tersendiri bagi makluk hidup baik yang berada di lautan maupun daratan untuk bermigrasi. Akibatnya, terjadi perbedaan kehidupan di belahan Bumi Barat dan Utara dari pada kehidupan di belahan Bumi Timur dan Selatan. 
Arti Kata Liku SaE
Liku SaE, dalam Bahasa Tetun, berasal dari dua kata “Liku & SaE”.  “Liku” berarti meliuk, mengitari atau berputar dan “SaE”  artinya naik. Perlu diketahui bahwa “Tetun atau Tetum” adalah bahasa komunikasi yang dipakai secara luas oleh masyarakat Timor bagian Timur mulai dari Belu (Atambua) Indonesia hingga warga negara Timor Leste secara keseluruhan.
Godaan Liku SaE
Dalam perjalanannya dari dasar Samudra, Liku SaE singgah di Taman Maubesi, sebuah taman indah dan damai yang dihuni oleh manusia dan segala jenis makluk hidup lainnya. Saat tiba di sana, Liku SaE mendapati Bui Ikun, putri penunggu taman sedang menikmati keindahan dan mengagumi misteri dalam setiap ciptaan Sang Ilahi.
Melihat bahwa Bui Ikun hanya seorang diri tanpa didampingi Mau Ulu, kekasihnya; Liku SaE mulai memasang siasatnya untuk memperdayai Bui Ikun. Setelah berbasa-basi dalam sebuah sapa rayu, Liku SaE bertanya pada Bui Ikun; untuk apa kamu dan Mau Ulu, kekasihmu itu  merepotkan diri menjaga, memelihara dan mengelola taman ini dengan segala isinya? Tanpa memberi kesempatan untuk dijawab oleh Bui Ikun, Sang Liku SaE berujar, saya tahu kalian mau bersusah payah memelihara taman ini karena dijanjikan untuk mengambil bagian dalam setiap karya dan kemulian dalam setiap ciptaanNya itu, bukan?
Pemberontakan Manusia
Dengan kecerdikannya, sang Liku SaE berhasil memperdayai Bui Ikun saat itu. Bui Ikun pun menjadi percaya pada Liku SaE dan berhasil mempengaruhi Mau Ulu untuk tidak mematuhi perintah Pencipta. Sebab seperti yang disampaikan Liku SaE bahwa dengan Ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, mereka dapat melakukan segala-sesuatu  yang bahkan lebih hebat dari pada yang dikerjakan Pencipta Alam Raya. Namun, Hikmat dan Kebijaksanaan sesungguhnya adalah sebuah benteng yang membatasi manusia. Manusia menjadi yakin pada apa yang dikatakan Liku SaE bahwa Hikmat dan Kebijaksanaan akan membuat manusia merasa tidak bebas untuk berpikir, bertutur-kata, bertindak dan ragu untuk mengalami sesuatu.
 Bui Ikun bersama Mau Ulu, kekasihnya akhirnya sepakat untuk menolak dan menjalankan tugas sebagai abdi Nai Maromak, Penguasa Alam Semesta. Merekapun meyakini bahwa sesungguhnya tidak ada apa yang disebut karya penciptaan. Tidak juga ada misteri dan kemulian dalam setiap karya ciptaan tetapi kekuatan pikiran.
Keagungan Pikiran
Sejak saat itu, bukan Loro Liu Rai Malaka lagi yang menjadi junjungan, melainkan Liku SaE. Karena telah mencerahkan manusia untuk mengagungkan kekuatan dan pikiran. Sebab mereka tahu bahwa dengan ilmu dan pengetahuan, manusia sesungguhnya dapat menyamai kekuasaan Pencipta. Yakni manusia dapat melakukann sebuah rekayasa penciptaan melalui proses pembelahan, mutasi dan evolusi.
Setelah mempercayai Liku SaE bahwa sesungguhnya Loro Liu Rai Malaka memberi manusia Hikmat dan Kebijaksanaan semata-mata untuk membatasi mereka dari rahasia yang dikerjakan Pencipta. Dengan demikian, manusia menolak Hikmat dan Kebijaksanaan dan menetapkan diri untuk mengandalkan Pikiran mereka sendiri.
Mulanya mereka menetapkan bahwa segala sesuatu berawal dari pikiran; pikiran untuk membangun diri, pikiran untuk mendapatkan dan menguasai sesuatu/materi untuk membangun diri dan pikiran untuk menyatakan/mengaktualisasikan diri.
Selanjutnya, mereka merumuskan cara/rencana guna memenuhi semua yang telah mereka pikirkan seperti diatas. Segala rancangan dirumuskan agar apa yang dipikirkan dapat dikerjakan dan berhasil.
Dan terakhir adalah mereka kerjakan atau melakukan semua tindakan untuk mendapatkan semua yang mereka pikirkan tepat seperti yang mereka rumuskan/rencana.
Hukuman terhadap Manusia
Manusia sesungguhnya tidak keliru dalam mengandalkan kekuatan pikiran. Mereka pasti akan berhasil  namun faktanya manusia akhirnya tetap gagal karena tidak dilandaskan pada Hikmat dan Kebijaksanaan. Hikmat dan Kebijaksanaan akan menuntun manusia meyerahkan segala rencana pada Tuhan maka Dia akan memberdayakan Manusia untuk mampu menyukseskan setiap rencana yang diberkati.
Kejatuhan manusia pada tipu daya Liku SaE membangkitkan murka sang penguasa Alam semesta. Sejak saat itu, manusia diusir dari taman Mau Besi dan hak-hak istimewanya sebagai pewaris karya ilahipun dilucuti. Hubungan diri dengan Nai Maromak terputus dan  Manusia harus bekerja keras untuk memenuhi hidup; bersusah payah untuk memenuhi kehidupan mereka. Mereka menjadi tidak percaya diri lagi sebagai pengelola Alam raya.
Kehidupan manusia terus memburuk karena disadari ternyata kekuatan pikiran tidak bisa diandalkan. Sebab sebuah rancangan pikiran tanpa penyertaan Roh Ilahi cendrung membuat manusia hidup dalam sebuah ketergesaan yang menyesatkan. Manusia tidak lagi memiliki kemampuan untuk mengelola dan menguasai alam raya dan cendrung untuk menetap dengan membangun  pemukiman yang kokoh pada suatu tempat tertentu saja. Hal yang sama terjadi pada makluk hidup yang lain. Mereka lebih cendrung untuk hidup bersama dan berkelompok pada suatu tempat tertentu saja.
Hal itu telah menjadi keprihatinan tersendiri. Karena berpengaruh besar terhadap proses migrasi makluk hidup dari dan ke belahan Bumi  bagian Timur  dan/atau selatan. Maklu-makluk yang berada dipuncak ekosistem seperti Singa dan Harimau tidak dapat mendiami, bahkan jejaknyapun tidak dapat ditemukan di belahan Bumi Selatan atau Timur. Sedangkan makluk besar lainnya seperti Gajah konon hanya sampai di daratan Flores saja.  Setiap makluk hidup patuh pada Liku SaE dan engan bermigrasi. Pada hal selain rintangan alam, migrasi sesungguhnya baik untuk memberikan sebuah keanekaragaman dan perbedaan fauna dan flora di muka Bumi. Hal ini tentu dilihat sebagai sesuatu penyimpangan.
Terhambatnya penyebaran makluk hidup sesungguhnya bertentangan dengan misi penciptaan. Bahwa seluruh makhluk hidup, baik itu tumbuhan maupun hewan harus menyebar untuk memenuhi seluruh Alam raya ini secara merata dan seimbang. Ketidak merataan penyebaran makluk hidup merupakan sebuah penyimpangan yang besar bagi keseimbangan kehidupan, baik itu bagi tumbuhan maupun hewan.
Kekacauan Komunikasi
Dia yang berkuasa tetap menhendaki agar seluruh Bumi dipenuhi oleh baik itu manusia, hewan maupun tumbuhan. Maka diserakkannyalah semua makluk itu dengan mula-mula mengacaukan bahasa manusia. Sejak saat itu, antara satu keluarga manusia dengan keluarga yang lain tidak lagi saling memahi dalam berkomunikasi karena kendala bahasa. Konon kendala dalam berkomunikasi inilah yang mendorong manusia untuk berpisah, berpencar dan memilih tempat masing-masing untuk bermukim.
Loro Liu Rai Malaka tentu saja sangat murka saat mengetahui kejatuhan Manusia dan kegagalan terciptanya keseimbangan alam raya akibat ulah Liku SaE, sang Naga yang adalah hambanya juga. Maka diputuskan agar Liku SaE diperintahkan untuk segera menghadap.
Jaman Es
Sebelum hukuman dijatuhkan kepada Liku SaE, tahap pertama yang dibuat adalah Lautan di kutup Utara dan Selatan Bumi dibekukan. Permukaan air lautpun menurun sehingga tampaklah punggung-punggung Benua dan Pulau.
Para makluk tertarik pada keadaan Alam yang baru ini dan mulai bermigrasi kesegala penjuru Bumi; ada yang ke utara atau selatan, timur atau barat dan/atau sebaliknya. Hasilnya adalah adanya keragaman makluk hidup di Seluruh Bumi termasuk Nusantara. Pergerakan makluk hidup pada jaman ini telah membentuk tiga type Fauna di Nusantara:
1.      )*Fauna Asiatis: Type Fauna yang menempati bagian barat Indonesia sampai Selat Makasar dan Selat Lombok. Di daerah ini terdapat berbagai jenis hewan menyusui yang besar seperti gajah, harimau, badak, beruang, orang utan.
2.      )*Fauna Australis: Type Fauna yang menempati bagian timur Indonesia, meliputi Papua dan pulau-pulau sekitarnya. Di daerah ini terdapat jenis hewan seperti kangguru, burung kasuari, cendrawasih, kakaktua.
3.      )*Fauna Peralihan dan Asli: Type Fauna yang terdapat di bagian tengah Indonesia, meliputi Sulawesi dan daerah Nusa Tenggara. Di daerah ini terdapat jenis hewan seperti kera, kuskus, babi rusa, anoa dan burung maleo.

Hukuman terhadap Liku SaE
Jaman Es ternyata memberikan sebuah penderitaan yang besar kepada Liku SaE. Turunnya permukaan air laut menyebabkan tubuhnya berada diatas permukaan. Hal ini memaksa dirinya berperan bagaikan sebuah jembatan bagi setiap makluk hidup yang bermigrasi.
Jaman Es membuat keberadaan Liku SaE tidak nyaman dan sebelum mati kekeringan diapun segera menghadap Loro Liu Rai Malaka.
 “Sembah Yang Mulia, Baginda Loro Liu Rai Malaka,”  terimalah sapa hormat saya. Saya dalah hambamu Liku SaE, SaE Liku SaE, yang baginda beri kuasa sebagai penguasa dasar lautan. Demikianlah bunyi salam sembah Liku SaE saat menghadap Baginda Loro Liu Rai Malaka. “Apa gerangan Yang Mulia menghendaki kehadiran abdi disini?” Tanya sang Liku SaE.
Begini Liku SaE, demikian Baginda Loro Liu Rai Malaka mengawali maksud pemanggilan Liku SaE. Bahwa tugas mu sebagai penjaga dasar samudra telah memberikan sebuah dinamikan yang baik bagi seluruh kehidupan di lautan. Karena ternyata, demikian lanjut Baginda Loro Liu Rai Malaka, gerakan-gerakan naik turun mu telah menciptakan gelombang laut yang besar dan dasyat berdampak positif bagi keseimbangan kehidupan didalam lautan maupun di tepi pantai.
Namun, yang telah menjadikan Loro Liu Rai Malaka sangat murka adalah upayanya memperdaya manusia. Liku SaE telah berdosa besar karena menyebabkan manusia murtad terhadap keyakinan mereka akan kuasa dan keberlangsungan karya Penciptaan.
Oleh sebab itu, mulai saat ini, demikian perintah Loro Liu Rai Malaka, tugasamu sebagai pengusai dasar laut saya lucuti. Sebagai ganti, kamu harus naik ke permukaan dan akan saya jadikan sebuah kediaman bagi manusia dan makluk hidup lainnya.
“Siap yang mulai”, saya siap menjalankan amanah, jawab Liku SaE.  Akhirnya Liku SaE benar-benar meninggalkan dasar laut dengan terangkat perlahan-lahan dan berdiri kokoh diatas permukaan air (Laut). Sejak saat itu, Liku SaE secara bertahap berevolusi dan menjadikan dirinya sebuah daratan dan berganti nama menjadi Timor.
Hukuman sebagai Anugerah

Liku SaE telah menerima perwujudannya sebagai pulau Timor sebagai sebuah anugrah. Sebagai ungkapan syukur, Liku SaE menyediakan diri sebagai habitat bagi berbagai makluk hidup. Selain itu, Liku SaE memperkenankan manusia untuk mengabadikan lukisan indah pada tubuhnya menjadi motif Tetais, sebuah kain tenunan asli Timor.
Selain itu, Liku SaE menyatakan cinta pada manusia dengan menumbuhkan Hau Meni dalam Bahasa Atoni atau Ai Kamenen dalam Bahasa Tetum, atau Cendana dalam Bahasa Indonesia. Cendana sesungguhnya tanaman endemic yang tak dapat tumbuh dibelahan lain.  Liku SaE berharap, dengan haumeni, manusia senantiasa memberikan sesajen-sembahan bakaran yang wangi-harum kepada Loro Liu Raia Malaka, penguasa Alam Semesta. Akhirnya, Timor benar-benar menghaturkan sembah syukur kurban bakaran tidak melalui ledakan Gunung Api (tidak ditemukan di Timor). Melainkan melalui harum-wangi asap pembakaran Cendana.
Dibandingkan dengan asap ledakan sebuah Gunung Berapi, ternyata asap pembakaran Batang Cendana lebih semerbak dan dapat mengharumi seluruh alam semesta. Dan Loro Liu Raia Malaka, penguasa Alam Semesta, sangat berkenan terhadap persembahan bakaran Liku SaE. Sebagai imbalannya, oleh Loro Liu Raia Malaka, Cendana Wangi hanya boleh bertumbuh di daratan Timor saja.
FAKTA DALAM LEGENDA
Proses Pengangkatan dan Pergeseran
Konon adalah Liku SaE, seekor ular raksasa yang dipaksa naik dari habitatnya didasar lautan karena memberontak. Oleh Loro Liu Rai Malaka atau Nai Maromak, dia diminta  bermetamorfosa menjadi Pulau Timor.  Ketika meninggalkan tempatnya di dasar laut, dan seturut perintah Loro Liu Rai, Liku SaE membawa serta makluk-makluk air seperti Kerang, Siput, Kuda Laut dan Bunga-bunga Karang. Sebagian dari makluk tersebut benar-benar dapat hidup di daratan, beradaptasi dan berevolusi.
Seturut Legenda, Timor terbentuk melalui Proses Pengangkatan dan pergeseran. Timor terangkat dari dasar laut dan terus tergeser ke Utara hingga saat ini. Banyak fakta dapat membuktikan bahwa Timor mulanya berada didasar Laut adalah struktur pantai yang bertangga dan ditemukan banyak fosil binatang laut seperti: kerang laut/tripang, siput laut, kuda laut, tulang belakang hewan (ikan) laut dan bunga karang diatas bukit-bukit dan gunung-gunung yang jauh di pedalaman, bahkan berpuluh atau beratus kilo meter dari tepi pantai.
Namun, orang muda Timor generasi mendatang akan sulit percaya Timor menyimpan fosil binatang laut tersebut diatas bukit-bukit dan gunung-gunung yang jauh di pedalaman, bahkan berpuluh atau beratus kilo meter dari tepi pantai. Karena selain tidak ada banyak kajian ilmiah, fosil-fosil binatang laut dimaksud hanya akan ditemukan pada rumah-rumah elite di Jakarta. Ada Pengusaha dari Jakarta yang membelinya dari Rakyat untuk dibawa ke Jakarta.
Melalui Autochton Model, para Ilmuwan membuktikan Timor adalah gambaran pengangkatan dari tepi Benua Australia dan juga dipengaruhi oleh daya apung (buyoancy) dari interaksi lempeng Indo-Australia dengan Eurasia. Hal itu dibuktikan dengan adanya beberapa fakta lapangan dan dapat menjelaskan pembentukan Formasi Bobonaro yang terdiri dari litologi scaly clay. Selain itu di Timor hampir secara keseluruhan ditutupi oleh zona akresi dengan komposisi yang berasal dari sekuen Kerak Benua Australia.
Sifat Geoglogis dan iklim Timor
Liku SaE sebagai seekor ular raksasa termasuk bangsa reptile dan merupakan golongan makluk primitive yang sangat tua umurnya. Namun, sebagai makluk yang hidup didasar Samudra, Liku SaE tentu tidak pernah membutuhkan Api.
Oleh sebab itu, Timor juga memiliki sifat geologis yang lebih tua sesuai umur Liku SaE ketika belum berevolusi menjadi sebuah pulau. Namun, tidak memiliki sifat vulkanik dari Lesser Sunda Islands Utara. Orientasi sumbu utama pulau juga berbeda dari tetangga-tetangganya.
Sumber Mineral
Liku SaE sunguh berevolusi secara total dan penuh pengorbanan dengan menjadikan seluruh bagiannya bermanfaat bagi manusia. Tulang-tulangnya dia jadikan sumber mineral seperti Emas, Mangan dan Biji Besi. Sedangkan pungungnya dia jadikan Gunung-gunung Marmer. Dan sebagian dagingnya dia jadikan bahan Semen yang tak akan pernah habis ditambang. Selain itu, air matanya dia alirkan membentuk dua sungai Noe Mina mengairi bagian selatan dan Laclo Northern Rivers mengaliri Negara Timor Leste.
Musim & Iklim
Habitatnya didasar Samudra telah membentuk Liku SaE sebagai makluk berdarah dingin. Namun dia tidak dapat menghangatkan tubuh sendiri karena tidak memiliki sumber panas.  Liku SaE tentu sangat membutuhkan sumber panas untuk berjemur guna menghangatkan tubuhnya.  Oleh sebab itu, ketika berevolusi menjadi Timor, telah mendapatkan sinar matahari lebih dalam iklim musim kemarau panjang dengan angin panas bertiup dari Australia .

Iklim yang kering dan jenis/struktur tanah tidak memungkingkan adanya hutan tropis yang lebat. Namun, Timor dianugerahi dengan Sabana berupa padang rumput yang diselingi pepohonan yang bergerombol. Dan Steppa berupa padang rumput yang sangat luas yang sangat cocok bagi usaha peternakan.
Sayangnya, kini kawasan sabana dan stepa mulai berkurang seiring peningkatan kebutuhan manusia akan lahan pemukiman dan pertanian. Ancaman juga datang dari kehadiran tanaman invasive, Bunga Putih. Bunga Putih memusnahkan rerumputan yang biasa tumbuh dibawah pohon-Pohon Kayu Putih/eucalyptus. Ini ancaman bagi Rusa Timor dan ternak masyarakat.

Legenda Timor
Cerita Tutur dari berbagai sumber
*) wikipedia.org
diceritakan kembali oleh Leonardus Nana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LI AN MOEN ANA ATUK BIJAEL

  LI AN MOEN ANA ATUK BIJAEL 1.      When you are traveling around Timor, especially at the district of north middle Timor, you will be fa...